Arleta, Nania, Salsa dan Candra kini tengah asik bermain PS di dalam kamar milik Arleta. Kamar Arleta memang isinya lengkap, bahkan kulkas kecil pun ada di kamar milik gadis itu. Ia memang sengaja menyuruh pekerja rumahnya untuk mengisi benda-benda yang menurutnya di perlukan di dalam kamarnya selama sebulan ini karena i lebih sering berada di kamar di bandingkan di bagian rumah lainnya."Ta Lo mau main juga?" Tanya Salsa menyerahkan stick PS kearahnya yang duduk bersama Nania.
Arleta menggeleng pelan dan merai cemilan yang di sodorkan Nania.
"Nggak."
"Oh iya, Ta Lo kapan-kapan nginep di rumah gua lagi ya. Soalnya mama kangen katanya sama Lo." Celetuk Nania menatap Arleta yang di sampingnya.
"Mama Lo?" Nania mengangguk menjawab pertanyaan Arleta.
"Iya, kapan-kapan." Lanjutnya memakan cemilan di tangan Nania.
"Sa." Salsa yang merasa di panggil menoleh kearah Nania yang ada di belakangnya.
"Why?"
"Kapan-kapan tinggal di rumah gua ya. Kan udah lama nih Lo pada nggak nginep di rumah kan." Jawab Nania di angguki yang lainnya.
Tok tok tok
Arleta bangkit dari duduknya saat mendengar pintu yang di ketuk.
"Ya mbok?" Tanya nya saat membuka pintu.
"Makan malamnya udah selesai non." Arleta mengangguk pelan mbok Ani berjalan menuju dapur yang ada di bawah.
"Makan dulu." Ketiga sahabat Arleta menghentikan aktifitas mereka masing-masing dan berjalan mengikuti Arleta menuju ruang makan.
Sesampainya di ruang makan tiba-tiba saja Arleta berdiri kaku melihat kedua orang tuanya yang duduk di meja makan.
Kapan mereka pulang?
"Kenapa diam? Ayok makan." Ucap Anton saat Arleta dan teman-temannya terus berdiri melihat mereka.
Arleta masih diam sedangkan ke tiga sahabatnya sudah duduk di kursi.
"Arleta." Panggil namanya membuat Arleta berjalan pelan dan duduk di samping sang papa.
Ruang makan kini sunyi senyap. Tak ada yang membuka suara, baik itu kedua orang tua Arleta maupun ke empat remaja itu.
Salsa, Candra, dan Nania saling menatap satu sama lain saat merasa ada keganjalan dari ketiga orang yang bersama mereka. Tak ada interaksi antara orang tua dan anak yang seperti biasanya.
Anton berdehem pelan dan menatap Arleta yang berada di sampingnya.
"Bagaimana sekolah mu?" Tanyanya meminum air putih di depannya.
"Baik." Anton mengangguk pelan mendngar jawaban yang keluar dari putrinya.
"Mama sama papa akan berangkat besok pagi ke London, jadi kamu jangan buat keributan atau kekacauan lagi selama kami pergi. Jangan sampai kejadian bulan lalu terulang lagi." Arleta menunduk. Harus kah papanya mengatakan kata-kata itu di depan para sahabatnya saat ini?
Sedangkan ketiga remaja di depannya menatap Arleta. Ada yang tidak beres di keluarga ini.
"Papa sama Mama sedang sibuk akhir-akhir ini jadi jangan buat kami di sana mendengar kabar yang seperti satu bulan yang lalu." Sambung mama nya menatap putrinya yang terus saja menunduk. Ia merasa bagaikan beban di kedua orang tuanya.
"Arleta udah kenyang." Setelah mengucapkan tiga kata itu, Arleta berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua dengan mata yang memerah menahan air mata.
Kedua orang tua Arleta menatap ketiga sahabat putrinya yang berjalan meninggalkn meja makan.
"Kalian bakal nginep?" Langkah Candra berhenti mendengar pertanyaan mama Arleta yang masih setia duduk bersama Anton suaminy.
"Iya Tante, kami akan menemani Arleta." Setelah mengucapkannya, Candra melanjutkan langkah nya menuju lantai dua, di mana Arleta dan kedua sahabat nya berada.
"Ta." Panggil Candra membuka kamar gadis itu. Di sana, Arleta sedang di peluk kedua sahabatnya.
"Lo ada kita. Kenapa Lo selama ini diam Ta? Kenapa Lo nggak ngomong ke kita?" Arleta terus saja menangis di dalam pelukan kedua sahabatnya yang mengeratkan pelukan mereka.
"Lo punya kita Ta, Lo punya kita ber-tiga yang akan selalu bersama Lo walau kedua orang tua Lo selalu mengacuhkan Lo." Ujar Salsa menghapus air mata Arleta.
"Apa gua salah mengharapkan kasih sayang kepada kedua orang tua gua sendiri?." Nania dan Salsa semakin mengeratkan pelukannya mendengar suara lirih Arleta.
"Apa dosa gua sangat banyak sampai-sampai kasih sayang dari kedua orang tua gua aja nggak bisa gua dapat?" Arleta terus saja terisak dalam pelukan kedua sahabatnya.
"Lo jangan terpuruk seperti sebulan lalu lagi Ta. Jangan! Lo harus kuat karena Lo nggak sendiri, Lo ada kita yang akan selalu bersama Lo, menjaga Lo." Ucap Candra yang sedari tadi diam di depan pintu.
TBC💠
Jangan lupa Vote, Coment, dan Share💕💕
Ig : veni_as04
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Memilih (Selesai)
Ficção Adolescente(Follow author sebelum membaca!!) Arleta adalah seorang gadis yatim piatu, dia di asuh oleh sahabat orang tuanya yang sama sekali ia tak tau jika mereka bukan orang tuanya. Arleta mempunyai trauma akan kematian sahabatnya yang telah menyelamatkan di...