42. Rencana

4.8K 199 13
                                    

Happy reading guys :))))

Reyhan baru saja pulang ke rumahnya. Kali ini dengan hidung yang diberi perban kecil. Reyhan sudah bilang kepada dokter di klinik tadi agar tidak usah memberi perban pada hidungnya, tetapi dokter itu tetap memaksa, alhasil, karena Reyhan takut kualat, Reyhan pun menuruti dokter tersebut.

Reyhan menatap arloji di pergelangan tangannya. Baru pukul lima sore, tapi kenapa sudah ada suara kunti nangis yah. Pikir Reyhan. Pasalnya ia mendengar suara perempuan yang menangis sesegukan yang bersumber dari dalam rumahnya. Reyhan melangkah memasuki rumah, mengucapkan salam, lalu melirik Gina yang sedang menangis dipelukan bundanya dengan malas.

"Yah, drama lagi dia." Reyhan mengumam. Saat Reyhan telah sampai di hadapan Gina dan menyalimi Bundanya, Reyhan mulai mendengar celotehan Gina yang menceritakan kejadian saat di aula tadi, cewek itu benar-benar ingin mencari muka di hadapan bunda Reyhan. Bukannya mengakui kesalahan, dia malah bersikap seolah-olah dirinyalah yang merasa paling tersakiti dan meyakinkan bunda Reyhan bahwa kejadian tadi hanya faktor ketidak sengajaan saja.

"Bunda, tadi aku beneran nggak sengaja mukul hidung Reyhan, Bunda. Aku bener-bener merasa bersalah banget karena kelihatannya Reyhan marah besar sama aku, Bunda." ucap Gina sambil menangis sesegukan.

"Bang, kamu marah sama Gina? Nggak boleh gitu ah, Gina kan tadi nggak sengaja mukul Abang. Jadi nggak papa lah, dimaafin." ucap Cantika lembut, seraya memandang putra sulungnya itu dengan lekat.

"Nggak sudi aku maafin dia, Bun. Lagian, ngapain sih, Bunda selalu belain dia, dia yang jelas-jelas salah, Bun. Dia tadinya mau mukul Arsya, tapi untungnya waktu itu Reyhan datang tepat waktu dan pukulan itu akhirnya berakhir buat aku, Bun." papar Reyhan sambil menatap Gina sinis, dia benar-benar sudah muak melihat kelakuan cewek itu.

Mendengar penuturan Reyhan, Cantika langsung menatap Gina dengan terkejut. "Bener, kamu awalnya mau nonjok Arsya? Kenapa, sayang? Ada masalah apa sampai-sampai kamu ngelakuin hal itu? Nggak biasa-biasanya kamu seperti ini." mata Cantika kini menyoroti anak dari rekan bisnis suaminya itu.

"Se-sebenernya, Gina... Sebenernya, Gina nggak niat mau nonjok kok, Bunda. Lagian, Arsya yang mulai duluan, jadinya Gina kesel aja sama dia." terang Gina, Cantika nampak geleng kepala tak habis pikir dengan penuturan Gina yang baru saja ia dengar.

"Nih orang udah mulai mengada-ngada, nih." batin Reyhan tergelitik untuk menggumam.

"Kalo merasa kesel sama orang, atau sekedar marah berlebihan, lebih baik jangan main fisik, sayang. Untung yang kena tonjok itu Reyhan, kalo Arsya gimana? Kamu bisa kena tuntut lho. Kalo Reyhan, bunda bisa memaklumi, tapi Arsya, orang tuanya pasti nggak akan terima. Jadi, hati-hati dalam bertindak, jangan gegabah, dikit-dikit langsung main fisik." nasihat Cantika, lalu tersenyum penuh arti. Beberapa saat kemudia, Gina langsung menghambur ke pelukan Cantika, yang langsung membuat Reyhan jegah sendiri dan memilih meninggalkan Gina yang sedang asik dengan dramanya sendiri.

****

Orang penting

David: oy oy

Kevin: apeh lu!

David: cek sound doang. Abisan nih grub sepi amett

Daniel: kebetulan nih gue mau nanya sama kalian, mumpung lg pada nonggol

Kevin: mau nanya apeh?

David: pasti tentang cewek nehh

Kevin: cewek mulu lo, tapi herannya jomblo mulu. Dasar nggak laku lau.

David: oy situ ngaca! Oy! Nggak terima gue diginiin, nistain aja gue terus lo

Kevin: basi!

Daniel: lo lo pada jomblo teriak jomblo, kayak gue dong jomblo abis putus dari maya aja diem gue nggak koar2 kayak lau lau pada

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang