Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, namun beberapa anak yang aktif dalam organisasi maupun ekstrakulikuler, belum beranjak dari sekolah untuk pulang ke rumah. Seperti halnya Reyhan yang kini tengah bersiap-siap untuk melakukan pemanasan sebelum latihan, setelah sebelumnya telah mengganti seragam putih abunya dengan seragam futsal miliknya.
"Bagi minum dong, aus nih!" teriak Daniel, sambil memasukkan seragam Osisnya ke dalam loker miliknya.
"Punya gue udah abis. Noh, diminum si ganteng." sahut David sambil melirik Reyhan yang sibuk menalikan tali sepatunya.
"Yang lain sih, punya minum nggak. Bagi sama gue, jangan pelit-pelit. Entar kalo lo beramal sama gue, gue doain dapet cewek setia! Hidup jomblo!" ucap Daniel, selayaknya seperti orang yang sedang berorasi di depan orang-orang yang mendukungnya menjadi calon kepala desa.
"Lo mah, belum juga latihan, udah haus aja. Nih, minum punya gue, tapi jangan dihabisin." Farhan angkat bicara sambil melemparkan botol air mineralnya kepada Daniel, yang langsung diterima cowok itu dengan gerakan cekatan.
"Ada jampe-jampenya nggak, nih?" canda Daniel sembari melayangkan tatapan penuh menyelidik terdahap Farhan.
"Jampe-jampe apaan? Jangan suka nuduh jadi orang. Kalo nggak mau, mending siniin." sunggut Farhan, sambil mendekat ke arah Daniel dan berusaha merebut kembali botol minumnya, namun, Daniel langsung menangkis tangan Farhan sehingga sedikit menjauh dari jangkauan.
"Ya elah. Gitu aja ngambek lo, bro. Canda, gue." Daniel terkekeh, lalu mulai meneguk minum milik Farhan hingga tersisa setengah.
"Nih, makasih, bro." Daniel melemparkan botol minuman itu kepada pemiliknya, namun lemparan Daniel terkesan terlalu keras, sehingga, bukannya langsung tertangkap tangan Farhan, botol itu malah melayang mengenai kepala Farhan, hingga membuat cowok itu mendesis dan mencebikan bibirnya kesal.
"Aws!" pekik Farhan sambil mengusap-usap kepalanya.
Daniel mendelik disertai lirikan serta kekehan dari orang-orang yang melihat kejadian ini. Sorak-sorai penonton mulai terdengar kala Daniel mencoba menyetuh kepala Farhan namun langsung ditepisnya dengan desisan, bak ular yang sedang berhadapan dengan lawannya.
"Sori, tadi gue nggak sengaja, bro." cengir Daniel.
Farhan mendengus. "Udah gue kasih air, lo malah ngasih gue benjol."
"Anggap aja sebagai training lo, sebagai anggota baru di tim ini." celetuk David ikut berbicara sambil tertawa ngakak.
"Training pake timpukan, hebat bener." Kevin ikut menanggapi.
"Ngapain masih pada di sini?! Cepat ke lapangan. Dari tadi saya tungguin nggak datang-datang. Niat latihan nggak, kalian?!" teriakan pak Bahar, membuat semua orang kalang kabut. Ada yang sibuk menalikan sepatu, ada yang sibuk menaruh seragam di loker tanpa melempitnya dengan benar. Dan masih banyak lagi, kegiatan yang dilakukan secepat lampu flash ketika pak Bahar marah.
"Saya tunggu di lapangan. Kalo selama lima menit nggak pada kumpul di sana, saya tinggal makan, karna dari tadi saya laper nungguin kalian nggak datang-datang." ancam pak Bahar.
"Iya, Pak. Siap." kata mereka secara serempak. Setelahnya, pak Bahar pun melenggang pergi. Membuat sebagian tim futsal yang sudah siap mengikuti latihan, kini beranjak menuju lapangan futsal sekolah. Termasuk Reyhan dan David yang kini sudah melesat jauh meninggalkan temannya yang lain.
"Han, gue lupa ngomong nih, besok nyokap gue ultah nih. Menurut lo, gue kasih kado apaan yah?" David membuka pembicaraan.
Reyhan yang diajak bicara pun menoleh, sambil menampakan raut bingung. "Nyokap? Sejak kapan lo inget sama ultah nyokap lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Roman pour Adolescents[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...