46. Permintaan maaf

5K 181 28
                                    

Happy reading guys :)))

*

"Makasih, Farhan. Arsya sayang sama Farhan."

"Gue juga sayang sama lo."

Entah mengapa, percakapan itu terus tergiang di kepala Reyhan sampai sekarang, hingga membuatnya menjadi geram. Dia geram karena dua hal. Pertama karena dia merasa kalah dari Farhan, kedua karena dia tidak bisa mendapatkan Arsya kembali.

"Ngelamun aja, lo. Kenapa?" tanya David sambil menepuk pundak Reyhan dan terduduk di samping sofa kosong di dekat Reyhan.

"Nggak." balas Reyhan sambil membenarkan posisi duduknya.

"Yaelah, jutek amat sih, lo. Oh ya, luka lo yang kemaren udah sembuh?" David mengalihkan pembicaraan sambil menatap tangan Reyhan yang kini sudah terbalut perban.

"Belum."

"Kalo luka di hati udah sembuh belum?" kata David bermaksud meledek.

Reyhan langsung melotot. "Lo ke sini niatnya mau apa?! Ngeledekin gue? Atau ngejengukin gue?"

"Nggak dua-duanya sih, niat gue ke sini kan, mau main ps doang." cengir David.

Reyhan hanya menyahut dengan ber-oh-ria tanpa suara.

"Ngomong-ngomong, Adrian mana?" tanya David sambil celingukan.

"Ada di kamarnya. Lo mendingan ke sana aja deh, daripada lo di sini, ganggu tau nggak." ucap Reyhan dengan nada menyetak karena sebal.

"Iye, elah. Maklum yah, orang galau mah, bawaannya ngegas." cibir David lalu berjengkit pergi menuju kamar milik Adrian untuk sekedar mengajak adik dari temannya itu untuk bermain ps seperti biasanya.

"Akhirnya pergi juga tuh orang." gumam Reyhan, sambil mengambil ponselnya dari salah satu saku celana jinsnya. Bertepatan saat ia ingin membuka kunci layar ponselnya, seseorang menelponnya, tak urung ia pun mengeser tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

"Hallo, Rey." sapa Mira dari seberang telepon.

"Hm, iya, Mir. Kenapa?"

"Gue denger dari David, katanya tangan lo luka yah, gara-gara penculik pas lagi nolongin Arsya?"

"Iya, tapi udah nggak papa kok."

"Oh, gitu yah. Syukur deh, kalo gitu. Oh, iya. Gue tadi nitip buah lho sama David. Udah dikasih ke lo belum?"

"Buah?" tanya Reyhan bingung. Pasalnya, David datang kemari tidak membawa apapun, alias tangan kosong.

"Iya, buah. Udah dikasih ke lo belum?"

"David ke sini nggak bawa apa-apa tuh."

Mira terlonggo di dalam kamarnya. David benar-benar orang yang tidak bisa dipercaya dan tidak bisa menyampaikan sebuah amanah dengan benar. "Lo serius? Tuh bocah emang bener-bener nggak bisa dipercaya sama sekali yah, gue bener-bener kesel deh. Awas aja kalo di sekolah entar."

"Udahlah, nggak usah dendam gitu. Nggak perlu lo bales juga dia bakal kena tulahnya."

"Iya sih, yaudah kalo gitu gue nggak bakal bales perbuatannya David, deh."

"Gue mau nanya." Reyhan mengaihkan pembicaraan.

"Apa? Tentang Arsya? Tuh anak udah nggak papa kok. Dia bahkan udah bisa ketawa-tawa pas gue jenguk sama Maya tadi. Jadi, lo tenang aja." balas Mira, seolah sudah mengerti apa yang akan Reyhan pertanyakan kepadanya.

"Oke."

"Ohh iya..., lo jangan lupa yah, latihan yang bener buat dramanya. Hafalin dialognya. Gue tau, luka lo masih belum bisa diajak kompromi, makanya gue saranin buat hafalin dialog dulu aja."

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang