💠20

1.7K 84 0
                                    

Arleta yang merasa sudah cukup menenangkan diri, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kelasnya. Ia yakin jika teman-teman nya saat ini tengah mencak-mencak karena berangkat lebih awal.

Sesampainya di kelas ternyata sudah banyak siswa-siswi yang datang dan juga di arah pojok dekat jendela terlihat ketiga sahabatnya yang juga menatapnya saat memasuki kelas.

"Ta Lo dari mana aja sih? Kita telfon nggak di angkat-angkat?" Tanya Nania menatap dirinya. Arleta menghela nafas pelan dan duduk di samping gadis berisik itu.

"Sorry tadi gua berangkat duluan." Candra menatap Arleta. Fokusnya saat ini adalah mata gadis itu yang tengah bengkak.

"Lagi Ta?" Ketiga gadis itu menatap Candra bingung.

"Apa?"

"Lo nangis lagi? Bertengkar sama mereka?" Sontak Nania dan Salsa melihat mata Arleta yang bengkak.

Arleta menggeleng pelan dan tersenyum menatap mereka.

"Gua habis nonton Drakor semalam." Ucapnya pelan.

Candra terus menatap Arleta yang yahh dia pasti tau jika gadis yang ada di depannya ini tengah berbohong. Candra dan Arleta merupakan teman dari kecil, jadi mana bisa Arleta berbohong padanya?

"Ndra liatin gua nya gitu amat sih." Candra menghela nafas dan berbalik kedepan.

Entah kenapa kata-kata yang ia dengarkan saat menginap di rumah Arleta kala itu selalu terngiang di kepalanya dan membuat dirinya marah. Entah kenapa.

Gua janji akan mengurusnya Ta.

©©©

Bel berdering menandakan jam istirahat sekolah berlangsung membuat kelas ricuh akan hal itu.

Di pojok belakang Arleta dan para sahabatnya kini memasukkan buku kedalam tas masing-masing.

"Kantin?" Mereka mengangguk dan berjalanengikuti Candra yang sudah berjalan mendahului mereka.

Mereka ber-empat berjalan menuju kantin yang ada di samping dan saat mereka ingin berbelok dengan angkuhnya seseorang dari arah berlawanan menabrak pundak Arleta.

"Aww.." Candra menatap gadis yang tengah tersenyum sinis kearah Arleta dengan marah.

"Carla apa-apaan Lo hah!" Ya. Gadis yang baru saja menabrak Arleta itu adalah senior mereka yang membenci Arleta entah alasannya apa.

"Makanya kalau jalan lihat-lihat, ketabrak kan?" Sinisnya. Sedangkan Nania yang berdiri lumayan dekat dengan Carla langsung saja menoyor kepala seniornya itu dengan keras membuat beberapa murid yang melihatnya menganga akan kebar-bar an Nania

"Wehh.. sedeng nih senior rasa bocah, gua curiga Lo masuk sekolah ini karena nyogok pan? Ngaku Lo Mak Lampir! Nyata-nyata Lo yang ngepepet Arleta bego! Lo yang nabrak, yang harus bilang gitu mah kita." Rasa marah yang Salsa dan Candra rasakan menguap mendengar perkataan Nania. Sedangkan Arleta yang masih memegang badannya yang di tabrak oleh Carla tadi menganga  melihat aksi gadis itu.

Tawa Candra dan Salsa terdengar membuat Carla menatap berang Nania yang juga menatapnya dengan polos?? Dan Carla yakin jika tatapan itu tatapan yang di sengaja.

"Ngelawak Lo?" Sinis Carla walau hatinya saat ini mengumpati Nania yang berani kepadanya.

"Menurut ENTE?!" Tawa Salsa dan Candra semakin lepas kala Nania mendongakkan dagunya angkuh dan berkacak pinggang.

Carla menunjuk Nania dengan amarah yang ia tahan dari tadi.

"Lo itu junior yang nggak tau diri ya. Sopan dikit sama senior cabe!" Nania menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Sopan makanan apa ya? Bibi di rumah gua belum pernah masakin apalagi sopan sama senior yang kerjanya nyinyiiir mulu." Carla yang sudah tak bisa menahan amarahnya mengangkat tangan kanannya guna untuk menarik rambut Nania, namun sebelum tangan Carla mencapai kepala gadis itu tiba-tiba sebuah tangan menahan tangannya.

"Lo itu urusannya sama gua Car bukan sama dia, yang Lo tabrak gua jadi Lo jangan sekali-kali nyakitin sahabat gua. Gua diam selama ini bukan berarti gua menerima semua perlakuan buruk lo. Tapi gua masih ngehargai Lo karena Lo kakak kelas gua, tapi melihat Lo yang gua kira akan berhenti gangguin gua dan sahabat gua membuat gua muak Car! Lo itu bentar lagi UN nggak usah banyak ulah!" Candra, Nania, dan Salsa sontak menatap Arleta yang tengah menahan tangan Carla yang tercengang mendengar perkataan Arleta barusan. Dan jangan lupakan lupakan murid yang juga melihat hal itu di buat kaget akan aksi Arleta. Bahkan ini kali pertama Arleta melawan Carla dan menahan tangan Carla.

"Gua masih tahan saat Lo nge-judge gua dengan kata-kata Lo. Gua masih tahan tapi ingat Car, gua juga manusia yang punya batas kesabaran mengingat gua bukankah orang penyabar sebelum waktu naas itu. Gua ingatkan sekali lagi, walau gua adik kelas Lo tapi apa pantas seorang kakak kelas berbuat gini sama juniornya? Apa pantas lo di katakan senior? Lo jangan banyak ulah kalau Lo nggak mau gua depan dari sekolah ini, Lo masih ingat kan nama gua? Arleta Arsyakila Siregar. Anak pemilik sekolah ini, dan gua akuin Lo cukup berani nge bully gua selama ini walau nama 'Siregar' cuman gua singkat S dan Lo udah tau sejak lama." Setelah itu Arleta menghempaskan tangan Carla yang diam mematung dan menarik tangan sahabatnya yang juga tercengang menatap Arleta.

Waahhh.. gua mimpi deh ini. Tebak siapa dia?? Tentu Nania.

Bersambung...

©peniYanty_As

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang