💠15

1.6K 84 0
                                    


Arleta berjalan melewati beberapa rumah yang berada di puncak ini. saat ini ia memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri.

Dengan langkah pelan ia berjalan di atas kerikil-kerikil kecil yang di gunakan untuk jalanan. Ia masih diam dengan alunan musik yang menyumbat telinganya menggunakan headset. Arleta terus saja berjalan menatap lampu-lampu rumah yang tak seterang di tempat tinggalnya yang ada di kota tapi terlihat lebih tenang dan nyaman.

Tiba-tiba ia berhenti saat melihat wanita paruh baya yang tengah duduk di bangku dekat rumah kayu namun indah yang menatap kearah langit yang bertaburan bintang. Arleta mengingat orang itu, dia adalah orang yang memanggilnya dengan nama 'Misya' tadi siang. Dengan langkah perlahan ia berjalan menuju wanita paruh baya itu dan duduk di sampingnya.

"Ibu sendiri?" Ucap Arleta menatap wajah ibu Harnita yang tengah menatap langit senduh. Ibu Harnita terlonjak kaget mendengar perkataan gadis di sampingnya dan dengan cepat ia menoleh.

"Kamu ngagetin nak." Gumamnya menatap Arleta.

"Oh maaf Bu, saya mengira ibu menyadari keberadaan saya tadi." Ucap Arleta menatap bersalah ibu Harnita.

Ibu Harnita tampar mengulas senyum  tipis melihat sosok Arleta di depannya. Ia bahkan merasa sangat menyayangi gadis di depannya ini bahkan mengenalnya saja baru siang tadi.

"Kamu sendiri?" Tanya ibu Harnita menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak menemukan siapa-siapa selain dirinya dan Arleta.

"Iya Bu, Arleta ingin jalan-jalan doang." Ibu Harnita mengangguk pelan dan kembali menatap langit.

"Ibu suka lihat langit ya?" Arleta yang sedari tadi memperhatikan ibu Harnita tanpa bisa di cegah ia melontarkan kata-kata itu.

Ibu Harnita tersenyum mendengar pertanyaan gadis di sampingnya tapi masih setia menatap taburan bintang di atas langit.

"Ibu suka lihat bintang." Gumamnya pelan. Arleta mengerutkan keningnya. Baru kali ini ia melihat seorang wanita yang tak mudah lagi sangat menyukai bintang biasanya ia akan mendapati remaja-remaja yang menyukai bintang.

"Oh ya?" Ucap Arleta menatap wajah ibu Harnita dari samping.

"Dulu, ibu selalu menatap bintang bersama adik perempuan ibu." Arleta diam mendengarkan perkataan Ibu Harnita yang mulai bercerita. Dan ia tertarik akan hal itu.

"Di sini kami selalu bercanda ria sambil menatap bintang yang bertaburan di langit. Dulu adik ibu mengatakan 'jika nanti aku telah diada maka lihatlah bintang-bintang di atas langit maka kakak akan merasa aku bersama mu kak'." Ibu Harnita kini bangkit dari duduknya dan menatap Arleta yang menatapnya bingung.

"Kamu tunggu sebentar ya, ibu mau ambil sesuatu dulu." Arleta mengangguk pelan dan ibu Harnita berjalan memasuki rumah entah akan mengambil apa.

Selang beberapa menit ibu Harnita keluar dari rumah membawa sesuatu di tangannya seperti kotak.

"Ibu ingin menunjukan ke kamu." Ibu Harnita membuka kotak itu dan mengambil sebuah kalung yang berbandul love dan juga foto wanita dan pria yang tengah menggendong bayi.

"Ini adalah adik ibu, namanya Misya." Gumam ibu Harnita menatap foto di tangannya.

Arleta meraih selebar foto yang di sodorkan ibu Harnita. Senyum gadis itu mengembang melihatnya. Ia seakan mengingat bagaimana orang tuanya di kala ia masih bayi kala itu. Pasti sama seperti yang ada di foto yang ia genggam.

"Dimana sekarang Bu?" Tanya Arleta mendongak menatap ibu Harnita yang tiba-tiba sendu.

"Dulu waktu mereka ingin berkunjung ke kota. Saat mereka ingin membelikan perlengkapan bayi untuk anak mereka, mereka mengalami kecelakaan lebih tepatnya di tabrak." Arleta bisa melihat kesedihan yang ada di mata ibu Harnita saat mengatakan nya.

"Saat itu ibu sedang berada di kebun teh yang tadi ibu petik. Kebun tuh itu merupakan kebun mereka yang ibu kerja sekarang. Ibu mendengar kabar kalau mereka kecelakaan dan tak selamat, hari itu ibu tak tau apa yang bisa ibu lakukan lagi. Dia adalah keluarga ibu satu-satunya dan telah meninggalkan ibu bersama suami nya." Air mata luruh begitu mengingat kenangan itu. Kenangan di mana ia kehilangan keluarganya.

"Terus bayi yang ada dalam gendongannya?" Tanya Arleta masih memegang foto itu.

"Yang ibu tau dia dirawat oleh seseorang yang menabrak mereka. Katanya itu adalah permintaan Misya dan Suaminya saat mereka masih sadar kala itu, sebenarnya ibu tak ingin memberikannya tapi apa boleh buat? Ibu tak kuasa menolak apa yang Misya katakan." Gumamnya menghela nafas pelan.

"Saat ibu melihat mu di kebun teh tadi, ibu seolah-olah melihat kembali Misya dalam fisik yang berbeda." Arleta tertegun. Ia kembali memperhatikan wanita yang tengah tersenyum dan ia baru saja menyadarinya.

Bukankah di dunia ini banyak orang yang hampir mirip?

Ya itulah yang terlintas di benak Arleta saat ini.





TBC💠

©peniYanty_As

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang