💠48

2.7K 81 1
                                    


Dalam acara makan malam, Arleta hanya diam. Ia tak banyak bicara. Sedangkan orang tuanya dan orang tua canda sesekali mengobrol ringan bahkan Candra sudah terlihat akrab dengan orang tua Arleta.

Arelta melirik Candra yang berada di samping om Fino-Papa Candra yang tersenyum menanggapi perkataan papanya.

Setelah makan, ketiga pria itu berjalan menuju ruang tamu sedangkan Arleta, Anggi dan Misya-mama Candra membereskan meja.

Arleta berjalan menuju wastafel dengan piring di tangannya. Ia di ikuti oleh Misya yang juga membawa piring sembari tersenyum menatap punggung gadis itu.

"Arleta ini sahabatnya Candra dulu ya?" Arleta menoleh kearah mama Candra, ia tersenyum kaku. Walau ia sangat dekat dengan Candra dulu namun Arleta baru kali ini bertemu langsung dengan kedua orang tuanya.

"Iya Tante." Jawabnya sembari mengangguk pelan.

"Nggak nyangka loh Tante bisa ketemu sama kamu. Tante hanya pernah ketemu sama Nania dan Salsa" Arleta hanya tersenyum menanggapi. Ia bingung sekarang, mama Candra kini terus bercerita membuat dirinya agak canggung.

"Yaudah kita ke luar yuk. Mereka udah nunggu di luar." Anggi dan Misya berjalan menuju ruang tamu, sedangkan Arleta menuju kamarnya karena ada urusan.

"Nanti kamu ke bawah ya Ta, kalau selesai." Arleta mengangguk pelan dan melanjutkan langkahnya.

Setelah Arleta selesai dengan urusannya ia segera berjalan menuju lantai bawah.

Di ruang tamu terlihat papa Arleta yang tengah berbicara bersama papa Candra. Entah Arleta tidak tau apa yang mereka bicarakan, Arleta hanya bisa melihat papa Candra mengangguk sembari tersenyum kecil.

"Ma" panggil Arleta dan berjalan menuju mereka yang menoleh kearahnya. Semuanya tersenyum menatap Arleta yang sudah duduk di samping sang mama.

Anton berdehem pelan dan memperbaiki posisi duduknya, ia menatap putrinya yang sepertinya masih bingung dengan kedatangan rekan kerjanya sekaligus sahabat Arleta dulu.

"Arleta?" Arleta menoleh mendengar panggilan lembut sang papa.

"Iya pa?" Anton tersenyum lembut kepada putrinya.

"Usia kamu sekarang berapa sayang?" Arleta mengerutkan keningnya. Pasalnya Anton pasti sudah tau berapa usia gadis itu.

"22 pa." Jawabnya pelan. Sekarang Anggi menatap sang suami, ia mengisyaratkan untuk dirinya saja yang berbicara. Anton mengangguk pelan.

"Kamu bingung ya kenapa Candra dan orangtuanya datang ke rumah?" Arleta melirik Candra sebentar dan mengangguk pelan.

"Gini.. kamu kan sudah kenal dekat dengan Candra saat kalian masih sekolah. Umur kamu sudah 22 tahun, kamu sudah dewasa sayang. Apalagi mama melihat perubahan kamu selama ini membuat mama yakin dengan keputusan mama." Anggi menghela nafas pelan sebelum ia melanjutkan perkataannya.

"Candra datang kerumah berniat untuk melamar kamu. Dia ingin meminta kamu menjadi istrinya." Jantung Arleta kini berdegup kencang, tubuhnya kaku. Ia bahkan menatap sang mama dengan mata melotot saking kagetnya.

Sedangkan Candra menatap Arleta was-was.

"Candra sudah berubah sayang. Dia tidak seperti Candra yang kamu kenal saat kalian masih sekolah. Mama yakin kamu bisa di jaga dengan dirinya." Arleta masih bergeming. Kepala gadis itu kini terasa pening. Ia tidak menyangka jika keanehan malam ini terjawab dengan keterkejutan.

"Arleta?" Arleta tersentak kaget saat mamanya menepuk pundaknya.

"Ya?" Anggi tersenyum kecil. Putrinya kaget, pasti itu.

"Menurut kamu bagaimana?" Arleta menoleh kearah Candra yang juga menatapnya.

"Ndra?" Panggilnya pelan.

"Aku boleh tanya?" Mereka mengerutkan keningnya mendengar kepekatan Arleta. Dengan pelan Candra mengangguk.

"Kenapa kamu memilih aku? Bukannya kamu tau masa laluku yang hancur?"

"Masa lalu bukan patokan dalam memilih pasangan. Mungkin masa lalu kamu buruk, tapi ketahuilah jika seorang laki-laki memilih wanita tidak dengan pandangan masa lalu namun bagaimana wanita tersebut memperbaikinya. Kita sama-sama tau bagaimana masa remaja kita. Kita sama-sama tau bagaimana pergaulan kita di masa lalu, mengingat kita adalah sahabat. Tapi.. Allah memberikan kita kesempatan untuk dekat dengannya dan aku bisa menjemput calon pendamping hidupku dengan terhormat tanpa harus menyentuh nya dulu.. dan, aku juga ingin meminta maaf atas kesalahan yang aku perbuat dulu. Menyentuh mu padahal itu sebuah larangan yang keras." Arleta memejamkan matanya menahan cairan bening itu merembes keluar.

Kata-kata Candra bukan hanya mengena kepada Arleta saja, namun semua yang ada di ruangan itu.

"Kamu, biar kan aku mencoba memperbaiki kesalahanku dulu. Biarkan aku menyempurnakan sebagian Agama kita." Arleta menunduk. Ia bahkan meremas jemarinya.

"Arleta?" Arleta mendongak menatap wajah Anggi yang tersenyum lembut kearahnya.

Arleta melihat satu persatu dari mereka dan terakhir ia menatap Candra sebelum Arleta menggerakkan kepalanya.

"Insyaa Allah, Arleta siap..." Ucapnya sembari mengangguk pelan.

*SELESAI*

ENDINGNYA GANTUNG NGGAK? Semoga nggak ya guys😁

Tenang, masih ada Extra Part nya manteman. Jadi jangan di hapus dulu ya..

Saya Veni, mengucapkan banyak terimakasih kepada kalian semua yang sudah membaca tulisan saya🌺😚😚

Maaf jika banyak typo di setiap chapter dan banyak yang nggak jelas alur nya🙏

🌺Salam Manis🌺

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang