💠31

1.5K 75 0
                                    


Air mata Marianne luruh begitu saja mendengarnya. Arleta, gadis itu tengah memanjatkan doa kepada sang Khaliq. Memohon ampun dan menyesal dengan apa yang ia lakukan.

Di sana, Marianne bisa melihat tubuh mungil itu bergetar takkala bibir itu mengucapkan kata yang tersirat penuh penyesalan dan memohon ampun.

Marianne tak tahan lagi melihat Arleta yang langsung sujud setelah berdoa, ia berlari dan merengkuh tubuh itu membuat sang empunya tersentak.

©©©

Gadis itu menatap dirinya dalam pantulan cermin, pandangannya kosong namun sebercik senyum kecil tersungging di wajah gadis itu. Walau ia masih merasa ini tak kenyataan, namun rona bahagia tersirat di wajah gadis itu. Ia kembali mengamati tubuhnya dengan senyum kecil entah kenapa melihat penampilannya yang sekarang membuat bebannya kurang.

Sudah tiga hari setelah kejadian itu, ia mulai membuka hati dan pemikirannya mengenai hidupnya sekarang, nanti dan seterusnya. Walau tak jarang ia merasa sangat merindukan sosok orang tua, namun ia selalu memantapkan hatinya jika semua itu adalah takdir, dan mau lari kemanapun dia maka ia akan tetap mengalaminya.

Arleta merapikan Khimar yang melekat di kepalanya, hari ini ia akan pergi menuju pondok pesantren yang ada di desa ini bersama Marianne. Arleta memakai jilbab bermotif bunga dan Khimar berwarna peach membuat ia tersenyum melihat penampilan barunya. Khimar yang tak sepanjang Marianne namun melewati dada dan jilbab yang menjuntai kebawah menyentuh mata kakinya.

"Arleta sudah?" Perkataan Marianne membuat dirinya menoleh ke belakang dan menemukan Marianne yang berdiri di depan pintu kamarnya.

Ia mengangguk dan mengambil tas yang lumayan besar di kasur dan berjalan menuju gadis itu.

"Ayuk."

Mereka berdua berjalan keluar dan mendapatkan pak Santo yang tengah menaikkan tas milik Marianne ke motor.

"Pak, nanti kalau ada temen yang datang nyari atau siapapun, bilang saja kalau Arleta nggak tinggal di sini ya." Ujar Arleta saat pak Santo menaiki motor dan di susul oleh Marianne dan dirinya.

"Kenapa Ta?" Tanya Marianne menatap Arleta bingung.

"Nggak apa-apa kok." Pak Santo hanya mengangguk pelan dan melajukan motornya menuju pondok pesantren yang tak jauh dari sini namun jika di tempuh dengan berjalan kaki mampu membuat kaki pegal.

Arleta menatap bangunan  di depannya, bangunan ini tak seindah dan semegah yang ada di kota namun penghuni bangunan ini mampu membuat hati nya mencelos dan sesak.

Ketika di kota bangunannya di penuhi dengan pakaian formal dan ketat maka di bangunan ini di penuhi wanita dengan tudung kepala dan pakaian yang longgar dan  ia bisa menangkap beberapa di antara mereka menggunakan penutup wajah atau cadar. Pemandangan langka itu mampu membuat cairan bening di pelupuk matanya mengembang. Hatinya merasakan haru melihatnya.

"Semoga nyaman ya Ta di sini. Insyaa Allah setiap Sabtu soreh kita di bolehin pulang." Marianne menepuk pundak Arleta membuat gadis itu tersentak kaget.

Mereka berdua berjalan memasuki pagar kayu dan beberapa dari remaja yang tengah berada dekat pagar menatap mereka berdua.

Arleta sontak menunduk malu sedangkan Marianne tersenyum kepada mereka.

Marianne dan Arleta berjalan menuju ruangan yang berada di pojok dan terdapat tulisan di sana jika itu ruangan ustazah yang mengajar di sini.

"Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh Ummu." Marianne mengetuk pintu kayu itu serta mengucapkan salam dan tak lama kemudian pintu itu terbuka dan menampilkan wanita dewasa yang tidak  tua tersenyum kearahnya.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh.. Ehh.. masuk dek, Ummu sudah tunggu dari tadi." Setelah mencium tangan wanita itu Marianne dan Arleta berjalan masuk dan menemukan lima wanita paruh baya dan dua wanita dewasa di dalam sana.

"Assalamu'alaykum Ummu, maaf nunggunya lama." Ujar Marianne duduk di bangku yang ada di sana dan di ikuti Arleta.

"Wa'alaykumsalam, nggak apa-apa kok Ann. Nunggunya juga nggak sia-sia." Marianne tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.

"Ini ya Ann?" Marianne menatap Ummu Syifah sebentar dan mengangguk pelan.

"Iya Umm." Ummu Syifah mengangguk dan menatap satu persatu orang yang ada di sini.

"Rara, Ummu serahkan Arleta ke kamu ya. Dan Arleta, ini kak Rara yang akan membimbing kamu di sini. Semoga kamu betah di sini ya."

Bersambung...

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang