💠44

1.5K 79 1
                                    


Seminggu telah berlalu. Malam ini adalah malam yang akan di adakan acara reuni di sekolah nya dulu.

Arleta menghela nafas pelan dan menatap dirinya di pantulan cermin kamarnya. Jilbab pink dengan paduan warnah hitam di lengannya dan Khimar yang berwarna senada dan cadar yang berwarna hitam.

"Sayang sudah?" Arleta menoleh menatap Anggi yang berdiri di pintu kamarnya.

Ia mengangguk pelan dan meraih tas salempangnya di nakas sebelum ia berjalan menuju sang mama.

Dalam perjalanan, Arleta tak banyak bicara. Ia hanya diam menatap keluar jendela, bayangan bersama sahabatnya kini berputar di kepalanya. Canda tawa bersama sahabatnya kini bagaikan kaset rusak yang selalu berputar-putar di kepalanya.

"Kamu baik-baik kan sayang?" Arleta menoleh kesamping dan menatap Anggi.

Ia mengangguk pelan sembari tersenyum kecil.

***••***

Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang sekolah. Terlihat jelas sekolah ini tidak berubah sama sekali. Lampu yang menerangi sekolah ini mampu membuat Arleta melihat banyaknya alumni sekolah yang tengah berkumpul.

Arleta menghela nafasnya pelan sebelum ia turun dari mobil.

Sontak saja, mereka menjadi perhatian orang-orang yang ada di sekitar parkiran. Arleta diam. Ia menatap laki-laki dan perempuan yang ada di parkiran ini. Ia masih bisa mengenali mereka, walau sudah beberapa tahun tidak bertemu, Arleta masih bisa mengenali wajah teman sebayanya saat bersekolah ini dini.

"Arleta." Ia menoleh menatap mama dan papa nya yang sedang menunggu dirinya. Ia perlahan berjalan menuju mereka dan menggenggam tangan Anggi lembut.

"Semuanya akan baik-baik saja sayang..." Arleta mengangguk mengiyakan perkataan mama nya. Ya, semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu ia takutkan di sini.

Mereka bertiga berjalan menuju ruang kesenian yang berada di samping perpustakaan. Ruang kesenian itu sangat luas membuat pihak sekolah memilih tempat itu di jadikan tempat reuni.

Dalam perjalanan Arleta tak sengaja berpapasan dengan teman satu kelas nya dulu. Sinta, ya. Dia melihat perempuan itu tumbuh dengan baik. Cantik dan dewasa. Arleta memaklumi tatapan bingung dari mereka semua. Ia sudah yakin jika tak akan ada yang mengenalinya.

Sesampainya di ruang kesenian, suara percakapan orang-orang memenuhi indra pendengarannya. Ia mengedarkan pandangannya menatap wajah wajah yang tak asing di dalam aula ini.

"Kita duduk di depan ya, sudah di sediain soalnya." Anggi dan Arleta mengangguk pelan dan mengikuti langkah kaki Anton menuju bangku terdepan. Yaitu khusus untuk ketua yayasan, donatur dan kepala sekolah.

Selang beberapa menit, aula ini kini di penuhi dengan alumni-alumni sebayanya dan juga ia tak tahu jika ada dua alumni yang datang, yaitu kakak kelasnya.

Acara di buka dengan sambutan-sambutan oleh ketua panitia yang tak lain adalah wali kelas Arleta dulu, di lanjutkan dengan kepala sekolah.

Kini giliran Anton yang akan memberikan sambutan. Arleta dan Anggi tersenyum melihat tubuh tegap Anton berjalan menuju panggung yang ada di depan.

"Assalamu'alaykum.." Ucap nya menatap penjuru aula yang di penuhi oleh guru-guru, donatur, dan juga alumni-alumni sekolah ini.

"Selamat malam semuanya. Saya sebagai ketua yayasan sekolah ini mengucapkan banyak terimakasih atas semangat para alumni-alumni maupun guru-guru untuk melancarkan acara ini."

"Dalam acara ini hanyalah sebuah kumpul bareng bersama alumni-alumni sekolah yang katanya merindukan suasana sekolah SMA nya dulu ya?? Namun yang saya lihat. Acara ini seperti acara formal, yang di ikuti oleh seluruh donatur sekolah, saya awalnya terkejut. Saya mengira jika acara ini hanya di adakan oleh alumni putri saya, namun ternyata begitu besar dan meriah." Arleta termenung mendengar perkataan Anton. Bukan hanya dirinya, namun semuanya yang ada di sini juga merasa terkejut. 'putri saya' mereka tak menyangka jika Anton masih mengingat Arleta yang sudah hilang beberapa tahun ini. Itulah yang ada di pemikiran mereka.

"Saya harap, perjalinan silaturahmi ini tidak berhenti di sini saja. Saya mengharapkan tahun-tahun kedepannya akan ada acara seperti ini lagi. Dengan memperkuat tali persaudaraan antar murid dan guru yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah ini. Dan saya sangat tersanjung dengan kesusksesan acara ini. Semoga kita semua bisa menikmati acara reuni kedua alumni yang sudah begitu antusias mengadakannya." Suara tepuk tangan terdengar setelah Anton menyelesaikan ucapannya. Namun, ia masih diam di depan sana. Ia mengalihkan pandangannya kearah gadis yang ada di samping sang istri. Ia tersenyum menatap Arleta sebelum melanjutkan ucapannya yang mampu membuat seluruh penghuni aula tercengang.

"Dan hari ini adalah hari yang saya nanti-nantikan atau mungkin beberapa di antara kalian juga menantikannya. Hari ini, hari dimana kami berkumpul kembali. Hari ini saya kembali merasakan kelurga yang utuh. Putri saya, Arleta Arsyakira Siregar telah kembali."

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang