49. Rindu Berat

4.8K 218 12
                                    

Happy Reading guys:)))

Sudah tiga hari lamanya, Reyhan tidak datang ke sekolah bersamaan dengan Gina. Tidak ada satupun kabar dari mereka bahkan sepucuk suratpun, tidak ada. Padahal, tinggal beberapa hari lagi, drama akan dipentaskan. Kalau mereka tidak segera latihan dengan seluruh pemainnya, bisa jadi saat nanti pementasan, tidak akan berjalan dengan baik.

David pun, merasa sangat galau karena ditinggal Reyhan, stand jomblonya pun, tak seramai biasanya. Mungkin, Reyhan sudah menjadi jimat David dalam memperoleh para pasien jomblonya. Daniel pun, sama galaunya dengan David, karena nggak ada yang ngejajanin dia lagi di kantin, walau emang kadang-kadang, dia harus nyuci piring ibu kantin dulu, buat bayar jajanan yang dia makan. Kalo Kevin sendiri, dia biasa-biasa aja, walau sedikit merasa kehilangan sosok Reyhan, karena memang mereka sering bersama dalam ikatan pertemanan di antara mereka berempat.

Sedangkan Arsya, memilih untuk bungkam, meski dirinya juga merasa rindu akan hadirnya Reyhan di sisinya. Mau bagaimana lagi, mereka bukan apa-apa lagi, sekarang. Arsya hanya ingin satu hal, Reyhan tetap di sini, jangan pergi darinya lagi, dan biarkan Arsya tetap melihat senyum Reyhan yang manis itu. Tapi, tidak mungkin, itu pasti akan menjadi sebuah intuisi Arsya saja, tak akan menjadi sebuah kenyataan yang indah.

"Kok muka lo asem banget, Vid? Nggak inget muka banget lo, udah jelek tambah jelek lagi. Nanti makin nggak ada yang suka sama lo gimana?" tegur Mira yang mendapati David sedang bertopang dagu dengan raut sendu.

"Berisik lo, ah. Jangan mentang-mentang lagi deket sama si Kevin, yah. Lo berani-beraninya ngatain gue jelek. Kejam, dasar." ketus David, kesal sendiri. Membuat Mira langsung bungkam dibuatnya, dirinya tidak sedang dekat dengan Kevin hanya saja, berkat kejadian orang yang mengaku-ngaku sebagai Kevin mengirimi pesan kepadanya, dirinya jadi sering berchatting ria dengan Kevin membahas tentang penipu itu. Tapi lama kelamaan, mereka membahas hal lainnya, dari mulai hal penting dan hal yang tak penting. Hingga mungkin menjadi dekat seperti sekarang.

"Tau dari mana, gue lagi deket sama Kevin?" tanya Mira dengan nada menantang.

"Asal lo tau aja nih, yah... Kevin itu selalu curhat sama gue, gue ini kan temen super baik yang selalu ada ketika kang mas Kevin membutuhkan daku." papar David sambil menggerak-gerakan tangannya seperti seorang penyair.

"Pret!" cibir Mira sambil menjulurkan lidahnya.

"Dih! Kalo nggak percaya yaudah. Awas aja kalo kalian sampai jadian, nggak gue restuin lo berdua!" katanya, sambil memelototkan mata, sudah persis seperti ibu tiri dalam film-film.

"Emangnya lo siapa? Kenapa juga gue harus minta restu sama lo. Nggak usah aneh-aneh deh, malih!" ketus Mira dengan dengusan kesal.

"Asal lo tau yah, kalo lo nggak minta restu sama gue, semesta pun, nggak akan merestui cinta lo sama si Kevin." terang David dengan gaya super songongnya. "Dan satu lagi, nama bapak gue bukannya Malih, tapi Dulah. Tepatnya Abdullah bin Wahab."

Mira mengernyit, siapa juga yang nanya tentang bapaknya. Makin hari makin aneh aja nih orang. Gumam Mira dalam batinnya.

"Subhanallah, Allahuakbar. Kudu punya paket komplit kesabaran yah, kalo ngomong sama lo. Heran gue, lo ternyata begonya udah tingkat kronis yah." ucap Mira sambik geleng-geleng kepala heran. "Vid, lebih baik lo diem aja deh, mulai sekarang, gue lebih seneng ngelihat lo diem, anteng dan nggak banyak gaya, serius deh, sumpah nggak bohong."

"Sumpah yah, nama bokap gue itu, Abdullah bin Wahab. Seriusan gue nggak bohong." kata David.

"Gue nggak nanya!" ketus Mira kesal.

"Ya abisan, kenapa tadi lo manggil gue malih, secarakan nama gue David, terus nama bokap gue Dulah. Terus nama kakek gue Mamat. Apa Malih itu nama kakek moyang gue yah, haruskah gue nyari di buku rekor dunia?" ucap David sambil menggaruk-garuk kepalanya bingung.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang