Reyhan merebahkan Gina di atas ranjang, lalu menarik selimut sampai pangkal leher Gina, agar Gina merasa hangat. Gina terlihat tersenyum melihat Reyhan begitu memperhatikannya, entah sudah senyum yang keberapa kali, yang jelas ia merasa bahagia berada di sisi Reyhan, meski Gina tidak memiliki ikatan khusus seperti beberapa tahun yang lalu.
"Melihat sikap kamu yang kayak gini, aku jadi ragu kalo kamu udah bener-bener move on dari aku." ucapan Gina tadi mampu membuat Reyhan yang tadinya akan melangkah keluar dari ruangan ini, menjadi urung, tubuhnya mematung.
"Aku juga nggak yakin kamu beneran pacaran sama Arsya atas dasar suka, atau malah hanya atas dasar pelampiasan aja."
"Lo salah, gue sangat suka sama dia. Dan sekarang gue udah move on dari lo. Apa jawaban tadi udah cukup menjawab semua pertanyaan lo?" tanya Reyhan dengan raut dingin, Reyhan benar-benar tidak suka jika Gina bertanya dengan pertanyaan yang sama berkali-kali.
"Kamu bohong."
"Kalo sebenernya gue belum bisa move on dari lo, lo mau kita sama-sama lagi kayak dulu?" tanya Reyhan, lalu tertawa, tawa yang terdengar sangat mengerikan di telinga Gina.
"Nggak mungkin." imbuh Reyhan setelah mengembalikan mimik wajahnya menjadi kembali serius.
"Aku nggak berniat seperti itu kok."
"Tapi, arah pembicaraan lo ngarah ke sana." Reyhan menjeda kalimatnya dengan helaan nafas, sambil sesekali menatap ke arah Gina.
"Jangan bahas tentang itu lagi, gue nggak suka."
"Tapi, aku nggak mau kehilangan kamu, Han."
"Gue nggak akan ninggalin lo. Percaya sama gue. Sekarang, lebih baik lo istirahat. Kalo ada apa-apa tinggal panggil gue aja." Reyhan keluar dari kamar Gina, meninggalkan Gina yang kini sedang memandang kepergian Reyhan sambil mengigiti bibir bawahnya, bertanda kesal.
Saat ponselnya bergetar, Gina langsung merogoh saku seragamnya, karna memang ponselnya ia simpan di sana.
Perempuan busuk!
Gina mengeryit, pasalnya nomor yang mengiriminya pesan tadi bukanlah nomor yang masuk ke dalam daftar kontaknya. Namun saat nomor itu mengiriminya pesan kembali, Gina tersenyum, sambil mengetikan balasan.
*****
"Lagi dimana?"
"Ini, Arsya lagi di starbucks." balas Arsya, lalu meminum capucinonya. Reyhan menatap Arsya dengan saksama, lewat ponselnya, karna mereka sedang melakukan video call.
"Sama siapa?"
"Sama---"
"Sama gue, Rey." potong Farhan sambil memperlihatkan wajahnya di ponsel Arsya, membuat Reyhan langsung mengernyit.
"Ih, Farhan! Apa-apaan sih! Nggak Reyhan, Arsya nggak cuma berdua sama Farhan. Arsya sama David juga kok. Tapi David lagi di toilet, Reyhan jangan salah paham." Arsya berusaha menjelaskan agar Reyhan tidak marah dan salah paham, hal itu bibir Reyhan melengkung, memunculkan senyum mengelitik, karna melihat wajah lucu Arsya yang terlihat panik.
"Gue ke sana sekarang juga." Reyhan mematikan sambungan teleponnya, lalu bergegas mandi dan menganti bajunya dengan setelan celana jins robek-robek, dipadukan dengan hodie berwarna putih. Sedangkan rambutnya ia biarkan acak-acakan, namun ia tetap terlihat tampan. Itulah kelebihan dari seorang Reyhan Atmawijaya, walau penampilannya berantakan, ia akan tetap terlihat tampan nan rupawan.
****
"Ish, tuh kan. Reyhan mau ke sini. Ini semua gara-gara Farhan. Reyhan pasti mau gebugin Farhan. Arsya nggak mau ikut campur yah, kalo semua itu terjadi." Arsya mulai berbicara nada cerewet seperti biasanya, membuat Farhan tergelak seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Teen Fiction[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...