24. Patah Hati

5K 188 10
                                    

"Satu, dua, tiga... Ah, Arsya nggak bisa ngerjain soal-soal ini, ya Allah. Bantuin Arsya ya Allah, kirimin malaikat tak bersayap buat Arsya, biar bisa bantuin Arsya ngerjain soal Matematikanya Arsya. Amin." Arsya mengusap wajahnya menggunakan telapak tangan yang ditangkupkan, setelah ia menyelesaikan doanya.

Lalu, Arsya kembali menatap soal-soal di buku paketnya sambil menghela nafas lelah, karna satu soal pun belum ada yang berhasil ia temukan jawabannya. Sampai ada sebuah tangan mengambil alih buku beserta alat tulis yang berada di atas pankuannya.

"Jawab soal yang beginian aja nggak bisa." sindir Mira dengan nada sarkas andalannya. Jemarinya terus mengukir rumus-rumus di buku catatan Matematika milik Arsya. Arsya yang melihat hanya bisa melonggo.

"Nih, udah selesai," Mira menyerahkan apa yang tadi ia ambil pada Arsya. "Gitu aja nggak bisa."

Arsya mengerjapkan matanya, lantas langsung memeriksa hasil kerjaan Mira, tapi sayangnya Arsya tidak tau kalo itu benar atau tidak, mengerjakan soalnya saja tidak sanggup, apalagi memeriksa hasil pekerjaan orang lain.

"Tenang itu udah bener semua kok, lo tenang aja." ucap Mira sambil menatap Arsya dari atas sampai bawah secara bergantian.

"Tapi, Arsya nggak nyangka, Mira pinter juga Matematikanya," Arsya tersenyum lugu. "Btw, makasih yah, Mira."

"Hem. Sama-sama. Lo ngapain ngerjainnya di sini?"

"Arsya tadi telat, makanya Arsya dihukum nyapu sama ngerjain soal Matematika. Arsya nggak boleh masuk kelas makanya Arsya di sini. Mira sendiri ngapain di sini? Bukannya di kelas Mira lagi ada pelajaran Sejarah yah." ucap Arsya. Dia tau jadwal di kelas Mira, karna ia mengetahui semua jadwal pelajaran Reyhan, jadwal piket Reyhan, jadwal latihan futsal Reyhan, dan lain-lainnya tentang Reyhan.

"Iya, gue disuruh ke ruang Bk buat--"

"Pasti buat ngambil absen yah?"

Mira menggeleng. "Bukan."

"Terus apa?"

"Karna gue... Nampar Gina." terang Mira, dengan raut bersalahnya.

Arsya menutup mulutnya dengan terkejut. "Kok bisa sih? Memangnya, Gina ada salah yah sama Mira?"

"Banyak, Sya. Pokoknya gue benci banget sama dia."

"Sebenci apapun Mira terhadap Gina, nggak seharusnya Mira nampar Gina kayak gitu, kan kasihan pipi Gina nanti jadi memar."

Mira terkekeh. "Gue kira, lo mau ngeluarin kata-kata bijak."

"Arsya kan bukan Mario Teguh, mana ada juga seorang Arsya ngeluarin kata-kata bijak. Itu bukan Arsya banget tauk." Arsya terlihat tertawa.

Mira terus menatap Arsya yang masih terus mengeluarkan tawa cerianya, dia merasa tak tega jika harus berbicara mengenai kebusukan Gina kepada Arsya, apalagi jika harus menghilangkan keceriaan dari seorang cewek di hadapannya ini. Lagipula, ia belum terlalu percaya dengan ucapan perempuan busuk itu.

"Sya." panggil Mira, membuat Arsya mengecilkan tawanya.

"Kenapa, Mira?"

"Reyhan pernah cerita sama lo nggak tentang Gina? Maksudnya, selain Gina itu temen sama anak dari relasi bisnisnya ayahnya Reyhan."

"Nggak, Reyhan cuma cerita itu aja, selain itu, Reyhan nggak pernah cerita apa-apa sama Arsya." balas Arsya, sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Oh, gitu."

"Mira, kalo gitu, Arsya ke kelas duluan yah, bel pergantian pelajaran udah bunyi, Arsya takut telat dan nggak dibolehin masuk kelas lagi." pamit Arsya, lalu berjalan menuju kelasnya.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang