Arleta bangkit dari duduknya dan berlari menuju Candra yang Lo masih tak jauh di belakangnya."Ndra maksud Lo apa?" Ucapnya meraih tangan kanan Candra pelan.
"Apa?" Tanya Candra menatap wajah Arleta.
"Kata-kata Lo?" Candra menghela nafas pelan dan mengusap puncak kepala Arleta menggunakan tangan kiri.
"Nggak usah di pikirin, gua cuman lagi belajar merangkai kata-kata." Gumamnya tersenyum lembut.
"Ndra gua tau Lo gimana orangnya." Kekeh Arleta menatap Candra yang masih mengusap puncak kepalanya.
"Gua sayang sama Lo apapun keadaannya." Ucap Candra menarik Arleta ke pelukannya.
"Lo buat gua bingung Ndra." Lirih nya memejamkan mata.
"Woii main peluk aja Lo Ndra pan kita juga pengen ikutan." Candra terkekeh melihat Salsa dan Nania yang berlari kearahnya. Ia merentangkan tangan membuat kedua sahabatnya masuk dalam pelukan.
"Gua sayang kalian." Lirih Salsa mengeratkan pelukannya.
"Nggak nanya." Salsa mencebikkan bibirnya menatap Nania yang sudah melepaskan pelukan mereka.
"Becanda sayang becanda" Ucap Nania mengecup pipi Salsa sekilas.
"Nggak usah cium-cium berasa lesbi gua." Hardik Salsa mengusap pipinya yang tadi di di cium Nania seolah tengah menghapus bekas ciuman itu.
"Yaelah gaya Lo Sa. Dari jaman kita pake popok aja kita sering Bobo bareng berempat ehh tapi waktu SMP udah nggak ya kan Candra laki-laki nggak boleh Bobo bareng lagi kayak waktu bocah. Ehh dan jangan lupa ya Sa Lo sering cium pipi gua juga, nggak usah alay dah gua juga normal ya kalau Lo mau tau aja." Ketiga remaja itu menatap Nania jengah.
"Nge curhat Lo." Ucap Salsa membuat Nania menggerutu pelan.
"Berantem mulu perasaan. Kita jalan-jalan yuk." Mereka bertiga mengangguk mengiyakan perkataan Arleta.
"Kita ke kebun teh di villa ada dua sepeda nah kita bonceng-boncengan aja.
Mereka berempat berjalan menuju villa untuk mengambil sepeda yang berada di samping.
"Lo nyewa Ndra?" Tanya Arleta menaiki belakang jok sepeda. Posisinya sekarang ia tengah di bonceng Candra.
"Iya buat keliling wawancara nanti." Candra mengemudikan sepeda dengan pelan menuju kebun teh di belakang villa. Tak ada yang membuka suara.
***
Arelta, Nania dan Salsa berjalan menuju beberapa petani yang sedang memetik daun teh. Mereka berniat untuk mewawancarai petani yang ada di kebun teh siang ini dan besok mereka akan mewawancarai petani yang ada di sawah. Sedangkan Candra tengah mengambil peralatan berupa kamera, buku dan pulpen di villa.
"Ta kok gua ngerasa mereka liatina Lo mulu ya." Ucap Nania melihat beberapa petani yang menyadari kehadiran mereka memperhatikan Arleta. Lebih tepatnya terkejut melihatnya.
"Iya yah Ta, gua juga ngerasa gitu." Timpal Salsa menoleh kearah Arleta yang juga menatap petani yang juga menatapnya.
"Mungkin mereka bingung kenapa kita ada di sini." Ucap Arleta melanjutkan langkah menuju petani-petani itu.
"Permisi Bu pak." Ucap Arleta sopan saat mereka berada di depan petani itu.
Petani yang tadi sempat memperhatikan Arleta tambah terkejut melihat sosok yang ada di depannya.
"Misya?" Gumamnya dengan berkaca-kaca. Ketiga gadis itu mengerutkan kening mereka bingung. Merasa asing dengan nama itu.
"Maaf?." Ujar Arleta menatap bingung wanita paruh baya di depannya.
"Ah maaf nak, saya kira kamu seseorang yang saya kenal." Gumam wanita paruh baya itu menyadari apa yang tadi ia ucapkan sembari mengerjapkan mata agar cairan bening itu tak merembes keluar.
Arleta tersenyum kecil lalu mengangguk pelan.
"Gini Bu, kami kesini bertujuan untuk mewawancarai petani-petani yang ada di sini dikarenakan tugas sekolah jika ibu nggak keberatan." Jelas Arleta lembut.
"Oh silahkan tuh nak, nggak masalah kok." Perkataan ibu itu membuat mereka tersenyum.
Tak lama kemudian datanglah Candra membawa kamera dan peralatan lain.
"Oh iya Bu, perkenalkan nama saya Arleta, ini Salsa, Nania dan yang bawa kamera itu Candra." Ucap Arleta menunjuk satu persatu sahabatnya.
"Ohh iya, nama ibu Harnita Darma." Ucap ibu Harnita ikut memperkenalkan dirinya.
Dalam wawancara ibu Harnita selalu saja melirik Arleta yang tengah menulis jawaban yang ia ucapkan. Dan itu hanya Candra yang ngeh akan hal itu.
Candra menatap bingung ibu Harnita yang sesekali menatap Arleta dengan pandangan yang sulit di artikan.
Apakah? Batin Candra menatap ibu Harnita dan Arleta bergantian.
TBC💠
©peniYanty_As
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Memilih (Selesai)
Teen Fiction(Follow author sebelum membaca!!) Arleta adalah seorang gadis yatim piatu, dia di asuh oleh sahabat orang tuanya yang sama sekali ia tak tau jika mereka bukan orang tuanya. Arleta mempunyai trauma akan kematian sahabatnya yang telah menyelamatkan di...