💠10

1.8K 96 0
                                    


Arelta menoleh kearah Candra yang tersenyum lembut kearahnya. Isakan masih saja keluar dari mulut gadis itu bahkan ia mencengkram tangan Nania dengan erat.

"Please jangan gini Ta. Kenapa lo sembunyikan semuanya kepada kita?" Sambung Candra yang sudah berdiri di depannya.

"Kita bakal selalu ada untuk lo Ta, selalu berada bersama lo. So we beg you, do not be sad, we will always wait for you to love you." Lirih Salsa mengelus punggung Arelta yang bergetar.

Mereka tak pernah menyangka Arleta mengalami semua ini. Mereka hanya mengira jika Arelta terpuruk dan selalu diam hanya karena kejadian satu bulan yang lalu ternyata di balik semua itu ada yang lebih menyakitkan. Ketika seorang anak yang tak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Arleta memejamkan matanya mendengar perkataan sahabatnya. Mereka sudah tau apa yang terjadi pada dirinya, jadi apa yang harus ia tutup-tutupi lagi? Apakah ini saat nya ia mengatakan semuanya dan mulai terbuka kembali? Entahlah.

"We really miss you who used to be laughing out loud and open with us who have never been silent like now." Nania ikut menggenggam tangan Arleta yang masih memegang lengannya erat.

©©©

Pukul 5:00 Arleta bangun tidur. Ia menoleh ke samping dan menemukan Nania dan Salsa yang masih memejamkan mata. Ia turun dari kasur dengan pelan takut mengganggu kedua sahabatnya yang masih tidur.

Dengan langkah tenang ia berjalan menuju kamar mandi dan mengambil wudhu.

Setelah selesai shalat Subuh Arleta berjalan menuju dapur untuk memasak. Walau ada asisten rumah tangga tapi ia ingin memasak hari ini.

Mbok Ani yang baru saja memasuki dapur untuk memasak di kagetkan oleh Arleta yang tengah mengaduk nasi goreng di depan kompor.

"Non kok masak? Kan ada mbok non." Arleta menoleh dan tersenyum kecil membuat mbok Ani bingung. Ini pertama kalinya setelah sebulan ini putri dari majikannya tersenyum walau hanya tipis.

"Mbok kerjain yang lain aja biar Arleta yang masak." Jawabnya kembali mengaduk nasi goreng itu.

Setelah Arleta menyelesaikan masakannya ia berjalan menaiki tangga menuju kamar untuk bersiap-siap pergi sekolah.

Arleta hanya menggelengkan kepala melihat kedua sahabatnya yang masih terlelap dengan nyamannya padahal jam di nakas sudah menunjukkan pukul enam pagi. Biasanya Arleta di jam enam sudah berangkat kesekolah tapi sekarang ia akan mulai kembali seperti dulu yang selalu berangkat bersama ketiga sahabatnya.

"Na, Sa bangun." Nania menarik kembali selimut yang sempat di tarik Arleta.

Arleta beralih kearah tubuh Nania dan mengguncangnya pelan.

"Bangun Na, udah jam enam inih." Nania mengucek matanya sembari menguap.

"Jam berapa?" Tanya Nania membuka mata.

"Jam enam. Sa bangun." Arleta beralih kearah tubuh Salsa yang memunggungi keduanya.

"Hmm.." Nania berdecak mendengar gumaman itu dan dalam satu kali gerak ia menendang bokong Salsa membuat gadis itu jatuh kelantai.

"Adaawww!!! Nania gua bantai lo idup-idup!" Arleta membelalakkan mata melihat Salsa yang mengusap punggungnya yang kesakitan.

"Maap Sa maap, gua terlalu bersemangat bangunin lo." Sebelum Salsa menjawab Nania lebih dulu berlari kedalam kamar mandi.

"Adaawww.. sumpah ini sakit banget, gua dapat lo Na." Gerutu Salsa bangkit dari lantai dan duduk di kasur.

"Lo nggak apa-apa Sa?" Tanya Arleta berjalan kearahnya. Salsa menatap tajam Arleta yang menatapnya dengan polos.

"Menurut ENTE??!" Arleta meringis mendengar ucapan itu. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Sudah lama ia tak berinteraksi dengan mereka jadi dia tak tau harus gimana.

"Loh Salsa lo kenapa? Kek kesakitan gitu." Candra yang baru saja masuk kamar Arleta menatap bingung Salsa yang menggosok bokongnya dengan mimik kesakitan.

"Emang sakit bego!" Ucap Salsa nggak selow sama sekali.

"Aelah gua baru dateng juga udah diomelin" Gerutu Candra duduk di sofa yang ada dikamar Arleta memainkan ponselnya.

Nania menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi dengan cengiran menatap mereka yang juga menatapnya bingung.

"Ambilin baju dong, gua lupa." Ucapnya pelan.

"Ehh lo jangan ambilin Ta, biar gua aja." Arleta menuruti perkataan Salsa saat ia ingin beranjak kearah lemari.

Dengan terlatih Salsa berjalan kearah lemari mengambil pakaian di sana.

Pluk!

"Salsa Sarap!!." Jerit Nania saat dengan teganya Salsa melemparinya dengan tas kecil yang isinya alat make up. Make up guyss! Bayangin kalau beberapa make up yang di lempar ke muka kalian dengan nggak selow.. Sakit eww!!

"Enak pan ya?? Makanya itu otak di isi jangan jail mulu kerjaannya." Nania cemberut menatap Salsa.

"Gua minta pakaian elah, pakaian gua mana ini." Pinta Nania dengan raut muka yang tak berubah.

"Yee ambil sendiri."

TBC💠

©PeniYanty_As
Ig : VenYanti.As

Btw, Ig nya saya ganti ya😁

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang