💠3

2.5K 112 0
                                    


Perkemahan telah usai satu hari yang lalu. kebetulan hari ini tanggal merah. Arleta menatap paper bag yang ada di meja riasnya, paper bag yang berisikan empat gaun berwarna golv dan juga jas yang berwarna senada. Satu bulan ini ia sudah sangat jarang keluar rumah, bahkan keluar kamar pun jarang. Ia akan keluar kamar jika pergi ke sekolah atau makan itu pun kalau ada orang tua nya di rumah, tapi jika kedua orang tuanya pergi kerja bahkan satu bulan tak pulang maka ia akan berdiam diri dikamar membuat pesawat atau burung-burung yang terbuat dari kertas origami.

Satu bulan yang lalu, dia masih bisa tersenyum dan tertawa ceria bersama asisten rumah tangganya saat kedua orang tuanya tak ada di rumah. Tapi kejadian naas itu membuat sifat nya berubah seratus delapan puluh derajat, kini ia cenderung diam dan menyendiri.

Tok tok tok!

Ceklek

"Non sarapan ya." Ujar Ani, asisten rumah tangganya membawa nampan yang berisi makanan.

Tak ada sahutan darinya, Arleta hanya terus saja berbaring menatap jendela kamarnya.

Ani menghela nafas pelan dan meletakkan nampan itu di nakas kemudian keluar dari kamar.

Sudah dua bulan ini kedua orang tua Arleta tak pulang dari perjalanan bisnisnya diluar negeri. Bahkan saat kejadian naas satu bulan yang lalu, saat Arleta di larikan ke rumah sakit karena depresi kedua orang tuanya hanya menelfon dan menyuruh seluruh asisten rumah tangganya untuk merawat dirinya.

Sedari kecil Anilah yang merawat dirinya, yang selalu menemaninya tidur kala orang tuanya meninggalkan dirinya untuk kerja. Kala dirinya demam karena kehujanan. Kedua orang tuanya sangat gila uang, sehingga putri satu-satunya selalu merasa sendiri, selalu merasa kurang perhatian dari kedua orang tuanya.

Arleta gadis yang berusia tujuh belas tahun itu menitikkan air matanya ketika kerinduan akan sang kedua orang tuanya ia rasakan. Saat-saat di mana ia ingin menumpahkan keluh kesah nya kepada sang ibu, malah ia tak bisa menjangkau nya.

Arleta yang sudah merasa asisten rumah tangganya k luar kamar bangkit dari duduknya dan meraih nampan berisi Andi goreng sosis kesukaannya dan memakannya perlahan.

---***---

Pukul 6:10 Arleta telah siap untuk pergi ke sekolah, seragam putih abu-abu nya sudah bertengger rapi di badan mungil nya. Ia berjalan menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan. Ya seperti biasa, dia akan sarapan sendiri. Hanya asisten rumah tangga nya lah yang menemaninya sarapan pagi.

"Non kesekolah di antar supir?" Tanya Ani yang tengah meletakkan roti di depannya.

"Nggak mbok. Arleta mau naik bus aja." Ujarnya melahap roti selai nanas itu.

"Non naik mobil aja. Nggak baik naik bus mulu non." Bujuk Ani mengusap punggung Arleta.

"Papa dan mama juga nggak khawatir kok." Setelah mengucapkan kata itu, ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama.

Seperti biasanya ia akan berangkat ke sekolah menggunakan bus umum, dari dia SMP memang selalu menggunakan bus, kecuali jika orang tuanya datang maka ia akan di antar oleh supir pribadinya.

Sekolah masih sepi saat ia turun dari bus, hanya ada beberapa guru saja yang baru datang dan juga satpam yang duduk di kursi dekat pagar sekolah.

"Pagi pak." Sapa Arleta melewati satpam sekolahnya.

"Mukanya murung amat." Gumam pak Seto, satpam sekolah melihat Arleta berjalan melaluinya.

Arleta terus saja berjalan mewati kelas-kelas yang masih kosong, biasanya para siswa-siswi akan berdatangan pukul enam lewat tiga puluh menit keatas.

Sesampainya di depan kelas XI ipa1, ia langsung berjalan menuju kursi yang ada di pojok. Kursi yang biasa akan di tempatnya bersama sahabatnya atas nama Sisil kini ia hanya sendiri. Tak ada lagi yang ia temani.

Arleta duduk dan meraih ponsel di tas punggung miliknya kemudian memutar musik menggunakan headset.

Tak lama, satu persatu teman kelas Arleta memasuki kelas. Mereka sudah tak kaget lagi melihat sosok Arleta di kursi pojok yang tengah membaca buku sambil mendengarkan musik lewat headset.

Nania, Salsa, dan Candra memasuki kelas dan berjalan kearah Arleta yang masih duduk membaca buku seolah tak terganggu dengan keadaan sekitar.

"Ta, kita tadi ke rumah Lo tapi kata Bi Ani Lo udah berangkat duluan." Arleta melepaskan headset di telinganya dan menatap Nania yang duduk di depan dan juga Salsa, sedangkan Candra duduk di depan Salsa dan Nania.

"Sorry." Ucapnya pelan.

"Nggak apa-apa kok, satu bulan ini kan Lo selalu berangkat sendiri seolah-olah Lo nggak punya temen." Ujar Salsa menatap ponselnya. Jujur Arleta merasa bersalah kepada mereka karena setiap pagi, ke-tiga sahabatnya itu akan kerumahnya untuk menjemput tapi ia selalu berangkat sangat pagi. Tapi apa daya ia lebih memilih naik bus karena menurutnya ia akan lebih tenang.

TBC💠

Jangan lupa Vote, Komen, dan Share💕💕

Follow VeNhii

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang