Ke empat remaja itu menuruni tangga dengan pakaian sekolah yang sudah rapi."Ta, tugas bahasa Indonesia dah selesai belom?" Arleta mengangguk pelan sembari menatap Nania sekilas.
"Gua pinjam nanti ya, soalnya gua lupa ngerjainnya." Salsa menatap tajam Nania yang sedang menyengir.
"Alasan lo anoa." Sambar Candra menjitak kepala Nania dan berlari menuju ruang makan.
"Candra gua bantai lo." Arleta dan Salsa menggeleng kepala melihat tingkah laku mereka berdua.
Sesampainya di ruang makan, Candra sudah melahap makanan yang tadi Arleta masak dengan lahap.
"Kek orang kelaparan dah lo Ndra." Cibir Salsa duduk di sampingnya.
"Kata mbok Ani yang masak lo ya Ta?" Arelta menatap Candra dan mengangguk pelan.
"Enak."
"Kalian sudah mau kesekolah?" Suara seseorang dari arah pintu ruang makan mengalihkan perhatian mereka.
Di sana terdapat kedua orang tua Arleta yang memakai pakaian formal. Sepertinya mereka akan berangkat ke London pagi ini.
"Iya."
Orang tua Arleta duduk di kursi dan memakan masakan Arleta. Mendadak tak ada suara yang keluar dari mulut mereka. Sahabat Arleta masih canggung kepada orang tua Arleta karena memang mereka tak akrab dan sangat jarang bertemu. Apagi mengingat kejadian tadi malam.
"Kamu yang masak?" Arleta mendongak menatap sang ayah yang baru saja memasukan sesuap nasi goreng ke mulutnya.
Arleta mengangguk pelan dan kembali menunduk.
"Jangan masak lagi!" Suara tegas itu kembali membuat Arleta menatap sang ayah bingung.
"Kenapa?" Tanyanya. Sedangkan mama Arleta menatap sang suami.
"Kalau papa bilang jangan ya jangan." Jawab Anton melanjutkan makan nya.
Arleta tak menjawab perkataan sang ayah. Ia hanya menunduk dan meremas kedua tangannya.
"Sekali lagi papa tau kamu memasak Arleta, jangan salahkan papa kalau kamu papa kirim ke Bali bersama nenek." Setelah mengucapkan itu, papa dan mama Arleta bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu ruang makan. Namun saat mama Arleta berada di samping nya ia menghentikan langkah dan mengelus rambut Arleta lembut.
"Mama sama papa akan berangkat, kamu baik-baik di sini." Dan ia berjalan mengikuti sang suami yang sudah keluar.
"Ta?" Nania mencoba memanggil Arleta yang masih saja diam menatap kosong piring yang masih tersisa makanan itu.
"Gua udah kenyang. Ayok berangkat nanti makannya di lanjutin aja di sekolah." Candra menarik tangan Arleta untuk berjalan di ikuti oleh kedua sahabat nya.
Dalam perjalanan menuju sekolah, Arleta tak membuka suara. Ia terus menatap jendela mobil dengan pandangan yang mengabur di karenakan air mata yang akan merembes keluar.
"Gua kangen mereka." Lirihnya yang membuat Nania dan Salsa menoleh kearah nya. Sedangkan Candra mencengkram stir mobil dengan erat. Ia kembali mengingat percakapan kedua orang tua Arleta semalam saat tak sengaja melewati ruang kerjanya.
"Ssttt... Lo jangan sedih, lo masih ada kita." Ucap Nania mengusap lengan Arleta.
Arleta tersenyum menatap Nania, ia masih bisa bersyukur di saat-saat seperti ini ada yang selalu menyemangati dirinya.
Sesampainya di sekolah mereka berempat berjalan menuju kelas dengan sesekali bercerita ria.
Rasa sedih Arleta sedikit menghilang mendengar canda gurau sahabatnya, ia sesekali terkekeh mendengar candaan Salsa yang mengolok-olok an Candra yang selalu menempel kepada mereka bertiga di bandingkan dengan teman laki-laki yang ada di kelas ataupun di sekolah ini.
"Atau jangan-jangan lo bengkok?" Todong Nania memicingkan mata sembari menunjuk muka Candra yang berubah datar. Sedangkan Salsa dan Arleta sudah menyemburkan tawanya mendengar perkataan Nania.
"Oh iya gua pan lupa kalau lo dah bengkok." Timpal Salsa menunjuk muka Candra dengan tawa yang tak berhenti.
"Lo pada mau bukti kalau gua normal?! Siapa yang mau gua pake buat buktiin?!" Sontak Nania, Salsa dan Arleta menggeleng cepat dan tawa mereka hilang mendengar perkataan Candra.
Ingatkan pada mereka kalau Candra tak pernah main-main dengan perkataannya. Jika ia mengatakan 'iya' maka itu artinya 'iya' begitupun sebaliknya. Dan semua sahabat Candra tau dan harus selalu mengingatnya, jangan sampai mereka menantang Candra yang membuat mereka rugi sendiri.
"Becanda doang ihh! Gitu aja ngambek." Ucap Nania menyentil lengan Candra. Candra tak menggubris perkataan Nania malahan melangkah mendahului mereka bertiga yang menatap dirinya bingung.
"Dia ngambek beneran?" Tanya Salsa menatap punggung Candra di depan mereka.
"Menurut ENTE??" Salsa merenggut mendengar jawaban Nania.
"Jangan-jangan Candra itu beneran cewe? Dan sekarang dia lagi pms?"
"GUA COWOK IBAB!!" Tawa Nania menggelegar mendengar Candra berteriak murka sembari membalik badan menatap nya tajam.
"Seloww bang selooww... kayak di pantai."
"Itu Santai bukan Selow sinting!" Nania mengangkat jari telunjuk dan tengah nya sembari menyengir menatap Salsa dan Candra yang sudah siap melemparinya tas sedangkan Arleta hanya terkekeh pelan.
Ahhh.. ia sangat merindukan saat-saat seperti ini bersama sahabatnya.
TBC💠
©peniYanty_As
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hati Memilih (Selesai)
Teen Fiction(Follow author sebelum membaca!!) Arleta adalah seorang gadis yatim piatu, dia di asuh oleh sahabat orang tuanya yang sama sekali ia tak tau jika mereka bukan orang tuanya. Arleta mempunyai trauma akan kematian sahabatnya yang telah menyelamatkan di...