Matahari sudah menampakan sinar malu-malunya. Beberapa murid SMA Nusa Bakthi berlarian masuk ke dalam gedung sekolah mereka. Termasuk juga Arsya disertai gerutuan kecil dari bibirnya, dia berlari kecil mengikuti beberapa orang di depannya.
"Ihh, kok nomornya Reyhan nggak aktif yah dari semalem. Padahalkan Arsya kangen pengen denger suaranya. Apa Reyhan selingkuh yah sama mbak Jum, makanya nomornya sengaja nggak diaktifin. Ah, Reyhan nyebelin banget deh, padahal Arsya udah cantik begini, dibandingin mbak Jum, apaan mbak Jum tuh tangannya bau terasi, lha Arsya kan harum. Seharum bunga mawar yang mekar dipagi hari. Asik," cerocos Arsya tanpa henti sambil tertawa-tawa tidak jelas.
Sampai akhirnya ia melihat sesosok cowok bertubuh tegap sedang memarkirkan sepeda motornya di parkiran sekolah. Arsya mengetahui jika cowok itu adalah Reyhan. Cowok mana lagi coba, yang dilihat dari belakang udah cakep? Ya, cuma Reyhan doang.
"Reyhan!" pekik Arsya, lalu menghampiri Reyhan dengan semnyum paripurnanya.
Reyhan menoleh, sambil memasukan kunci motornya ke dalam tas ransel besar miliknya.
"Pagi," sapa Arsya sambil memainkan ujung tali tasnya, setelah ia berdiri tepat di samping Reyhan.
Reyhan tak membalas, dia hanya tersenyum sekilas, lalu berjalan cepat meninggalkan Arsya sendirian di parkiran.
"Reyhan! Kok ninggalin Arsya sih! Jahat banget! Arsya udah bela-belain nyamperin Reyhan juga!" teriak Arsya sambil mencak-mencak tidak jelas. Hal itu menimbulkan dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya, namun Arsya tidak peduli.
Reyhan yang berada di depannya, terlihat tak peduli sama sekali, buktinya dia masih melanjutkan berjalannya menuju ke kelas.
"Ih, Reyhan ...." Arsya merengek. Sementara, kakinya terus melangkah mengejar Reyhan.
"Reyhan kok semalem nomornya nggak aktif sih, Arsya nggak bisa tidur tau kalo nggak denger suara Reyhan walaupun cuma 'ham-hem, ham-hem' doang. Ah, iya, Arsya tau. Reyhan main games yah pasti, terus SIM cardnya Reyhan copot supaya nggak terganggu sama telepon dari Arsya, iya kan. Reyhan ngaku deh," ucap Arsya sambil menguncang-guncangkan lengan Reyhan.
"Sya, please. Jangan gini, malu dilihatin banyak orang," balas Reyhan, sambil melepaskan tangan Arsya dari lengan.
"Biarin. Arsya nggak peduli. Pokoknya, Reyhan harus jawab dulu, Reyhan semalem kenapa nomornya nggak aktif. Reyhan tuh tega banget sama Arsya tau nggak?" Arsya kembali merangkul lengan Reyhan, bahkan sekarang bertambah erat.
"Tega kenapa?"
"Tega ngebiarin Arsya merindukan Reyhan. Arsya tuh selalu kangen suara 'ham-hem ham-hem'-nya Reyhan kalo di telepon."
Reyhan mengerling jegah. "Gue kira kenapa."
Arsya menatap Reyhan curiga, membuat Reyhan memasang wajah bingung. "Lo kenapa? Kok ngelihatinnya gitu banget?" tanya Reyhan bingung.
"Reyhan nggak selingkuhin Arsya kan?"
"Enggak Sya, ngapain juga."
"Jangan bohong. Atau Arsya selingkuhin Reyhan juga," ancam Arsya sambil menujuk-nunjuk wajah Reyhan.
"Coba aja," tantang Reyhan.
Arsya memainkan ujung jemarinya, sambil menatap jemarinya yang memutih karna telah dimainkan olehnya. "Reyhan, mahh ...." Arsya merengek lagi.
"Kan Reyhan tau, Arsya itu, cuma cinta sama Reyhan. Mana bisa Arsya selingkuhin Reyhan," imbuh Arsya sambil tersenyum tidak jelas.
"Terus kenapa tadi sok ngancem mau selingkuh. Dasar alay," ledek Reyhan sambil menoyor kepala Arsya pelan. Hingga membuat cewek itu memberengut lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Dla nastolatków[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...