💠26

1.5K 78 0
                                    

Jam di dinding kini menunjukkan pukul delapan malam, Arleta terduduk di karpet yang ada di dalam kamarnya menatap dua koper dan satu ransel di depannya. Keputusan Arleta sudah bulat, ia akan pergi dari rumah ini dan besok pagi ia akan meminta izin kepada papa dan mama nya.

Arleta menghela nafas lelah, mampukah dia meninggalkan rumah yang penuh kenangan ini? Mampukah dia meninggalkan kedua orang yang sangat menyayanginya? Mampukah Arleta?

Arleta menoleh kearah handphone nya yang berbunyi, bertanda bahwa ada line dan notiv yang masuk. Dengan pelan ia mengambil hpnya dan cairan bening itu kembali jatuh melihat isi dari handphone miliknya.

Nania_ Keluar dari grup

Salsa.l Keluar dari grup

Kenapa? Apakah mereka sudah tak mau berteman dengan dirinya setelah mengetahui identitasnya? Arleta dengan cepat mencari kontak Nania dan langsung menelfonnya, namun baru saja panggilan itu masuk langsung saja di rijeck, begitu juga dengan Salsa. Handphone miliknya kini luruh begitu saja ke karper dan isakannya mulai terdengar.

Kemana mereka? Saat ini adalah saat-saat dimana ia sangat membutuhkan support dari orang terdekatnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Siapa yang harus ia tempati bercerita? Siapa yang akan selalu menyemangatinya lagi??

Sedangkan di sebuah cafe yang ada di tengah kota terdapat seorang gadis yang tengah menyeringai menatap kedua gadis di depannya.

"So?" Tanya gadis itu dengan senyum kemenangan.

"Gua udah lakuin!" Ada rasa geram dalam hati gadis ini menatap lawan bicaranya, ia sangat membencinya tapi apa yang harus ia lakukan? Salahkan diri nya yang mau menerima taruhan dari seniornya itu.

"Apa-apaan kalian?!!" Nania dan Salsa berjangkit kaget saat dengan kasar Candra menarik lengan mereka dan entah kapan Candra ada di cafe ini.

Nania dan Salsa bisa melihat marah yang terpendam dalam diri Candra saat ini, terbukti jelas muka laki-laki itu sudah memerah dan cengkraman tangannya menguat.

"Ndra.."

"Gua nggak nyangka Lo pada ngelakuin ini sama Arleta! Demi tuhan Arleta butuh kita sekarang dan kalian malah memblok nomor maupun media sosial Arleta?! Demi taruhan murahan kalian dengan Carla?!!" Candra berang, ia marah saat melihat notiv yang masuk di hp nya beberapa menit yang lalu. Nania dan Salsa, mereka memblokir semua akses Arleta untuk mengabari atau sekedar bercerita dengan mereka.

"Ndra.. gua nggak tau sumpah! Gua kemakan sama omongan dia." Mendengar omongan itu membuat Carla yang ada di samping mereka menyeringai. Ah.. drama persahabatan?? Ckckck..

"Lo lihat bagaimana kacaunya Arleta dua hari ini? Lo nggak ada rasa kasihan melihat hancurnya sahabat Lo pada? Di mana otak kalian! Hah!!" Nania dan Salsa hanya bisa menunduk. Mereka akui mereka salah, tapi apa yang harus mereka lakukan? Nasi sudah menjadi bubur.

"Gua.. kecewa sama kalian!" Setelah mengatakan itu, Candra menghempaskan tangan mereka dan berjalan menuju parkiran di mana motor nya berada.

Nania dan Salsa berlari mengejar laki-laki itu dan menarik lengannya saat mereka sudah berada di parkiran khusus motor.

"Ndra gua mohon. Kita nggak ada niatan untuk jauhi Arleta, kita cuman di paksa sama Carla karena kita kalah." Candra mendesis menatap wajah Salsa yang sepertinya ingin menangis.

"Terus Lo mau gitu?" Sinisnya dan berjalan menuju motornya.

©©©

"Jangan bercanda Arleta!" Arleta memejamkan matanya mendengar perkataan anggi-mama angkatnya. Pagi ini ia memang sengaja menemui kedua orang tuanya untuk membicarakan keputusannya.

"Kamu nggak akan kemana-mana ya, kamu anak kami. Ingat itu!" Anton menatap tak setuju atas apa yang Arleta katakan barusan.

"Ma pa. Arleta mohon biarkan Arleta pergi, Arleta nggak akan kemana-mana hanya saja Arleta ingin tinggal di mana tempat tinggal ibu dan ayah Arleta, dan lagian Arleta masih punya satu keluarga di sana." Jelas Arleta lembut.

Anggi menatap mata Arleta dan memegang bahu putrinya.

"Kamu anak mama sayang, kamu keluarga mama dan papa juga. Mama nggak mau berjauhan lagi dengan kamu. Sudah cukup mama menjaga jarak dengan kamu selama ini, biarkan mama selalu bersamamu nak. Mama mohon, kamu itu putri mama, putri mama satu-satunya dan mama nggak mau kehilangan kamu." Arleta menghela nafasnya.

"Arleta mohon.. mama dan papa jangan egois, Arleta masih mempunyai bibi dan mana mungkin Arleta tinggal di sini dan bibi Arleta berjuang sendiri di sana? Bibi Arleta selalu menantikan kehadiran anak dari adiknya, dia semakin menua. Izinkan Arleta menemaninya, Arleta janji akan selalu berkunjung kemari atau papa dan mama yang kunjungi Arleta nantinya. Arleta mohon mama dan papa jangan egois kali ini."

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang