💠12

1.7K 88 0
                                    


Arleta menatap jengah kedua sahabatnya yang tengah beradu mulut tentang makanan apa yang harus mereka makan. Demi apa? Bukankah cukup memilih makan satu persatu sudah cukup? Kenapa harus ada perdebatan seperti ini?

Dengan kesal dia berdiri dan mengode Salsa untuk mengikutinya.

"Mau kemana Ta?" Tanya Salsa mengikuti Arleta.

"Pesan makan. Kalau kita nunggu mereka selesai adu mulut bakal lumutan kita." Salsa menghentikan langkahnya mendengar ucapan Arleta.

Tadi yang ngomong Arleta?? Apa dia  tak salah dengar?? Apa mungkin dia bermimpi?? Arleta yang dulu telah kembali lagi? What?!!

"Cepetan Sa!" Salsa megerjapkan mata melihat Arleta yang menoleh kearahnya dengan raut kesal.

Dengan terburu-buru ia berjalan setengah berlari kearah Arleta dan memukul lengan gadis itu.

"Ini lo kan Ta?" Arleta memutar bola matanya mendengar pertanyaan tak bermutu Salsa.

"Menurut lo?" Balasnya menarik tangan Salsa menuju warung.

"Eh ia beneran lo ya Ta? Lo kok banyak bicara?" Bolehkah Arleta memukul wajah tanpa dosa di samping nya ini? Sungguh Arleta gemas pengen mukul di buatnya.

"Lo mau gua diem mulu gitu?" Salsa menggelengkan kepalanya mendengar itu.

"Ya nggak lah. Ya udah yuk lah pesen."  Mereka berdua memasuki warung dan memesan nasi goreng dan bakso untuk Nania dan Candra sedangkan untuk Salsa dan dirinya mie pangsit di tambah beberapa bakso.

Kan?? Apa yang Arleta katakan bener. Lihatlah di depan sana Nania dan Candra masih setia dengan debat yang sama sekali tak penting.

Salsa dan Arleta meletakkan nasi kuning serta bakso di depan mereka masing-masing membuat mulut mereka yang masih mengeluarkan suara berhenti.

"Daripada lo pada ribut gitu mending makan sono." Ucap Salsa duduk di samping Candra.

"Lo berdua kapan pesennya?" Tanya Candra menatap bakso di depannya.

"Ketika Avatar mampir ke rumah Spongebob untuk menolong Gerry yang keselek burger buatan Patrick." Ingin rasanya mereka bertiga mengolesi saus ke mulut orang itu. Siapa lagi kalau bukan Nania yang menatap mereka polos.

"Na lo tau apa persamaan lo sama cabe?" Tanya Salsa menunjuk cabe yang sudah di haluskan di meja. Nania menggeleng.

"Sama-sama pedes kalau ngomong." Cetusnya.

"Yee.. enak aja lo ngomong."

"Udah ah, makan dulu nanti lagi berantemnya." Mereka menuruti perkataan Arleta untuk diam dan melahap makanan mereka.

"Hmm.. enak-enak. Ini lo pesen di mana? Gua mau bungkus satu." Tak ada yang menanggapi. Bahkan niat untuk menanggapi perkataan Nania saja nggak ada. Menurut mereka itu adalah pertanyaan paling konyol mengingat hanya ada satu warung di kantin samping sekolah mereka. Jadi buat apa mereka menjawabnya? Buang buang tenaga saja.

Nania mencebikkan bibirnya melihat mereka yang masih sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Dengan kesal ia melanjutkan makan nya.

***

Jam di kelas sudah menunjukkan pukul 14:30 berarti lima menit lagi bel pulang akan berbunyi. Arleta sudah memasukkan buku yang ada di meja kedalam tas nya dan terus menatap Nania yang tengah menghitung mundur menit kelima.

"Yap!" Gumam Nania ceria mendengar suara melengking di penjuru sekolah.

"Jangan lupa kalian mengerjakan tugas itu. Dan ibu tidak mau tau Minggu depan kalian harus mengumpulkan nya beserta dengan foto dalam kegiatan kalian untuk bukti." Mereka semua mengangguk mengiyakan dan guru itu berjalan keluar kelas.

"Kita ke mana nih?" Tanya Candra membalik menatap Arleta dan Nania.

"Ke puncak aja gimana? Kita wawancarai petani dan pekerja di kebun teh?" Jawab Salsa yang ikut membalik belakang menatap Nania dan Arleta.

"Apa nggak kejauhan? Kan kita bisa wawancara di kebun binatang atau tempat sejarah yang ada di daerah ini saja." Ucap Arleta menatap Candra meminta persetujuan.

"Bosen Ta di kota mulu. Sekali-kali ke pedesaan atau puncak gitu yang udaranya segar sekalian kita refreshing gitu." Arleta menghela nafasnya mendengar jawaban Candra.

"Tapi gua minta izin dulu sama mbok Ani ya. Kebetulan lusa tanggal merah jadi kita berangkatnya besok supaya kita punya waktu di sana." Mereka tersenyum menatap Arleta. Senang dengan jawaban Arleta yang setuju dan juga senang karena Arleta sudah mulai berbicara banyak kepada mereka.

"Ok. Yok lah pulang." Candra menarik tangan Arleta untuk berjalan keluar kelas meninggalkan Salsa dan Nania yang berang menatap punggung mereka berdua.

"WOIII IBAB KITA LO TINGGAL!! AWASS LO CANDRAAA!!" Candra mencebulkan kepalanya ke dalam kelas saat mendengar teriakan Nania dan Salsa.

"Sorry gua kira tadi nggak ada orang." Kekehnya mendapat lemparan tas dari Nania dan Salsa.

"Noh bawa tas kita. Lo jangan banyak gaya atau kita pecat." Ucap Nania melewati Candra yang tengah memegang kedua tas di tangannya.

"Gua juga ya Ndra sekalian." Arleta meletakkan tas miliknya di atas tumpukan tas di tangan pria itu dan berlari mengikuti Nania dan Salsa kemudian menggandeng tangan kedua sahabatnya.

TBC💠

©peniYanty_As

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang