💠8

1.8K 101 0
                                    


Nania menggeram kesal mendengar suara Arleta yang lirih.

"Ta! Sampai kapan Lo terjebak oleh kejadian yang bukan Lo dalangnya? Please Lo jangan salahin diri Lo sendiri Ta." Ucap Nania mulai jengah.

"Iya Ta, kejadiannya itu udah satu bulan lewatnya. Semua murni karena tabrak lari bukan karena Lo, bahkan keluarga Sisil juga nggak nyalahin Lo Ta." Arleta hanya menundukkan kepalanya dengan sendu.

Memang semua keluarga Sisil tak ada yang menyalahkannya, karena hasil dari penyelidikan polisi bahwa kematian sang sahabat murni karena tabrak lari dan bahkan saat ini ia belum tau siapa yang menabrak sahabatnya. tapi apakah karena keluarga Sisil tak ada yang menyalahkannya membuat dirinya bisa kembali seperti dulu lagi? Itu sudah tak mungkin lagi. Bagaimana ia bisa tertawa ataupun tersenyum ceria di saat salah satu sahabatnya yang Ta bisa ia lihat senyumannya karena menolong dirinya? Sangat sulit bagi Arleta untuk melakukannya. Bahkan mengingat masa-masa di mana sahabatnya menghembuskan nafas terakhir membuat hatinya bagai di tiban beban yang sangat berat. Lantas bagaimana ia bisa tertawa??

"Andai waktu itu Sisil nggak dorong gua, mungkin saat ini dia masih bisa bersama kalian." Ketiga sahabatnya menatap Arleta yang mulai berbicara menatap ke depan dengan nanar. Bahkan ada senyum pahit yang terukir di bibir gadis itu.

"Kalian pasti berfikir selama sebulan ini gua nggak kangen sama Sisil kan? Karena gua selalu saja diam tak pernah menyebut nama nya saat kita selalu main bareng. Bahkan di saat kalian mulai pembicaraan dan membawa nama Sisil, hanya gua yang diam seolah-olah nggak tertarik." Arleta menghapus cairan bening yang mulai keluar dari pelupuk matanya.

"Padahal kenyataannya gua sangat kangen sama dia, gua merindukan sosoknya yang selalu mengajak kita hang out bareng. Gua rindu sama dia yang selalu curhat di gc kita. Kalian tau? Menyebut nama nya itu membuat hati gua bagaikan di tiban sesuatu yang keras. Penyesalan, rasa bersalah, rindu, marah, semuanya gua rasain, gua marah sama diri gua sendiri yang membiarkan dia meninggalkan kita, seandainya gua hati-hati kala itu mungkin kita semua masih kumpul ber-lima. Gua rindu sangat rindu dengan dia, gua kangen kita yang berlima, gua kangen melihat dia tertawa riang bersama kita. Bahkan gua merasa nggak ada hak lagi untuk tertawa melihatnya merenggang nyawa karena nylamatin gua.." Nania dan Salsa memeluk tubuh Arleta yang mulai bergetar menahan tangisnya. Mereka tak pernah tau jika kejadian itu membuat Arleta terpuruk seperti ini.

Sedangkan Candra menatap Arleta dengan sendu.

"Berdamai dengan masa lalu Ta." Ucap Candra membuat Arleta menatapnya.

"Gua nggak bisa."

"Lo bisa! Lo bisa ngelakuinnya, bahkan setelah kejadian itu Lo bisa Ta, tapi hanya saja Lo takut, hanya saja Lo udah menyerah tanpa mau memulai." Potong Candra menatap manik mata Arleta.

Apakah bisa?? Apakah ia akan bisa? Mungkin hanya mereka lah yang menganggap ia akan bisa namun nyatanya? Itu sangat sulit.

Arleta terus saja diam menatap Candra.

"Bahkan di saat Lo belum nyoba Lo udah berfikir negatif tentang diri Lo. Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin jika memang Lo serius ngejalaninya." Pungkas Candra melihat keraguan di mata Arleta.

"Kita bakal bantu Lo, berdamai dengan masa lalu Ta. Kita rindu Lo yang selalu tersenyum, kita rindu Lo yang mampu membuat orang tersenyum dengan kebaikan Lo." Kini Nania menatap Arleta yang juga menatapnya.

"Kita kangen Ta, kita sangat kangen Lo yang dulu. Bukan Lo yang sekarang, yang selalu diam tanpa senyum, tanpa tawa. Lo itu orang yang ceria Ta bukan pendiam. Maka kembali lah kepada diri Lo sendiri bukan jadi diri orang lain." Sahut Salsa melepas pelukan nya. Salsa meraih tangan Arleta dalam genggamannya dan menatap mata Arleta lembut.

"Kita bakal selalu bantu Lo, kita akan bantu Lo berdamai dengan masa lalu yang membuat Lo berubah menjadi orang lain." Yakinnya mengeratkan genggaman tangannya.

Arleta menatap satu persatu sahabatnya yang juga menatap dirinya penuh keyakinan dan mengangguk.

"Gua bakal berusaha." Senyum terbit di bibir mereka mendengar perkataan yang keluar dari mulut Arleta dan juga senyum tipis yang terukir di bibir gadis itu.

Salsa kembali membawa Arleta dalam  pelukannya dengan senyum yang terukir di wajah gadis cantik itu.

"Lo nggak sendiri Ta. Lo ada kita yang akan selalu nemenin Lo setiap Lo butuh, dan Sisil bakal senang jika dia masih ada disini." Ucap Salsa senang.

TBC💠

Jangan lupa Vote, Coment, dan Share💕💕

Ig : veni_as04

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang