Gadis itu terus saja bergelut dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Walau matahari sudah terlihat tak mampu membuat gadis berbaju putih itu untuk bangun dari tidurnya."Non bangun, hari ini non sekolah." Dari sebelah kiri terlihat asisten rumah tangga yang tengah mencoba membangunkan gadis berbaju putih itu.
"Non bangun. Ada temen-temen non tuh di bawah." Dengan perlahan ia membuka matanya dan mencoba merenggangkan otot-otot nya yang kaku.
"Jam berapa mbok?"
"Setengah tujuh non." Dengan cepat Arleta berlari ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Tak perlu waktu lama ia keluar dari kamar mandi dan menuju lemari untuk memakai pakaian sekolah,.
"Loh??" Arelta menatap ke tiga sahabatnya yang tengah duduk di kursi makan tengah melahap nasi goreng.
"Lo lama Ta, sini ah Lo makan terus kita cus ke sekolah." Arleta hanya diam mengangguk dan duduk di samping Nania untuk sarapan.
"Mata Lo kenapa Ta?" Sontak Nania dan Salsa menoleh kearah Arleta yang juga menghentikan makannya mendengar perkataan Candra.
"Oh iya, tuh mata kenapa? Lo habis nangis?" Celetuk Salsa memperhatikan mata Arleta yang membengkak karena menangis semalam.
"Ehh. Nggak apa-apa kok." Nania menghela nafas pelan mendengar jawaban yang keluar dari mulut Arleta.
"Nggak usah di tanya, dia nggak bakal ngomong kok." Ucap Nania membuat Arleta menunduk. Bukannya dia nggak mau bilang, tapi ia cuman nggak mau para sahabatnya tau bagaimana kehidupannya dan kedua orang tuanya selama ini. Cukup mereka tau bagaimana kejadian satu bulan yang lalu.
Setelah semuanya selesai makan, mereka berjalan mebil Candra yang berada di depan rumah Arleta.
"Gua naik bus aja." Mendengar itu, Candra menghentikan membuka pintu mobil.
"Nggak, Lo bareng kita." Ucapnya menarik tangan Arleta memasuki mobil di ikuti oleh Salsa dan Nania.
"Ta, Lo terbuka lah sama kita. Lo kenapa lagi? Nangis ngingat kejadian bulan lalu itu? Ta itu bukan salah lo Ta." Arleta hanya diam mendengar perkataan Nania.
"Kita kangen sama Lo." Timpal Salsa menggenggam tangan Arleta.
"Maaf." Sekali lagi hanya menghela nafas lah yang mampu ketiga remaja itu lakukan. Arleta dan sifat keras kepalanya tak akan berpisah.
Kini tak ada lagi yang membuka suara, mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Sedangkan Arleta ia memejamkan matanya mengingat kedua orang tuanya dan sahabat yang telah meninggal kan mereka satu bulan yang lalu. Sahabat yang mampu merubahnya dengan kepergiannya.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di sekolah.
Candra dan ketiga sahabat perempuannya k luar dari mobil dan berjalan menuju kelas mereka.
"Hari ini ada ulangan dadakan?"
"Nggak tau juga tuh. Tapi kata temen kelas kita, iya." Candra mengangguk pelan dan berjalan menuju kursi nya.
"Ta, nanti kita jadi ya di rumah Lo. Nginap ya Ta, kita udah bawa baju kok di bagasi mobil Candra." Arleta menatap Salsa kemudian mengangguk mengiyakan. Tak bisa di pungkiri ia juga merindukan kegaduhan di rumahnya yang terjadi akibat sahabat-sahabat nya.
"Nanti gua tidur di mana dong?" Candra menoleh kearah ke ketiga sahabatnya dengan penuh tanya.
"Lo tidur di kamar tamu." Jawab Nania di angguki oleh Candra.
"Eh Tapi, orang tua Lo ada di rumah nggak?" Arleta menggelengkan kepalanya. Mana mungkin? Orang tuanya saat ini tengah sibuk di luar sana.
"Ok! Kalau gitu nanti malam kita bebas di rumah Lo Ta." Ucap Salsa senang.
Salsa dan Nania terus saja bercerita yang hanya di angguki atau di jawab 'iya' oleh Arleta. Sampai saat suara seseorang menghentikan cerita mereka berdua.
"Masih betah juga Lo pada temenan sama dia." Nania dan Salsa menatap sinis kearah Carla yang berjalan angkuh kearah mereka ber empat.
"Hadeehh... Ini nih yang di namakan orang yang hidup di dunia nggak punya tujuan. Hari-harinya nge nyinyir mulu." Sengit Nania menatap Carla.
"Oh ya? Terus apa dong namanya kalau orang yang ngebunuh sahabat nya sendiri? Terus sok-sok diam nggak mau bicara?" Balas Carla membuat mereka berang.
"Wooiii.. selow dong. Lo tuh nggak tau kejadian nggak usah sok jadi cewek. Sok tau, eh sok cantik lagi." Carla menatap tajam Salsa yang masih saja menatap dirinya berani.
"Gua nggak ada urusan sama kalian bertiga, jadi jangan ikut campur."
"Lo seujung kuku aja nyakitin Arleta gua pastiin besok nya Lo bakal nyesel."
"Jangan mentang-mentang Lo senior di sini terus mau sekenanya sama kita. Lo itu hanya senior yang otaknya tukeran sama anak kecil, kekanak-kanakan.!"
TBC💠
Jangan lupa Vote, Coment, & Share💕💕
Follow Ig : veni_as04
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Memilih (Selesai)
Teen Fiction(Follow author sebelum membaca!!) Arleta adalah seorang gadis yatim piatu, dia di asuh oleh sahabat orang tuanya yang sama sekali ia tak tau jika mereka bukan orang tuanya. Arleta mempunyai trauma akan kematian sahabatnya yang telah menyelamatkan di...