Happy reading guys :)))
"Ma, mau ke mana?" tanya Mira, saat mendapati sang mama yang nampak sibuk mengobrak-abrik isi dalam tasnya sambil berjalan cepat menuju ambang pintu rumahnya.
"Mama mau ketemu sama temen-temen arisan mama, sayang. Udah yah, mama udah telat banget ini. Apalagi bu Harjo tadi nelponin mama melulu. Jaga rumah baik-baik yah, sayang. Mama pergi dulu." kata sang mama, lalu melenggang pergi sambil berbicara dengan orang yang tadi menelponnya berulang kali, tanpa menghiraukan keberadaan Mira yang kini sedang memberengut kesal dengan kelakuan sang mama yang tidak pernah sekalipun tinggal di rumah menemani dirinya.
Keadaan di rumahnya memang begini, mamanya sibuk dengan dunianya sendiri, sedangkan papanya sibuk dengan seabrek pekerjaannya yang tak selesai-selesai. Meski begitu, papanya pasti sedikit menyisihkan waktu untuknya di sela-sela pekerjaannya itu, beda dengan sang mama, tak pernah sedikit pun mamanya menanyakan bagaimana sekolahnya, bagaimana keadaannya, bahkan saat sakit pun pembantunya yang menemaninya sampai ia sembuh. Di sini, kesan yang ia dapatkan adalah mamanya terlalu sibuk memikirkan urusannya sendiri, dia terlalu silau dengan dunia luar yang hingar-bingar dan menjanjikan kesenangan, sampai-sampai ia lupa dengan anaknya yang sangat membutuhkan kasih sayang serta perhatian.
"Gue bener-bener muak dengan kehudipan gue yang kayak gini." gumam Mira kesal.
"Aduh Non, Enon nggak boleh ngomong begitu, kehidupan Enon itu enak kok, bahkan banyak di luaran sana yang menginginkan hidupnya seperti Enon. Kaya raya." kata bi Nani, yang datang membawa nampan berisikan jus jeruk kesukaannya dan sepiring nasi goreng dengan satu potong sosis dan telur mata sapi di atasnya.
Mira menoleh, lalu tersenyum kaku kepada pembantunya yang sudah ia anggap sebagai orang tua keduanya itu. "Lebih baik aku nggak kaya, Bi, daripada hidup kaya tapi aku nggak dapat kasih sayang dari orang tuaku sendiri. Kapan mereka bisa sadar, apa harus jatuh miskin dulu baru sadar. Aku udah ngerasa capek, Bi."
"Eh, jangan salah Non, Enon masih bisa dapat kasih sayang dari bibi kok, Non. Terserah Enon mau nganggap bibi apa. Enon nganggap bibi mama Enon juga boleh. Mama Enon kan cantik tuh, jadi bibi jadi merasa cantik kalo Enon nganggap bibi sebagai mama Enon. Hehe, bibi narsis dikit nggak papa yah, Non." cengir bi Nani.
"Dasar Bibi." Mira tergelak, merasa lucu dengan tingkah pembantunya itu, yang kadar narsisnya sudah mencapai tingkat kronis.
"Eh, ya ampun, Non. Bibi lupa kalo Bibi lagi goreng bakwan. Haduh bisa gosong nih bakwannya. Mana mau buat akang Hilman, lagi." bi Nani menepuk dahinya setelah menaruh nampan bawaannya di atas meja di hadapannya, dengan gerakan terburu-buru. Lalu setelahnya, ia lari terbirit-birit menuju dapur yang langsung membuat Mira terbahak dalam sesaat.
"Permisi Non, bi Nani dimana yah? Saya dari tadi minta kopi sama bakwan nggak diantar-antar, padahal di depan lagi ada temen saya yang kebetulan datang." ucap mang Hilman---- satpam di rumah ini, yang datang dari arah depan pintu rumahnya. Lantas, dengan tawa yang masih tersisa, Mira menoleh, namun setelah melihat wajah satpamnya itu, tawanya langsung surut dan digantikan dengan senyuman kaku khasnya.
"Bi Nani lagi di dapur, Mang. Katanya lagi goreng bakwan terus keasikan ngobrol sama aku, gorengannya jadi gosong, tuh tadi bi Nani lari-lari ke dapur nyelametin gorengnya yang gosong." jelas Mira sambil terkekeh pelan.
"Masya allah. Kalo gitu Mamang ke dapur dulu yah, Non." pamit mang Hilman, sambil melangkahkan kakinya menuju dapur di rumah mewah ini.
Setidaknya, hidup Mira tidak begitu hambar, karena ia dikelilingi oleh pembantu yang selalu membuatnya tertawa dalam sesaat.
Ting!
Ponsel Mira menyala, ada satu notifikasi di sana. Lantas ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas sofa di sampingnya. Ada satu chat dari WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal, karena penasaran, ia langsung membuka dan membaca sederet kalimat yang terdapat dari nomor tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Ficção Adolescente[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...