💠30

1.5K 77 0
                                    

Arleta maupun Marianne tak ada yang membuka suara, mereka diam dengan tangan yang masih di genggam oleh Marianne. Isakan Arleta juga sudah tak terdengar lagi hanya saja air matanya yang sepertinya enggan untuk berhenti jatuh.

Arleta menormalkan nafasnya yang serasa memburu, ia melepaskan genggaman tangan nya dari Marianne dan memeluk tubuhnya yang terguncang mendengar perkataan Marianne tadi.

Marianne, gadis itu menghela nafas kasar dan bangkit dari duduknya.

"Aku mau shalat Isya dulu ya Ta." Ujarnya melangkah menuju kamar mandi yang terletak di dapur. Sepertinya ia akan mengambil wudhu kembali.

Setelah mengambil wudhu ia melangkah keruangan yang ia tempati namun Arleta sudah tak ada di sana lagi. Marianne hanya bisa tersenyum kecut mengingat bagaimana hancurnya Arleta atas semua yang terjadi. Marianne akui jika hal ini tak mudah untuk di lalui oleh Arleta terlebih dia masih berumur tubuh belas tahun dan ia adalah perempuan.

Setelah menunaikan shalat isya, ia mengambil Al-Qur'an yang berada di dalam tas yang selalu ia bawa. Marianne membuka juz 29 dan membaca surah Al-mulk.

Marianne terus melantunkan ayat suci dengan suara nya yang lembut, seakan-akan dia sangat tersentuh dengan ayat demi ayat yang tertera di lebaran itu.

Di dalam kamar, Arleta tengah terisak sambil membekap erat mulutnya. Ia bimbang, rasa marah itu masih ada terselip di dalam hatinya, namun mendengar perkataan Marianne tadi dan mendengar lantunan surah Al-mulk yang Marianne bacakan membuat tubuh Arleta tergoncang hebat. Hatinya rasanya sesak, kapan ia terakhir memegang Al-Qur'an? Kapan ia terakhir membacanya?

Perkataan Marianne kini seolah-olah berputar di dalam kepalanya.

'Kadang kita selalu berfikir bahwa doa-doa kita tak pernah di kabulkan. Padahal, Allah sudah menjawabnya dengan cara lain. Hanya saja, kita terlalu egois untuk menyadarinya karena kita menginginkan jawaban yang sesuai dengan keinginan kita...'

'Apa dengan kamu menjauh dari sang Khaliq semuanya akan terkabul? Apakah dengan kamu membenci sang Khaliq semuanya akan kamu capai?'

'Cintai mereka dengan membahagiakan mereka di sana, kamu tak sempat bertemu mereka di dunia, maka berusaha lah kamu untuk bertemu mereka nanti dengan kebahagiaan'

Arleta memejamkan matanya merasakan kepalanya pening seketika. Rasa yang ia rasakan saat ia sangat kacau, semuanu bercampur satu.

Marianne yang sudah menyelesaikan bacaannya kini memasukkan mukenah beserta Al-Qur'an kedalam tasnya kembali. Ia melangkah menuju kamar Arleta untuk istirahat. Sampainya di sana, ia hanya bisa menatap sayu Arleta yang sudah tertidur.

Setelah meletakkan tasnya di meja, ia juga ikut membaringkan tubuhnya di samping Arleta, namun sebelum itu ia terlebih dulu membersihkan kasur dengan sarung dan membaca surah An-Nas, Al-falah, dan Al-Ikhlas sebanyak tiga kali dan Al-fatihah kemudian menyapukannya ke seluruh tubuhnya, setelah itu ia membaca doa tidur dan memejamkan matanya.

Setelah Marianne tidur, Arleta membuka matanya perlahan. Sebenarnya tadi ia tak tidur, ia hanya memejamkan matanya untuk meredam sesak yang ia rasa.

Ia bangkit dengan pelan dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dapur, setelah selesai ia kembali kedalam kamar dan membuka lemari kayu kemudian mengeluarkan mukenah beserta sajadah yang ada di sana.

Arleta shalat, untuk pertama kalinya ia merasa kalut dalam shalatnya, untuk pertama kalinya ia menangis dalam melakukan shalat. Tak ada isakan, namun air matanya terus mengalir dan bibirnya bergetar saat mengucapkan huruf-huruf dalam Al-Qur'an.

Sujud terakhir ia sengaja agak lama, ia berdoa di sujud akhirnya. Merapalkan doa dan mengucapkan istighfar berulang kali dalam hati.

Setelah shalat, ia berjalan menuju tas Marianne dan mengambil Al-Qur'an di dalamnya. Pertama ia membuka surah Al-Fath, bibir nya bergetar saat ia mulai membaca ayat demi ayat yang ada di sana.

Pukul dua pagi Marianne mengerjabkan mata. Ia menguap dan bangkit dari tidurnya, kebiasaan Marianne setiap malam akan bangun dan melakukan shalat di tengah malam. Awalnya ia mengernyit tak merasakan ada nya sosok Arleta di samping.

Ia bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar, alangkah terkejutnya dirinya melihat sosok yang ia cari tengah duduk dengan tangan berada di depan wajahnya dan menunduk. Dari tempat nya berdiri ia dapat mendengar suara lirih penuh isakan yang keluar dari bibir Arleta.

'Ku mohon maafkan hamba mu ini ya Allah, maafkan hamba mu ini yang sempat melupakan bahkan membenci mu. Maafkan hamba mu ini yang menyalahkan atas apa yang menimpa ku.'

'Maaf, ampuni hamba ya Allah.'

'Ya Allah, hamba merindukan keluarga hamba. Di dunia hamba tak bisa melihat wajah nya, tolong hamba untuk bisa melihatnya kelak, di Surga-Mu ya Allah.'

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang