💠25

1.5K 80 0
                                    

Gadis itu memeluk badannya dengan gemetar, bayangan kejadian malam dimana ia melihat betapa hancurnya orang yang ia anggap malaikat dalam hidupnya dikarenakan perkataannya. Hancur! Itulah yang menggambarkan keadaannya saat ini.

Mengetahui dia bukanlah anak dari mereka, mengetahui bahkan merekalah penyebab kematian orang tuanya, mengetahui kebohongan dari sahabatnya membuat dirinya berada pada titik lemahnya.

Ia kira, hanya orang tua angkatnya saja yang mengetahui hal ini, tapi apa yang telah ia dengar tadi? Sahabatnya telah mengetahuinya sejak lama? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?! Kenapa seolah-olah ia di permainkan!

Arleta, ya gadis yang tengah memeluk tubuhnya itu adalah Arleta. Ia menangis terisak di atas kasurnya membayangkan bagaimana dirinya membuat hati orang yang menyelamatkan hidupnya hancur. Ia ingat betul bagaimana Anggi terisak dan memeluknya dan terus meminta maaf namun dengan kasar ia melepaskan pelukan itu dan mengatakan jika ia membencinya.

"Mama sayang Arleta, sampai kapan pun."

"Arleta putri mata, tuan putri mama!"

"Arleta kesayangan papa."

"Good night princess papa, sampai kapan pun papa dan mama mencintaimu."

"Wahh!! Putri papa hebat."

"Di saat kamu dewasa nanti dan mengetahui semuanya, maka mama mohon jangan tinggalkan dan membenci kami. Mama mencintaimu mu sayang."

Arleta bangkit dari duduknya dan berlari keluar kamar. ia sudah tak kuat lagi, ia merasa hatinya di himpit oleh benda besar. Sesak, sakit saat ia membayangkan wajah penuh air mata itu. Wajah yang selalu memeluknya kala ia sakit dulu, wajah yang selalu tersenyum jika ia melakukan kesalahan dulu. Arleta merasa sangat durhaka sekarang, bahkan dua hari ini ia tak mau berbicara kepada mereka.

Tanpa mengetuk pintu ia langsung membuka pintu ruang kerja papanya dan di sana ia bisa melihat sang mama-Anggi dengan mata sembab menatap foto besar di dinding. Foto mereka bertiga.

Dengan bergetar ia berlari dan menubruk tubuh mamanya membuat sang empunya tersentak.

"Arleta?" Anggi membalas pelukan Arleta yang sudah terisak dalam dekapannya, ia bahkan bisa mendengar kata maaf yang terus keluar dari mulut gadis itu bercampur dengan isakan.

"Maaf.. maafin Arleta mama, maafin Arleta." Walau ia merasa sakit namun entah kenapa saat memeluk tubuh ini membuat beban yang ada di dalam dirinya hilang.

Anggi menggeleng pelan dan mengeratkan pelukan itu.

"Mama yang harus minta maaf, bukan kamu sayang."

Arleta kembali mengingat perkataan mamanya saat ia masih berusia delapan tahun waktu itu dan mungkin inilah yang mamanya maksud.

'Di saat kamu dewasa nanti dan mengetahui semuanya, maka mama mohon jangan tinggalkan dan membenci kami. Mama mencintaimu mu sayang.'

Di ambang pintu, Anton mengulas senyum melihat kedua wanita itu berpelukan, tak bisa di pungkiri jika ia sangat merasa lega sekaligus senang melihat moment seperti ini. Anak dan istrinya...

Arleta yang menyadari kehadiran Anton melepaskan pulangnya dan berbalik badan menatap papanya yang masih tersenyum kemudian ia berlari dan memeluk tubuh yang sudah lama ia tak peluk itu.

Anton membalas pelukan Arleta dan mengelus kepala gadis itu dengan sayang.

"Maafkan kami sayang." Arleta hanya mengangguk dan mengeratkan pelukan itu.

"Arleta kangen kalian.." lirih Arleta dalam dekapan hangat Anton.

Anton mengecup kepala Arleta berkali-kali dan mengusapnya.

"Putri kecil papa akhirnya sudah dewasa, dia bisa mengambil keputusan sekarang." Anton berujar dengan senyum menghiasi wajah lelahnya.

"Arleta tetap anak kalian kan?" Anton dan Anggi sontak mengangguk mendengar nya.

Anton mengurangi pelukan mereka dan menangkup wajah Arleta yang menyisakan sisa-sisa air mata di pipinya.

"Kamu anak papa, Arleta akan selalu menjadi putri papa dan mama." Arleta tersenyum dan kembali memeluk tubuh itu, ia memejamkan matanya sembari merasakan kehangatan yang menjalar di hatinya. Jika boleh berkata jujur, hati Arleta saat ini masih hancur mengetahui bahwa dia anak dari sahabat yang bahkan sudah di anggap saudara oleh mama nya. Tapi apakah mendendam sesuatu akan menyelesaikan masalah? Tentu tidak. Maka dari itu Arleta mencoba menerima semuanya, memaafkan Anggi dan Anton. Namun ia juga mempunyai satu keputusan yang akan ia ambil setelah ini.

Meninggalkan mereka?? Ya! Arleta akan pergi dari rumah ini. Bukan berarti dia akan meninggalkan mereka begitu saja, tapi ia akan meminta izin kepada Anggi dan Anton. Di sana masih ada satu keluarga nya, yang pasti selalu menunggu kehadirannya entah kapan dan Arleta akan memulainya saat ini, hidup di dampingi dengan keluarga kandung dan ia juga sangat ingin mendengar banyak tentang kedua orang tuanya..

Ibu.. Ayah.. Mungkin saat ini kita nggak bisa ketemu, tapi Leta janji kita akan ketemu nanti. Ya nanti! Di saat Tuhan telah memanggil Leta menemani kalian di sana..

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang