💠40

1.5K 78 0
                                    

Beberapa tahun kemudian...

Gadis berusia dua puluh dua tahun itu menuruni bus yang ia tumpangi. Ia mengambil koper yang di berikan sang kornet tak lupa mengucapkan terima kasih.

Gadis itu memperbaiki letak Khimar dan cadarnya sebelum ia melangkah menuju bangku halte untuk menunggu bus selanjutnya.

Walau terik matahari menyinari begitu panas tak mampu membuat gadis berjilbab maroon itu mengeluh. Rindu itu yang mendominasi hatinya saat ini.

Setelah bus datang ia menaiki dan duduk di bagian belakang.

Senyum terus terukir pada wajah yang tertutup kain itu menatap jalan yang familiar baginya. Jalan yang selalu ia lalui dulu.

Setelah dua puluh menit akhirnya bus itu berhenti di halte komplek.

Ia berjalan menyeret koper hitamnya memasuki komplek yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan. Masih sama, tak ada yang berubah.

Gadis itu menatap rumah megah di depannya, hanya cat nya yang sudah berubah. Walau ragu ia berjalan membuka gerbang dan berjalan lebih dalam.

Ia menekan bel rumah dua kali dan tak lama muncullah sosok wanita paruh baya yang sangat ia kenal, yang selalu menemani dirinya dari kecil.

Wanita itu tampak terkejut melihat gadis itu, namun kerutan di kening menandakan jika ia tak mengenalnya.

"Maaf, cari siapa ya?" Arleta melepas koper nya dan langsung saja menubruk tubuh mbok Ani. Ia memeluk tubuh itu erat, ia begitu merindukan sosok ini.

"Arleta kangen mbok. Ini Arleta." Tubuh itu kaku mendengarnya, namun isakan Arleta membuat wanita paruh baya itu membalas pelukan Arleta.

Mbok Ani pun menangis, gadis ini. Gadis yang selalu ia peluk kala ia merindukan orang tuanya, gadis yang selalu ia suapi makanan sewaktu kecil, gadis yang meninggalkan rumah ini selama bertahun-tahun telah kembali. Ya Tuhan!

Arleta melepaskan pelukannya dan mbok Ani menatap dirinya dari atas sampai kebawah, senyum kecil tercetak di bibir wajah itu. Ia tak menyangka Arleta yang dulu sekarang menjadi sosok yang sangat berubah.

"Arleta.. Nak" Arleta tersenyum dan mengecup pipi mbok Ani.

"Arleta kangen.." mbok Ani mengangguk, ia juga merindukan gadis ini. Gadis ini sudah besar dan dewasa.

©©©

"Mama sama papa dimana mbok?" Saat ini Arleta tengah duduk di kamar nya, ya kamarnya dulu.  Kamar ini tak ada yang berubah, masih sama seperti yang dulu bahkan pakaian dan seragam sekolah nya dulu masih ada di kamar ini, hanya saja di atas pintu terdapat foto berukuran besar di sana ada dirinya yang masih berumur tujuh tahun, papa, dan mama nya.

"Nyonya sana tuan ada di kantor non. Dulu saat non pergi, tiga Minggu setelahnya nyonya dan tuan mengunjungi non Arleta di sana, tapi betapa terkejutnya mereka saat tak menemukan keberadaan non di sana. Sampai-sampai tuan menggunakan semua kekuasaannya untuk mencari keberadaan non Arleta namun tidak bisa ia temukan. Nyonya Anggi saat itu sangat stres. Ia merindukan dan khawatir sampai-sampai ia harus di larikan ke rumah sakit selama seminggu." Hari Arleta sakit mendengarnya. Ia tak menyangka jika mama nya akan sakit saat ia pergi.

"Tuan saat itu sangat panik. Ia sempat menyewa orang untuk mencari non Arleta di kota Jakarta karena mereka mengira non tidak pergi ke desa itu, namun hanya ada ponsel non yang tergeletak di jalan dan itu membuat kepanikan mereka bertambah.. dua tahun tuan mencari keberadaan non sampai-sampai ia hampir mengalami krisis perusahaan dan setelah itu ia memberhentikan pencariannya, ia sudah putus asa karena non Arleta tidak ditemukan. Bahkan orang tua dari sahabat non pun ikut membantu namun hasil nya nihil sama sekali. Non hilang, tidak ada yang tahu di mana non berada."

Arleta menatap mbok Ani dengan pandangan mengabur, air matanya sudah siap untuk keluar namun dengan cepat mbok Ani menghapus air mata itu

"Sampai akhirnya non datang, datang dengan perubahan yang banyak. Mereka merindukan anaknya yang hilang selama ini. Pergilah non menemui kedua orang tua non, walau mereka hanya orang tua angkat namun mereka sungguh menyayangi non Arleta. Mbok bisa melihat bagaimana hancur nya mereka saat non hilang, mbok bisa menjamin kalau mereka saat ini sangat merindukan kehadiran non."

Arleta menganggukkan kepalanya dan meraih tas kecil yang ia bawa tadi.

"Terimakasih mbok. Arleta akan menemui mereka, Arleta juga sangat merindukan mereka."

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang