💠22

1.4K 79 0
                                    

Lukisan itu perlahan memutar dan Arleta semakin tercengang saat mendapatkan sebuah ruangan yang baru ia tahu jika ada sebuah ruangan di kamar orang tuanya.

Arleta melangkah masuk dan pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah sebuah lukisan besar di sana.

Arleta melihat empat orang dewasa yang tengah tersenyum, dan kedua orang itu adalah orang tuanya dan yang dua orang itu mampu membuat tubuh Arleta kaku.

Arleta memegang kepalanya yang terasa pening seketika. Ia tak habis pikir dengan apa yang tengah ia lihat hari ini, apa yang sebenarnya orang tuanya ketahui dan ia tak ketahui? Dan apa pula hubungannya dengan adik ibu Harnita dan suaminya??

Ya kedua orang dewasa yang ada di samping orang tuanya itu adalah adik ibu Harnita yang tak lain adalah Misya dan suaminya.

Arleta menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan rasa pening yang ia rasa, merasa sudah lebih baik ia kembali berjalan lebih dalam dan di ruangan itu bukan hanya ada lukisan besar itu, ternyata masih banyak figura di dalamnya dan yang pasti itu adalah keempat orang dewasa itu.

Arleta menoleh kesamping dan berjalan menuju sebuah meja yang di atasnya terdapat tumpukan buku.

Arleta meraih buku-buku itu dan matanya tak sengaja melihat sebuah album yang kelihatan jadul tapi masih bersih.

Arleta meraih album itu dan berjalan menuju bangku dan duduk di sana.

Arleta perlahan membuka lembaran pertama dan terdapat foto yang persis dengan lukisan besar yang ada di ruangan ini, pada lembaran kedua terdapat kedua orang tuanya yang tengah tersenyum dan memeluk adik dari ibu Harnita yang tengah mengandung dan di belakangnya ada suami nya yang terlihat tersenyum lebar.

Arleta terus membuka album foto itu dan ia mendapatkan sebuah foto bayi dengan tulisan Leta Syakira Arleta mengerutkan keningnya dan kembali membuka lembaran berikutnya dan menemukan foto balita yang berusia sekitar satu tahun lebih dan tangan Arleta sontak mencengkram lembaran itu membaca tulisan yang ada di sana.

Belum sampai di situ, Arleta kembali membuka lembaran-lembaran berikutnya tak melupakan membaca setiap kata-kata yang ada di sana tanpa menghiraukan sakit yang ada dihatinya dan tangannya yang bergetar.

Sampai tangis Arleta sontak pecah saat ia melihat foto gadis berusia sepuluh tahun yang menggunakan pakaian merah putih tengah tersenyum kearah kamera.

Dia bertumbuh dengan baik dan cantik Misya, Leta-mu sangat cantik sama sepertimu, dia bahkan menuruni sifat manjamu. Misya, aku dan mas Anton akan selalu menjaga dan menyayangi putri mu, semoga kamu bisa tenang di sana bersama mas Firdan melihatnya. Dan maafkan aku karena mengganti namanya menjadi Arleta Arsyakira Siregar

Tubuh Arleta seketika luruh kelantai begitu selesai membacanya, ia sudah tak mampu menopang tubuhnya saat ini. Tenaganya tiba-tiba saja hilang, dan ia merasa sesuatu yang sangat berat menimpa tubuhnya.

Sakit, marah, kecewa, semuanya ia rasakan. Ia menjerit kesakitan saat mengingat kembali kata-kata yang ada di samping foto tadi, dan ia masih sangat tau jika foto itu dirinya yang di ambil oleh papanya saat ia duduk di bangku SD.

"Apa yang kamu lakukan di sini Arleta!!" Bahkan bentakan itu ia tak hiraukan, pikiran nya saat ini kosong, bahkan ia merasa tak mempunyai nyawa saat ini. Hatinya hancur bahkan ia berusaha mengatakan bahwa semua ini salah, ia menggelengkan kepalanya dengan keras seolah-olah ia salah lihat tadi. Ya dia salah lihat! Atau mamanya salah menempelkan foto kan? Iya! Itu biasa saja terjadi.

Dengan cepat Arleta menghapus air mata yang masih mengalir deras di pipinya dan bangkit berjalan menuju kedua orang tuanya yang ada di pintu menatap dirinya dengan kaget.

"Arleta salah kan ma? Arleta salah baca kan ya? Atau mama yang salah nempelin foto ya ma? Oh iya, pasti mama salah nempelin foto kan? Pasti kan ya? Arleta anak mama dan papa kan?"

Anggi-mama Arleta terdiam mendengar pertanyaan yang di iringi dengan kekehan dan isakan dari Arleta. Bahkan badannya kaku melihat Arleta  yang berada di ruangan ini.

"Papa kan ya pa? Mama pasti salah nempelin foto kan? Atau Arleta yang kebetulan mirip ya pa? Ahhh.. ia pasti Arleta cuman mirip, pasti itu." Walau suara Arleta yang yakin akan ia ucapkan tapi lain halnya dengan tubuhnya yang jatuh terduduk di lantai dan tangisannya pun kembali terdengar.

Bersambung...,

Ketika Hati Memilih (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang