💠4

2.2K 109 0
                                    


Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu, kelas XI ipa1 kini ricuh dengan aksi-aksi murid yang kini ada yang ingin kekantin, ada juga yang duduk berkelompok untuk bergosip ria.

"Ta, lo pengen ikut ke kantin nggak?" Nania, Salsa dan Candra berdiri di samping Arleta yang tengah mengancing resleting ranselnya. Arleta yang mendengar suara Nania menoleh kearah ketiga sahabatnya.

"Iya." Ujarnya melangkah mengikuti mereka.

Sesampai nya mereka di kantin, Candra dan Salsa menuju penjual sedangkan Nania dan Arleta menuju bangku yang ada di pojok.

"Mm.. Ta" Panggil Nania ragu.

Arleta menoleh kearah Nania yang seperti nya ragu itu.

"Tentang kejadian bulan lalu?" Arleta yang tau maksud dari perkataan Nania hanya bisa menatap mata Nania kosong.

"So..sorry Ta, gua nggak maksud. Gua cuman penasaran dengan kejadian waktu itu. Lo tau sendiri kalau Lo itu nggak mau jelasin apa pun ke kita. Gua nggak tahan dengan sikap Lo Ta, gua nggak suka lihat lo murung mulu satu bulan ini." Ujar Nania menggenggam tangan Arleta yang ada di meja.

"Gua nggak bisa Na" Sekali lagi Nania menghela nafas mendengar jawaban yang keluar dari mulut Arleta. Selalu saja.

"Lo berdua ngomongin apa?" Arleta dan Nania mendongak dan mendapatkan Candra serta Salsa yang membawa pesanan mereka.

Salsa dan Candra duduk di bangku dan meletakkan pesanan mereka di meja.

"Ta gua pesanin lo Nasgor sosis sama es teh." Arleta mengangguk dan meraih makanan yang Candra sodorkan pada dirinya.

"Ta kita besok main ke rumah Lo ya, kita kangen main bareng lagi." Arleta menatap Salsa yang berujar sambil memakan bakso miliknya.

"Iya." Jawab Arleta dan melanjutkan memakan nasi goreng di depannya.

Mereka ber-empat melanjutkan acara makan dengan tenang sebelum sesuatu yang dingin menyentuk kulit kepala Arleta.

"Udah ngebunuh Sisil, masih aja Lo nempel sama mereka ya." Candra, Nania, dan Salsa bangkit dari duduknya dan menatap berang kearah kakak kelas yang begitu membenci Arleta.

"Eh! Mak Lampir kalau ngomong di jaga! Kalau Lo nggak tau kejadiannya nggak udah nge-gas!" Salsa mendorong pundak Carla kasar.

"Eh Lo nggak usah ikut campur. Gua nggak apa-apain Lo ya Sa! Gua cuman beri pelajaran pada gadis yang tak tau diri ini. Dia tuh ya nggak sebaik yang Lo pada kira, buktinya Sisil jadi mati karena ulah dia." Ujar Carla menunjuk tepat pada wajah Arleta yang hanya bisa duduk menunduk dan meremas rok abu-abu miliknya.

"Lo siapa ha?? Lo apanya Sisil?? Napa Lo yang marah sih. Kejadian itu juga udah sebulan berlalu dan asal Lo tau aja keluarga Sisil tak ada yang menyalahkan Arleta akan hal itu." Kini Nania yang menunjuk muka Carla dengan marah. Ia tak terima jika Arleta di perlakukan dengan tidak baik di sekolah.

"Lo itu cuman senior yang pengen tenar di sini, sebelum Lo bully Arleta dan Sisil Lo nggak pernah tuh di kenal sama anak-anak. Hanya mereka berdua aja yang mau Lo perlakukan dengan kasar, karena mereka menghormati Lo sebagai senior di sekolah ini. Dan asal Lo tau aja, Lo itu nggak sama sekali cantik dengan gaya Lo sekarang." Carla yang merasa di hina menatap berang kearah ketiga remaja yang ada di depannya.

Dengan berang ia menarik rambut Arleta yang masih saja menunduk membuat gadis itu berteriak kaget.

"Awww!!" Jerit nya memegang rambut yang di tarik oleh Carla.

"Apa-apaan Lo?!" Candra mencengkram tangan Carla yang gadis itu gunakan untuk menjambak rambut sahabatnya. Carla meringis kesakitan dan berusaha melepaskan cekakan tangan Candra namun hal itu malah membuat Candra semakin keras mencengkram nya.

"Gua paling benci sama orang yang beraninya menyakiti sahabat gua!" Desisnya menghempaskan tangan Carla.

"Lo pergi dari sini atau gua yang buat Lo pergi?" Carla mendengus dan berjalan menjauhi kantin.

"Ta Lo kok diam sih di giniin sama si Carla?" Nania mengambil beberapa tissue yang ada di meja dan melap baju dan muka Arleta yang basah.

"Lo nggak apa-apa Ta?" Tanya Candra.

"Kejadian bulan lalu itu bukan salah lo Ta, kejadian bulan lalu itu udah takdir untuk Sisil. Jadi Lo jangan ambil hati perkataan Mak Lampir tadi." Nania mengangguk mendengar perkataan Salsa.

"Lo ada kita yang akan lindungi Lo kalau Carla ngebully Lo lagi." Salsa memeluk Arleta dari samping.

Dalam diam, Arleta selalu mengucapkan kata maaf pada sahabatnya. Dalam diam ia menitikkan air mata mengingat kejadian naas bulan lalu, kata-kata Carla tadi seolah-olah berputar dalam otaknya. Hatinya menolak namun logika nya membenarkan.

TBC💠

Vote, Coment, dan Share ya💕💕

Follow VeNhii

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang