💠35

1.4K 73 0
                                    

Gadis itu meringkuk dalam tidurnya, ia sesekali menghapus cairan bening yang menembus pelupuk matanya. Ia merindukan semuanya, ia merindukan orang tuanya dan keuarganya, ia merindukan sosok yang selalu bersamanya dulu, ia merindukan sahabatnya.

Kerinduan itu kini menguasai hati nya kala ia tak sengaja menemukan foto dirinya dan ke-tiga sahabatnya saat berkemah PMR dulu.

Arleta tak pernah menyangka jika sahabatnya dengan tega menjauhi dirinya disaat ia mengetahui jika ia bukanlah anak Anggi dan Anton.

Sentuhan di bahu gadis itu membuat dirinya menoleh dan menemukan Marianne tengah tersenyum lembut kepadanya. Arleta bingung, kenapa Marianne ada di kamarnya di tengah malam? Ia mengucek matanya yang masih penuh dengan genangan air mata.

"Menangis lagi?" Ucap Marianne duduk di sisinya. Arleta menoleh ke belakang dan menemukan Alya dan Pingki yang berdiri menatap dirinya. Arleta pikir mereka sudah tidur tapi ternyata belum.

"Ann kok bisa ada di sini? Kan sudah tengah malam." Arleta duduk di kasurnya menatap Marianne.

"Tadi Alya dan Pingki ke kamar aku, dia bilang kalau kamu nangis lagi. Mereka takut jadi manggil aku." Arleta tersenyum. Marianne ini sosok perempuan yang selalu ada untuknya, di manapun ia membutuhkan sandaran makan perempuan inilah yang selalu bersedia untuknya.

"Aku merindukan mereka." Gumamnya dengan mimik muka yang ingin menangis.

"Siapa?" Tanya Marianne bingung.

"Semuanya. Aku sangat merindukan mereka."

"Jangan sedih, nanti kalau libur panjang aku akan nemenin kamu ke kota buat ketemu orang tua angkat mu dan sahabatmu." Mendengar kata orang tua angkat membuat hati Arleta mencelos. Sontak kenyataan jika dirinya tak mempunyai orang tua membuat hatinya sakit.

"Maaf ya Ta, aku nggak maksud untuk nyinggung kamu. Aku cuman nggak mau kamu nangis terus di tengah malam. Coba deh kamu pikirin apa gunanya kamu menangis? Menangis dan mengingatnya akan membuat dirimu makin terpuruk. Air mata mu jangan ku tumpahkan dengan meringkuk dalam tidur mengingat mereka. Tumpahkan air matamu di hadapan Allah, memohon agar hatimu di beri ketabahan dan kesabaran. Menangis dan memohon di hadapan Allah itu lebih baik daripada menggumkan rindu di dalam tidurmu." Arleta tertohok mendengarnya. Perkataan Marianne mampu membuat hatinya teremas, bukan karena ia tak menerima perkataan perempuan itu, namun karena ia merasa sangat bodoh sekarang. Kenapa ia melupakan-Nya?

Arleta rasanya ingin memukul kepalanya sendiri. Sudah beberapa Minggu ini ia selalu menangis dan meringkuk di tengah malam kala kerinduan itu datang bahkan ia melupakan jika masih ada Allah yang akan selalu bersamanya.

"Terimakasih Ann. Maaf aku sempat melupakan-Nya jika aku merasa kalut." Marianne tersenyum kecil dan menggeleng.

"Minta maafnya jangan ke aku Ta tapi minta maaf lah kepda-Nya yang sempat kamu lupakan."

©©©

Seperti biasa, Arleta dan teman kelasnya akan duduk di kelas guna mengemban pendidikan. Mata Arleta yang sembab mampu mencuri perhatian teman sekelasnya namun ia hanya menanggapinya dengan senyuman.

Kak Rara yang berada di depan juga tak luput dari Arleta. Ia sudah mendengar semuanya dari Marianne tadi pagi, dan itu mampu membuat hatinya mencelos akan apa yang di rasakan gadis itu.

Arleta, di saat matahari terbit sampai terbenam selalu menampilkan wajah ceria dan ramahnya, namun siapa sangka di balik wajah ceria itu nampak kesakitan dan kesepian yang dalam? Kak Rara bahkan sangat ingin merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya dan menenangkan hati nya yang sakit.

Kerinduan...

Kesakitan..

Kesepian..

Komplit, semuanya ia rasakan. Tapi kak Rara bersyukur gadis itu tak merusak dirinya sendiri menghadapi masalah itu. Banyak remaja seusia Arleta di luar sana yang menghadapi hal serupa dan membuat mereka merusak diri mereka dan menghinakan diri mereka demi menghilangkan kesakitan yang mereka rasa sampai melupakan adanya sang Khaliq yang akan selalu bersamanya. Namun Arleta berbeda, gadis itu memilih untuk mendekati sang Khaliq agar ia bisa merasakan ketenangan kembali.

Walau kak Rara tau, jika tujuan Arleta berubah tidak pure karena Allah, ia tau jika Arleta berubah untuk menenangkan diri dan untuk bertemu dengan kedua orang tuanya nanti. Walau begitu, kak Rara memakluminya dan ia akan berusaha membuat Arleta menyadari makna perubahan, tujuan berubah, dan hanya untuk Allah. Karena cintanya kepada sang Khaliq, karena takut akan siksa Neraka dan ingin merasakan kebahagiaan Syurga-Nya.

Dan kak Rara yakin, jika Arleta merupakan gadis yang sangat mudah untuk luluh dan mudah untuk di bimbing. Kak Rara, walau ia baru mengenal Arleta beberapa Minggu ini, namun entah mengapa ada sesuatu di dalam hatinya yang mendorongnya untuk selalu menjaga dan membimbing gadis itu.

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang