➿32°Kelemahannya➿

180 33 21
                                    

"Dahyun? Ya ampun, sayang, tangan kamu kenapa?"

"Disayat sama unta, Bun," jawab Seongwoo dengan wajah sisa-sisa kekesalannya.

"Seongwoo! Kamu itu, ya!" Hyerim beralih pada Dahyun, "Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?"

Dahyun hanya diam menatap perban yang menghiasi pergelangan tangannya.

Seongwoo menatap Hyerim saat Hyerim meliriknya. Sesegera mungkin Seongwoo menempelkan jari telunjuk pada mulutnya dan menggelengkan kepala agar sang Bunda tidak banyak bertanya dulu.

Hyerim cukup peka. Ia mengerti kode yang Seongwoo tunjukkan, terlebih lagi, Dahyun terlihat kacau dan sangat pendiam.

"Kamu menginap, ya? Ayok sama Bunda antar ke kamar."

Di rumah Seongwoo sekarang nambah satu kamar. Kamar itu diperuntukan untuk Chaeyoung dan Dahyun jika menginap, itu perintah tegas dari Hyerim. Ia memang baik, rumahnya menerima siapa pun yang ingin bertamu, bahkan suatu hari ia pernah menerima tamu wanita yang ingin mengambil harta bendanya dan hampir mencelakainya. Terkadang Jinwoo yang posesif melarang Hyerim terlalu baik karena ia takut terjadi apa-apa pada istrinya.

Kamar yang di tempati Dahyun bersebelahan dengan kamar Seongwoo dan berhadapan dengan kamar Jihyo.

"Dahyun, kenapa Seongwoo sampai kelihatan marah begitu?"

Dahyun menggeleng. "Dahyun takut, Bun."

Hyerim tersenyum. "Takut sama Seongwoo yang marah?"

Dahyun mengangguk samar. Dia tidak suka dengan ekspresi marah Seongwoo.

"Dia sama seperti Ayahnya, posesif kalau menyangkut sesuatu miliknya. Sekarang ada sesuatu yang terjadi sama kamu, dan ia langsung terlihat sangat marah dan khawatir. Itu berarti kamu sudah sangat berarti untuk Seongwoo. Sadar tidak, kalau sekarang kamu sudah jadi kelemahan Seongwoo?"

Mata Dahyun membulat. Ia kembali teringat pada saat Seongwoo membabi buta menghajar Jaehwan yang berengsek padanya. Ia juga teringat tatapan tajam yang Seongwoo berikan pada Jaehwan saat lelaki itu menghadang jalan Dahyun. Ia juga tidak akan pernah mungkin melupakan Seongwoo yang berteriak meneriaki setiap suster untuk segera menanganinya.

Tatapan khawatir Seongwoo saat ia berada di belakang gedung sekolah, tatapan khawatir Seongwoo yang kalang kabut saat melihat dirinya terluka dan tidak berdaya saat berada di dapur.

"Jangan takut akan apa pun. Seongwoo pasti bakal lindungin kamu, karena kamu pemilik hati beku Seongwoo. Bunda sebagai ibunya menyadari hal itu. Jadi, Dahyun jangan terluka, kalau kau terluka, Seongwoo akan menyalahkan dirinya sendiri. Seongwoo sangat percis dengan Jungwoo. Melihat kalian, Bunda merasa sedang menyaksikan masa lalu Bunda sama Ayah, dulu."

Dahyun tersenyum samar. Sekarang, bagaimana mungkin ia akan melepaskan Seongwoo? Sekarang ia benar-benar merasa sangat dicintai. Jadi, seperti ini kah menjadi seseorang yang sangat dicintai?

Hyerim cemberut. "Dahyun, ah! Bunda jadi kangen Ayah... Dua hari mengapa terasa sangat lama?"

Dahyun terkekeh. Hilang sudah wajah bijak Hyerim. Kini malah berganti menjadi wajah yang menggelikan namun tetap cantik dan terkesan masih muda.

"Selamat malam, Dahyun. Bunda mau hubungi Ayah-nya Seongwoo dulu."

Hyerim pergi, dan Dahyun membaringkan tubuhnya dengan hati-hati. Tangannya masih terasa sakit.

Begitu pula dengan keadaan di kamar sebelahnya, Seongwoo hanya membaringkan tubuh dengan pikiran yang selalu tertuju pada Dahyun.

Seongwoo bangkit dan berjalan masuk ke kamar Dahyun.

Seongwoo merasa tenang saat melihat wajah damai Dahyun ketika tidur. Ia duduk di pinggir kasur, menatap wajah Dahyun lekat.

"Jangan lakukan hal bodoh lagi Dahyun. Apa kau ingin menyiksaku?"

Tangannya mengelus rambut Dahyun. "Kalau terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan pernah memaafkan diriku."

Tiba-tiba tangan yang berada di kepala Dahyun di genggam tangan lain. Ya, Dahyun menggenggamnya.

Seongwoo tersenyum.

"Daniel... Mengapa pergi... ke sana?" ujar Dahyun sedikit tidak jelas.

Seongwoo sempat menenggelamkan senyumnya, namun tak lama kemudian senyum itu kembali terbit.

"Kau bermimpi Kang Daniel? Kau pasti merindukannya, percayalah... Dia juga pasti merindukanmu. Hanya saja, aku belum siap untuk mempertemukan kalian."

Perlahan, Seongwoo melepaskan genggaman tangan Dahyun. Namun Dahyun malah menggenggamnya semakin kuat.

"Jangan pergi... Daniel..."

"Daniel tidak pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Daniel tidak pergi... Kau selalu menyimpannya dalam hatimu," bisik Seongwoo di telinga Dahyun. "Aku tidak akan cemburu jika nama Daniel ada dalam hatimu. Tapi anggap dia sahabatmu seperti semestinya, jika kamu menganggapnya lebih dari sahabat... Baiklah aku cemburu."

➿➿➿

═❖•My Gift•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang