💠41

1.5K 88 2
                                    

Arleta berjalan memasuki gedung pencakar langit di tengah kota Jakarta.

Dari ia masuk tadi, ia sudah menjadi tontonan karyawan-karyawan yang bekerja di Siregar Corp ini.

Arleta tak menghiraukan tatapan orang-orang fokusnya saat ini adalah ruangan papanya. Ia berjalan menuju resepsionis yang juga menatapnya bingung.

"Kak Milda, papa ada?" Resepsionis itu terkejut mendengar suara familiar itu. Arleta, ya ia tak menyangka gadis di depannya ini adalah putri dari Anton Siregar dan Anggi Aulia Siregar.

"Arleta?" Ucapnya memastikan.

Arleta mengangguk pelan.

"Iya kak, papa ada?" Tanya nya sekali lagi.

Resepsionis atas nama Milda itu hanya bisa mengangguk pelan. Iya masih terkejut atas kehadiran tiba-tiba putri dari bos nya. Beberapa tahun ini ia tak pernah melihat gadis itu dan ia kembali melihatnya sekarang, dengan keadaan yang berubah.

Arleta berjalan menuju lift setelah ia mengucapkan terimakasih. Dia langsung berjalan menuju lift khusus untuk keluarga nya, ia berdoa semoga sidik jarinya masih ada tersimpan dalam pendeteksi pada lift itu.

Walau ragu ia menempelkan telunjuknya di alat pendeteksi dan lift tersebut tertutup.

Arleta tersenyum, ternyata papa nya tidak menghilangkan sidik jarinya di perusahaan ini.

Dalam hati ia selalu mengucapkan maaf kepada orang tua angkatnya karena ia meninggalkan mereka lama.

Lift terbuka tepat di lantai atas gedung ini, dimana ruangan papa nya berada.

Ia melangkahkan kakinya pelan menuju satu-satu nya ruangan yang ada di lantai ini, di luar ruangan itu terdapat sekertaris papa nya yang tengah menatap komputer sesekali kertas yang ada di genggamannya.

Mendengar langkah kaki mendekat membuat wanita paruh baya itu menoleh dan menemukan Arleta berjalan kearahnya. Keningnya mengkerut menandakan i tak mengenal Arleta.

"Maaf, anda cari siapa?"

"Pak Anton ada Bu?" Ucap Arleta membuat wanita itu mengangguk dan bersuara kembali.

"Ada apa mencari pak Anton? Anda sudah buat janji?" Arleta menggeleng pelan dan tangannya beralih kebelakang kepalanya membuka tali cadar, setelah ia melepas penutup wajahnya wanita yang berada di depannya membelalakkan mata terkejut.

"Arleta??" Arleta tersenyum dan mengangguk mengiyakan pertanyaan wanita paruh baya itu.

"Iya Bu Mira, ini Arleta." Sekertaris dari papa nya kini langsung memeluk dirinya dengan erat.

Arleta membalas spekulan itu dan mengusap punggung Bu Mira dengan lembut.

"Kamu kemana aja selama ini nak? Ya Tuhan, kamu berubah nak."

"Arleta ada di kampung keluarga Arleta Bu." Bu Mira mengangguk pelan. Ia sudah tau jika Arleta bukanlah anak kandung dari bos nya.

"Yaudah, kamu kedalam nak. Papa mu pasti akan bahagia melihat putrinya kembali." Setelah mengucapkan terimakasih dan memakai cadar nya kembali, Arleta berjalan menuju pintu kayu yang tak jauh darinya. Tanpa mengetuk pintu dulu ia membukanya dan berjalan masuk.

Gadis itu mengerutkan keningnya saat melihat ruangan ini yang kosong, tidak ada papa nya di sini. Arleta menghela nafas pelan, mungkin papa nya keluar tanpa sepengetahuan Bu Mira. Saat ia hendak keluar, pintu kamar mandi yang ada di ruangan ini terbuka.

Anton menatap seorang gadis di depannya dengan bingung. Ia tak mengenalnya.

"Maaf anda siapa? Dan kenapa anda ada di ruangan saya? Di mana Bu Mi-" Arleta berlari dan menubruk tubuh tegap di depannya, ia bahkan sudah terisak saat tangannya sudah melingkar di tubuh Anton.

Anton tersentak kaget dan melepas pelukan gadis itu. Ia menatap mata yang berair itu dengan bingung, namun hatinya bergetar saat ia mendengar isakan familiar dari gadis di depannya.

Dengan ragu ia menarik penutup wajah gadis itu kebawah, dan muncullah wajah Arleta dan isakan gadis itu semakin besar.

Tangan Anton kaku, bahkan seluruh tubuhnya bagaikan dihantam beton yang berat. Dengan bibir yang bergetar ia memanggil nama gadis itu. Lirih namun masih bisa di dengan kan oleh Arleta. Arleta mengangguk pelan dan Anton menangkup wajah itu lembut.

"Arleta? Ini kamu nak?" Sekali lagi Arleta mengangguk dan kini senyum kecil tercetak di wajah itu.

Anton langsung membawa Arleta keperluannya, pelukan kerinduan akan putrinya yang hilang beberapa tahun ini, pelukan penyesalan atas apa yang telah ia lakukan kepada putrinya di masa lalu.

"Papa.." Anton mengangguk mengiyakan perkataan Arleta, ia bahagia mendengar panggilan yang selama ini ia rindukan.

"Iya nak, ini papa. Papa kamu... Papa kamu sayang." Air mata itu luruh dengan sendirinya. Ia bahagia, ia sangat bahagia bisa melihat putrinya kembali. Ia tidak sabar melihat reaksi Anggi saat tau jika putri mereka baik-baik saja. Ia tidak sabar melihat senyum istrinya kembali lagi, ia tidak sabar melihat mereka bertiga berkumpul lagi dalam satu keluarga yang utuh. Anton tersenyum kecil dan menghapus air matanya..

Bersambung...

Yeeiii.. Bentar lagi selesai nih guys, jangan bosen di baca ya😁

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang