Arleta mendadak kaku mendengar ucapan sang papa yang menatap dirinya dengan sorot mata berkaca-kaca. Ia menggenggam tangan sang mama yang berada di sampingnya dengan erat. Ia tak tahu jika papa nya akan memberi tahu kepada mereka yang ada di sini akan kehadirannya. Ia belum siapa menatap wajah Nania, salsa, dan Candra. Ia belum siap.
"Dia. Gadis yang berada di samping istri saya adalah putri kami yang beberapa tahun ini menghilang. Dia telah kembali." Lanjutnya dengan bibir yang bergetar.
"Arleta... Maukah kamu berdiri di sini? Memberikan sambutan kepada mereka semua nak? Bersama mama dan papa berdiri di sini?" Anggi menatap Arleta yang masih terpaku menatap nanar Anton di atas panggung.
"Sayang.." Panggilnya membuat Arleta menggeleng pelan menatap sayu snag mama. Anggi tersenyum lembut menatap Arleta memohon membuat gadis itu dengan ragu menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua bangkit dan berjalan menuju panggung. Tatapan seluruh orang-orang kini tertuju pada Arleta yang tengah di genggam oleh sang mama. Arleta bergetar saat ia kini berdiri di tengah panggung bersama kedua orang tuanya. Ia bahkan tak berani mengangkat kepalanya, ia merasa tak punya keberanian menatap teman-teman sekolahnya dulu.
"Gadis yang berada dalam pelukan istri saya ini adalah putri kami. Arleta, ia telah kembali." Arleta mendongak menatap sang papa yang berada di samping mama nya.
"Lihatlah kedepan nak. Mereka sepertinya merindukan mu." Bisik Anggi di telinganya.
Menghela nafas panjang, akhirnya Arleta menatap ke seluruh penjuru ruangan. Ia menatap mereka dengan senyum tipis di balik niqab nya. Suara bisik-bisik kini terdengar dari arah kursi yang berjejer di depan. Mereka masih tidak menyangka jika gadis berjilbab di atas panggung itu adalah Arleta.
Sedangkan dari arah barat, terdapat sosok dua gadis yang tengah menitikkan air mata melihat nya. Arleta terpaku, ia bisa melihat jelas guratan kesedihan dari raut wajah kedua perempuan itu. Seketika mata Arleta berkaca-kaca melihat keduanya. Mereka adalah sahabat Arleta. Sangat begitu Arleta rindukan.
"Nania.. Salsa.."
***••***
Arleta menatap kedua permepun di depannya, saat ini ia berada di taman belakang bersama kedua perempuan itu.
"Arleta.." Arleta mengangguk pelan dan menghambur ke pelukan Nania, ia memeluk Nania dengan erat di ikuti oleh Salsa.
Isakan ketiga gadis itu tak bisa mereka bendung lagi, pelukan itu semakin erat. Arleta memejamkan matanya merasakan pelukan yang ia rindukan beberapa tahun ini. Ia merindukan mereka, ia merindukan sahabatnya.
"Arleta Lo dari mana aja?" Tanya Salsa saat pelukan mereka terlepas.
Arleta diam, ia masih tak menyangka akan bisa bertemu dengan kedua sahabatnya mengingat beberapa tahun lalu, Nania dan Salsa memblokir nomor dan media sosial nya.
Nania yang melihat keterdiaman Arleta meraih tangan gadis itu dalam genggamannya.
"Kejadian beberapa tahun lalu itu kita bisa jelasin sama lo Ta. Kita di jebak sama Carla." Jelas Nania pelan.
"Kita minta maaf sama lo. Malam itu Candra marah banget samperin gua sama salsa di cafe tempat Carla maksa gua dan Salsa buat nge-blok lo. Dia murka, bahkan untuk pertama kalinya dia nge-dorong gua saking marahnya dia."
"Setelah kejadian itu semuanya hancur Ta. Nggak ada lagi tawa di antara kita bertiga, bahkan saat di sekolah dulu kita bagaikan orang asing. Bertemu pun kita nggak bertegur sapa, sampai kejadian di mana kita tahu kalau lo nggak tinggal di kota ini lagi. Hari itu kita bertiga mendatangi rumah lo, kita pergi bareng tapi nggak ada percakapan di antara kita. Beda, semuanya berbeda." Tubuh Nania bergetar saat ia kembali menceritakan masa-masa di mana persahabatan mereka hancur. Hancur di karenakan kebodohan dirinya dan Salsa.
"Wa-waktu itu, yang kita dapet cuman Tante Anggi yang nangis dalam pelukan om Anton. Dia bahkan menangis di hadapan kami. Memohon untuk mengikuti mu ke desa itu. Ia meminta kami untuk membujuk kamu agar kamu tidak meninggalkan nya."
"Tapi.. Kami tidak menemukan kamu di sana, kami hanya melihat rumah ibu Harnita yang kosong. Dan di situlah tak ada lagi senyum antar sahabat. Tidak ada lagi kumpul bareng, kita merasa lebih asing kembali dari sebelumnya. Bahkan ini kali pertama kita bertemu kembali."
"Maaf..." Nania dan Salsa menggeleng pelan mendengar permintaan maaf dari arleta. Di sini bukan Arleta yang salah, mereka lah yang membuat suasana asing itu.
"Lo nggak salah Ta, kita yang membuat ini semua terjadi." Arleta mendongak menatap wajah kedua sahabatnya itu dan kembali memeluk mereka erat.
"Gua kangen kalian.."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Memilih (Selesai)
Fiksi Remaja(Follow author sebelum membaca!!) Arleta adalah seorang gadis yatim piatu, dia di asuh oleh sahabat orang tuanya yang sama sekali ia tak tau jika mereka bukan orang tuanya. Arleta mempunyai trauma akan kematian sahabatnya yang telah menyelamatkan di...