Ini part ending sama lanjutan part yang kemarin.
Happy reading guys :))))
****
"Sya! Arsya! Mau ke mana?!" teriak Marletta saat mendapati Arsya berlari cepat melewatinya.
"Ish, anak ini." Marletta mendesis kesal sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Arsya tak menanggapi meski itu adalah ucapan dari Mamanya, dia terus melajukan larinya, hingga hak sepatunya patah, tapi itu tak menjadikannya semangatnya patah pula. Arsya melepaskan sepatunya dan bergegas menaiki tangga yang akan membawanya menuju rooftop. Berharap, di sana ia akan menemukan apa yang ada di bayangannya beberapa menit yang lalu.
Arsya menghembuskan napas yang tersisa satu-satu, akibat ia berlari terlalu semangat, ia berhenti berlari sambil menatap sekeliling rooftop ini. Tak ada apapun di sana, selain beberapa meja dan kursi rusak yang tergeletak nyata. Arsya menelan pil kecewa, apa yang dipikirkannya? Reyhan ada di sini? Ah, orang itu pasti hanya mengerjainya saja. Jelas-jelas Reyhan tidak ada di rooftop ini. Namun, saat ia akan bergegas pergi, tiba-tiba ada orang yang menarik pergelangan tangannya secara paksa, Arsya menjerit ketakutan saat melihat orang itu memakai topeng seperti pencilik yang memculiknya waktu itu. Apakah telepin dan sms tadi adalah modus penculikan?
"To-tolong! Tolong!" Arsya terus berteriak, tapi orang itu langsung membekap mulutnya dan menutup matanya menggunakan kain berwarna hitam. Sekarang, semuanya gelap, Arsya tidak bisa melihat apapun, bahkan untuk berteriak minta tolong pun tak bisa. Sekarang, Arsya hanya bisa pasrah.
"Siapa pun, tolong Arsya!" Arsya berteriak dalam hatinya sambil menangis menahan takut. Orang itu menarik pergelangan tangannya dan membawanya entah ke mana, Arsya pun terus berjalan dengan terseok mengikuti pergerakan langkah orang itu. Sampai orang itu memberhentikan langkah hingga membuat jantung Arsya berdebar-debar, ia takut akan terjadi sesuatu terhadap dirinya. Dia tidak ingin mati sekarang, ia belum menikah dengan Reyhan.
Tanpa Arsya duga, orang itu membuka penutup matanya, lalu terpampanglah pemandanga lalu lintas yang indah di bawah sana, apa maksud dari semua ini? Apa orang itu akan mendorongnya ke sana? Lantas Arsya cepat-cepat menoleh ke arah orang itu, dia masoh mengenakan topengnya, ia tidak bisa menangkap siapa gerangan orang yang berusaha mencelakakannya itu? Arsya harus bagaimana sekarang? Mulutnya masih dibekap cukup kencang. Orang itu mengedokan dagunya agar ia kembali menatap lurus ke depan, Arsya pum memurut, ia kembali mematap ke arah depan, matanya langsung melotot saat mendapati sebuah drone terbamg di hadapannya dengan membawa tulisan; Please Be Mine. Arsya langsung menatap orang di sampingnya dengan pamdangan bertanya. Orang itu tersenyum puas di balik topengnya, lalu perlahan melepaskan bekapan tangan beserta topeng di wajah orang itu. Arsya terkesiap dengan pemandangan di hadapannya. Dia tak bisa berkata-kata apapun sekarang.
Orang itu terkekeh, saat tau jika Arsya tengah menangis, karena Arsya ketakutan akan ulahnya. Ia sengaja melakukan itu agar Arsya menangis dan tujuannya pun berhasil. Sekarang, waktunya, untuk membuat Arsya tersenyum.
"Puas?!" sentak Arsya sambil membanting sepatu hak tinggi yang sedaritadi dipegang oleh cewek itu. Arsya kembali menangis, kali ini dengan sesegukan yang membuat tangisannya semakin pilu.
"Sya, ini cuma prank, Sya. Gue ngelakuin ini cuma mau bikin kejutan buat lo."
"Hebat, Arsya sudah terkejut sekarang. Sekarang, Reyhan sudah puas?!" Arsya bertepuk tangan, sekarang. Reyhan yang malah dibuat terkejut oleh Arsya yang terlihat marah.
"Lo marah?" tanya lembut, sambil berusaha memegang tangan Arsya, Arsya langsung menepisnya dengan gerakan kasar.
"Pikir aja sendiri, emangnya Reyhan pikir ini lucu apa?! Arsya pernah trauma karena ini. Reyhan mau ngingetin tentang penculikan itu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Teen Fiction[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...