Extra Chapter

3.5K 108 1
                                    

Hiruk pikuk orang berlalu lalang di sebuah rumah bercat biru laut itu. Tampak di sebuah ruangan gadis yang menggunakan jilbab putih berpaduan biru tengah menunduk membaca doa saat ia mendengar suara dari luar ruangannya.

Di sampingnya terdapat dua gadis yang memakai jilbab yang senada namun berbeda model. Mereka juga menunduk membaca doa agar kehidupan sahabatnya lebih baik nantinya.

Saat terdengar kata 'Sah' ketiga gadis itu mendongak menatap satu sama lain. Senyum lebar dan mata berkaca-kaca menghiasi wajah cantik mereka.

Kedua gadis itu memeluk gadis yang berada di antaranya. Mereka berulang kali mengucapkan selamat kepada gadis di pelukan mereka.

"Semoga Candra nggak nyakitin Lo ya Ta, kita siap menjadi tameng jika dia berani." Arleta terkekeh pelan mendengar perkataan Nania.

"Insyaa Allah Candra nggak gitu." Mereka melepaskan pelukannya saat pintu ruangan di buka, dan muncullah Misya dan Anggi yang tersenyum di ikuti oleh Candra yang menatap Arleta yang juga menatapnya sembari tersenyum.

"Maaf Na, Sa kalian nyingkir dulu. Candra dan Arleta mau shalat Sunnah." Nania dan Salsa mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Anggi, mereka berjalan menuju mama Arleta dan mama Candra sembari menggenggam tangan keduanya.

Candra dan Salsa melakukan shalat Sunnah dua rakaat, setelahnya Arleta menyalami dan mencium tangan Candra dengan tangan yang bergetar, ia gugup. Setelah itu Candra pun ikut mencium kening Arleta lembut dan membisikkan kata-kata yang membuat jantung Arleta berdetak kencang.

"Love you my wife"

Candra tersenyum merasakan perubahan tubuh Arleta setelah ia berbisik padanya.

Ia kemudian berdiri di ikuti oleh Arleta yang menunduk malu.

"Sudah selesai?" Candra tersenyum dan mengangguk mendengar perkataan mama mertuanya. Ia dengan lembut menuntun Arleta keluar ruangan menuju taman belakang rumah Arleta. Ya, acara mereka tak di adakan di hotel maupun gedung, namun Arleta meminta sang mama untuk mengadakannya di kediaman Siregar.

"Masyaa Allah... Arleta selamat ya de'" Arleta memeluk wanita di depannya, dia adalah kak Ara. Wanita yang senantiasa mengajarinya dulu.

"Kakak sama siapa, Marianne nggak ikut kak?" Arleta menatap Kak Ara bingung.

"Marianne hanya nitip salam. Dia ada acara yang nggak bisa dia tinggalkan." Arleta hanya mengangguk pelan dan tersenyum.

"Yaudah, kakak kebawah ya." Kak Rara berjalan kebawah panggung.

Setelah kak Rara pergi, terlihat Nania dan Salsa berjalan kearah panggung membawa kursi plastik yang sudah di bungkus kain.

Mereka menaruhnya di sisi Arleta membuat tamu undangan tersenyum dan menggelengkan kepalanya maklum.

"Duduk sini ya Ta, siapa tau entar gua nyusul." Arleta terkekeh dan mengangguk mendengar perkataan  Nania.

Pernikahan mereka berbeda, tamu laki-laki dan perempuan di batasi dengan hijab sehingga mereka tak campur baur.

Misya dan Anggi yang baru memasuki tempat mempelai wanita menggelengkan kepala melihat tingkah kedua gadis yang tengah duduk di samping Arleta. Mereka bahkan sesekali menggoda Arleta membuat gadis itu tersenyum malu.

"Nania, Salsa. Kalau kalian mau ngerusuh turun sini, duduk bareng Tante." Nania dan Salsa segera mengangkat jari telunjuk dan tengahnya sembari menyengir lebar kearah Anggi.

"CK, Tante mah gitu. Kita kan cuman lagi seneng Tan, entar kalau Arleta sudah di bawa Candra kan jarang ketemunya nanti." Anggi menghela nafasnya mendengar ucapan salsa. Benar-benar mereka, tak bisa di bilangin.

Tamu semakin lama semakin berdatangan, sedangkan salsa dan Nania yang duduk di antara Arleta kini mereka berpindah ke tempat Misya dan Anggi. Mereka bertukar tempat.

*•••*

"Pengantin baru itu duduknya deketan! Ngapain jauhan gitu. Ini lagi muka kok merah?" Keluarga Arleta maupun Candra hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan Nania yang memprotes cara duduk kedua pengantin baru itu.

Sekarang mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Hanya ada kelurga kedua mempelai dan sahabat Arleta saja.

Sedangkan Arleta menatap Nania dan Salsa dengan melotot. Dia sudah sangat malu, sedari tadi kedua gadis itu menggoda nya.

"Eh. Eh.. apaan Ta melotot gitu? Ndra, itu istrinya di rangkul dong! Bertahun-tahun nggak ketemu masa pas ketemu bahkan di halalin malah di cuekin bininya." Arleta menghela nafasnya kasar dan mata memejam. Ia malu, sangat malu.

Arleta tersentak kaget saat ia merasakan rangkulan di pundaknya. Ia menoleh kearah Candra yang tersenyum kecil kepada Nania dan Salsa yang menatapnya cengo.

"Gini?" Tanyanya mengangkat satu alisnya.

Nania dan Salsa membelalakkan matanya Candra malah mempererat rangkulannya membuat tubuh Arleta menempel sepenuhnya di tubuh Candra.

"Candra!! Gila gua kebiri Lo ya! Gua belom ada yang halalin dan lo dah bikin gua baper!" Nania menatap Candra tajam dan melempar tissu yang ia genggam kearah pria itu.

Candra terkekeh saat melihat muka salsa dan Nania memerah.

"Muka Lo pada kok merah?" Mendengus pelan, Nania dan Salsa berjalan meninggalkan sepasang suami istri itu. Bisa diabetes mereka.

"Ndra.." Lirih Arleta membuat Candra menunduk menatap mata Arleta yang menatapnya malu.

"Malu.." Candra terkekeh pelan, ia melepaskan rangkulannya namun beralih menggenggam tangan kiri Arleta yang jari manisnya terdapat cincin.

"Jadilah Arleta yang ku kenal dulu. Jadilah Arleta yang berlari kepelukanku saat kamu ingin di peluk. Jadilah Arleta yang ceria dan terbuka kepada ku. Anggap aku suami sekaligus sahabat mu. Jangan ragu, karena aku akan selalu ada untukmu, kapan pun kamu inginkan. Sampai Allah meminta untuk kita berpisah." Arleta memejamkan matanya mendengar perkataan Candra. Ia mengangguk pelan dan menggenggam balik tangan Candra.

"Jadilah Candra nya Arleta yang menyayangi ku sama seperti saat kita remaja." Candra mengangguk pelan dan mengusap kepala Arleta. Bahkan mereka lupa jika di ruangan ini masih ada keluarga mereka yang tersenyum kecil. Sedangkan Nania dan Salsa menatap keduanya tersenyum jahil.

"WOII!! JANGAN BERMESRAAN! BANTUIN BERESIN RUMAH!!" Candra dan Arleta tertawa mendengar teriakan Salsa. Mereka sontak berjalan menuju mereka berdua dan membantunya membereskan rumah.

Semuanya telah kembali, tawa kebahagiaan yang pernah hilang kini terasa kembali. Kehangatan persahabatan dan keluarga mereka rasakan kembali. Candra menatap ketiga gadis di depannya yang tengah melap meja tersenyum lembut. Sesekali mereka bertiga akan saling menjahili satu salam lainnya, Candra memang sudah menjaga jarak dengan Nania dan Salsa. Namun, ia selalu menjaga kedua gadis itu. Bagaimana pun kedua gadis itu juga ia sayangi, ia sudah menganggap mereka sebagai adik.

"Ndra!!" Candra menoleh dan..

Byuurr..

Ketiga gadis itu menyiramnya dengan seember air.

"Kado pernikahan!!!"

🌺TAMAT!!🌺

YEEEYYYY!!!! Akhirnya tamat juga KHM💞💞

Thanks buat yang sudah baca dari awal sampai akhir ya, kalian sudah mau membaca tulisan saya yang amatiran ini😁

See you di cerita saya selanjutnya😚🌺

Follow VeNhii

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang