26. Arsya pikun

4.6K 196 6
                                    

Arsya mengendarai sepeda lipatnya menuju mini market terdekat dari rumahnya. Jalanan di sekitar jalan raya di sekitar sini sedikit ramai akibat beberapa buruh pabrik berhamburan keluar karna jam kerja mereka sudah selesai.

Arsya mendesah lelah, saat dirinya tidak bisa lewat karna jalanan telah dipenuhi setidaknya tiga ratus orang buruh pabrik. Arsya memutar otak, jika ingin menghemat waktu dirinya harus lewat trotoar. Itu lebih baik, daripada pulang larut malam hanya untuk belanja keripik kentang, susu coklat dan susu fermentasi saja. Setidaknya, di sini tidak ada polisi yang akan menilang pengendara sepeda sepertinya bukan?

Arsya memarkirkan sepeda lipatnya, saat ia telah menginjakkan kaki ban sepedanya di jalanan di depan sebuah gedung mini market ini. Setelah dirasa sepedanya cukup aman diparkirkan di sana, Arsya langsung melenggang masuk ke dalam mini market bersamaan dengan para pembelanja lainnya.

Dengan cekatan tangannya langsung menyerbu beberapa bungkus keripik kentang dengan berbagai rasa, yang langsung ditaruhnya dengan gerakan melempar pada keranjang biru yang ia ambil sebelum ia menuju stand snack di mini market ini. Juga beberapa snack lainnya yang ingin Arsya beli. Arsya melupakan dua hal, ia lupa mengambil susu coklat dan juga susu fermentasi kesukaannya dan Vivi.

Keduanya memang selalu berebut makanan ketika di rumah apalagi jika masalah camilan, yang satu merebut, yang satunya lagi, tidak akan tinggal diam. Kedua-duanya sudah mirip serial kartun Tom and Jery. Tidak akan pernah bisa akur.

"Arsya rasa, udah cukup deh belanjanya. Sekarang saatnya membayar." gumamnya ceria, lalu melenggang menuju tempat pembayaran, mengantri sesuai aturan. Walau harus menunggu sekian menit lamanya, Arsya harus tetap bersabar, karna di belakangnya, masih ada antrian panjang yang menantinya untuk segera menyelesaikan proses pembayaran.

"Terimakasih, Ibu." ucap mbak kasir dengan senyum ramah, saat ibu-ibu itu selesai melakukan pembayaran, ibu itu hanya tersenyum simpul, lalu melenggang pergi sambil membawa belanjaannya.

Sekarang, giliran Arsya yang membayar, Arsya menaruh keranjang belanjanya di atas meja dekat mesin kasir. Tak sampai dua menit, semua belanjanya sudah terbungkus rapi di dalam kantung plastik berukuran sedang.

"Semuanya, jadi lima puluh lima ribu, mbak." ucap si mbak kasir lagi-lagi dengan senyum ramah tamah seperti biasanya. Arsya mendelik kaget, mengetahui nominal harga semua belanjaannya, pasalnya, uang yang Arsya bawa kurang, salahnya sendiri sih, membawa uang pas-pasan, sudah tau kalo dia sudah di mini market, semua yang ada di sini ingin dibelinya. Termasuk juga mini market dan semua isinya.

"Erm, anu, mbak. Duh, Arsya gimana yah ngomongnya." Arsya terlihat kebingungan sendiri, ia sangat gugup dan takut, terbukti dari ia menggaruk rambut cepol asal-asalannya, padahal tidak gatal sama sekali.

"Gini, mbak. Uang Arsya kurang lima ribu, gimana kalo Arsya ngutang dulu, Arsya janji deh, besok abis pulang sekolah langsung bayar." Arsya memulai aksi rayuan maut andalannya, sambil menampilkan cengiran tanpa dosanya.

"Maaf, mbak nggak bisa. Prosedur di sini harus bayar langsung di tempat dan tidak bisa membayar dengan cara kredit, apalagi berhutang seperti yang mbak bilang tadi." papar si mbak kasir, dengan senyum ramah yang terlihat dipaksakan.

Arsya lagi-lagi menggaruk rambutnya yang dicepol tinggi, bingung harus berkata apa lagi setelah ini. "Erm, kalo gitu---"

"Nih, mbak biar saya yang bayar."

Arsya langsung menoleh bersamaan dengan mbak-mbak kasir yang melayaninya. Mata Arsya langsung membulat saat melihat Reyhan kini sedang berada di belakangnya sambil menyodorkan uang lembaran seratus ribuan kepada mbak kasir.

****

"Ngapain sih sok-sokan belanja di mini market kalo masih mau ngutang. Heran gue." Reyhan menggelengkan kepalanya merasa heran sendiri.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang