"Habis dari mana, Bang? Kok pulangnya sore banget?" tanya Cantika---Bunda Reyhan. Yang memilik paras cantik dengan kerudung yang senantiasa menutup kepalanya.
"Iya, Bun. Tadi habis kerja kelompok," balas Reyhan sambil mencopot sepatu ketsnya dengan duduk di salah satu sofa ruang tamu di rumahnya.
"Habis kerja kelompok apa jalan-jalan sama pacar?" ledek Cantika dengan senyum menggoda.
"Nggak, Bun. Tadi cuma nganter dia ke rumahnya, nggak sempet jalan-jalan."
"Jadi aslinya mau jalan-jalan nih, tapi nggak jadi karna harus kerja kelompok. Kasihan banget kamu Bang, kapan-kapan ajak pacar Abang ke sini lagi. Dia lucu, Bunda suka kalo ngobrol sama dia," pinta Cantika. Dirinya memang sudah merasa senang berkat kehadiran Arsya di kehidupan Reyhan, Reyhan terlihat begitu bahagia karna Arsya telah membawa sinar benderang untuk Reyhan.
Reyhan mengangguk. "Kapan-kapan yah, Bun."
"Oke. Janji lho, Bunda kangen soalnya sama Arsya."
"Iya, Bunda."
"Bang Reyhan! Abang harus lihat ini, Bang!" teriak Adrian, berlarian dari kamarnya menuju ke arah Reyhan dengan wajah girangnya.
"Adek, jangan teriak-teriak begitu. Bicaranya kan bisa pelan-pelan, semua orang di sini nggak ada yang budek, jadi nggak harus teriak begitu," omel Cantika, sambil menatap dengan geram anak bungsunya itu.
Adrian yang kini sudah terduduk dengan tenang di samping Reyhan, hanya cengengesan sambil memasang wajah tanpa dosanya. "Maaf Bun. Abis Adrian lagi seneng banget nih, Bun," ucap Adrian seraya mengerak-gerakan ponsel di tangannya.
"Seneng kenapa emang?" tanya Reyhan.
"Bun. Bunda, bantu Ayah, cepat. Ini ada ulet bulu, Ayah geli!" teriak Rafka dari arah kebun di belakang rumah mereka.
"Sebentar, Yah. Bunda ke sana," ucap Cantika, yang langsung menaruh sapu yang sedang dipegangnya, lalu bergegas berlari menuju ke arah suaminya.
"Huftt ... untung Bunda udah pergi." Adrian mengusap dadanya dengan perasaan lega.
"Lo seneng kenapa? Sampai Bunda nggak boleh tau tentang ini. Lo jangan aneh-aneh." Reyhan merasa curiga. Matanya memicing ke arah Adiknya itu, dirinya tidak mau jika adiknya itu berbuat hal macam-macam yang merusak masa depan.
"Lo tuh, Bang. Yang pikirannya aneh. Gue tuh, nggak mau ketahuan Bunda karna gue tuh tau, Bunda nggak bakal izinin gue buat jadi youtuber terkenal. Bunda kan, maunya gue jadi polisi atau TNI. Lo kan tau, tampang kayak gue mana pantes jadi gituan," ucap Adrian.
"Terus, lo seneng karna apa?"
Adrian memainkan ponselnya sejenak, lalu memperlihatkan layar yang menampilkan akun youtubenya kepada Reyhan. "Subcriber gue naik cuy. Gila, gue seneng banget. Ini sih, gue yakin bakalan jadi youtuber terkenal."
"Lo dong, Bang. Subcribe gue. Satu subcribe itu sangat berarti bagi gue. Ponsel lo mana, sini biar gue yang subcribe sendiri." Adrian menyodorkan tangannya ke arah Reyhan, Reyhan dibuat kelimpungan, tidak tau harus mengatakan apa setelah ini. Pasalnya jika Adrian dan semua orang di rumah ini tau jika ia telah membuang ponselnya di jalan, ia akan menjadi bulan-bulanan keluarganya itu.
Reyhan mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ponsel gue nggak ada," balas Reyhan sekenanya.
"Oh, lagi dicarger yah?"
"Nggak. Ponsel gue udah gue buang," tukas Reyhan.
Adrian terperangah. "Serius lo, Bang?" tanyanya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Novela Juvenil[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...