Arleta berjalan dengan membaca dzikir pagi menuju taman belakang. Hari ini kak Rara menyuruh mereka untuk kumpul di taman belakang, memang sekali sepekan mereka akan out door.
Di sana sudah ada beberapa teman kelasnya yang duduk di tikar, ia berjalan menuju mereka dan duduk di sana.
"Maaf ya kakak lama." Mereka mengangguk pelan mendengar kak Rara yang duduk di depan.
"Kalian ingat kan pembahasan kita hari ini apa?" Tanyanya menatap adik bimbingannya.
"Pentingnya menutup aurat sesuai syari'at." Kak Rara tersenyum dan mengangguk pelan.
"Nah Kaka mau tanya, menurut kalian menutup aurat sesuai syari'at itu yang bagaimana? Ada yang tau?"
Arleta mengangkat tangannya.
"Menggunakan Khimar, gamis atau jilbab dan kaos kaki." Kak Rara kembali mengangguk dan membuka suara.
" Nah kan sudah pada tau menutup aurat itu pake apa jadi kakak akan jelaskan syarat-syaratt secara syar'i itu yang bagaimana sih?" Kak Rara diam sejenak sebelum ia melanjutkan perkataannya.
"Jilbab bukan lagi menjadi kata yang asing didengar, terlebih belakangan ini, di mana wanita muslimah berbondong-bondong untuk mengenakan jilbab – dengan prasangka baik – bahwa mereka melakukannya sebagai wujud ketaatan akan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ada perasaan nyaman bagi sebagian orang yang mengenakannya, karena pakaian yang dikenakannya akan meninggalkan kesan yang ‘lebih Islami’, terlepas dari cara dan mode pakaian yang dia kenakan."
"Yang tidak banyak disadari, atau mungkin lebih sering diabaikan, bahwa jilbab bukan sekedar mengenakan pakaian lengan panjang, betis tertutup hingga tumit, dada dan leher terhalang dari pandangan orang. Bahwa jilbab bukan sekedar membalut anggota-anggota tubuh yang tidak semestinya terlihat selain mahram. Tidak, Jilbab lebih dari itu!" Lanjutnya.
"Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS Al-Ahzab [33] : 59)
Jilbab sejatinya adalah ‘body covering’, penutup tubuh (aurat) yang akan melindungi seorang wanita, dari pandangan dan penilaian orang lain, khususnya laki-laki, dan bukannya ‘body shaping’, pembalut tubuh yang menampilkan seluruh lekuk liku tubuh seorang wanita, membuat orang menoleh kepadanya."
Arleta diam menatap kak Rara yang berbicara di hadapannya. Ia tak terlalu mengerti mengenai menutup aurat secara syar'i maka dari itu ia memfokuskan dirinya kepada kak Rara.
"Jilbab, di tangan wanita muslimah masa kini, telah kehilangan esensinya. Seperti komentar seorang teman kampus dulu, ketika melihat dua orang gadis remaja berboncengan dengan jilbab yang serba ketat, “Yah.. jilbab sekarang kan untuk membalut aurat, bukan untuk menutup aurat!”
Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan:
وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,” (QS An-Nuur [24] : 31)"
"Dalam kata lain, jilbab itu melindungi bukan untuk bergaya atau mempercantik. Begitupun dengan Khimar yang harus melewati dada bukan Khimar yang di lilit-lilit sedemikian rupa agar tampil elegan atau cantik. Namun untuk melindungi dari pandangan lawan jenis." Kak Rara menyelesaikan ucapannya. Merasa kak Rara tak melanjutkannya lagi, kini salah satu di antara mereka mengangkat tangan ingin bertanya.
"Kak apakah ada dalam Al-Qur'an dan hadist tentang Khimar yang harus melewati dada? Kata guru SMP saya dulu, yang penting kepala dan leher tertutup."
"Itulah mereka yang masih berada dalam pemikiran sekularisme, mereka memisahkan agama dan aktifitasnya. Mereka beranggapan jika kerudung hanya sebatas penutup kepada dan leher saja, namun lebih dari itu. Khimar tujuannya untuk menutupi kepala sampai dada. Kakak sudah menerangkannya tadi di surah An-Nur ayat 31 "_Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya...". Jadi itulah aturannya dan tak boleh di tawar, aturan Allah bukan aturan manusia yang bisa ditawar jika kita enggan melakukannya."
Gadis itu tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya mendengar perkataan kak Rara.
"Kak?" Kak Rara menoleh kepada Arleta saat gadis itu memanggilnya.
"Apakah laki-laki juga mempunyai aurat sepeti wanita?"
"Aurat laki-laki itu hanya pada perut bawah sampai lututnya, dan juga pandangannya. Mereka harus menjaga pandangannya dari yang bukan mahramnya, sama halnya untuk wanita."
"Jadi kita juga nggak boleh natap lawan jenis?"
"Bukan nggak boleh, tapi kita harus menjaga pandangan. Jangan sampai kita menatap mereka dengan tatapan memuja dan mampu membangkitkan syahwat mereka, jangan sampai kita terlena akan rupa mereka dan mampu membuat hati kita di kuasai oleh setan dan selalu memikirkannya. Jangan membuat zina hati, karena kebanyakan dosa itu mulanya dari tatapan mata."
Bersambung...
Ig : venyanty.as
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Memilih (Selesai)
Teen Fiction(Follow author sebelum membaca!!) Arleta adalah seorang gadis yatim piatu, dia di asuh oleh sahabat orang tuanya yang sama sekali ia tak tau jika mereka bukan orang tuanya. Arleta mempunyai trauma akan kematian sahabatnya yang telah menyelamatkan di...