Pritttt....
Bunyi peluit dari pak Wahyu, membuat seluruh murid kelas dua belas IPA satu, menghambur ke sumber suara dan membentuk sebuah barisan. Perempuan berada di barisan kiri, sedangkan laki-lakinya, berada di barisan paling kanan. Satu banjar berisi empat orang.
"Selamat pagi." ucap pak Wahyu, mengucapkan salam pembukaan pada pagi hari ini.
"Pagi, Pak." balas seluruh murid kelas XII IPA 1 dengan serempak, juga semangat yang membara di awal bulan Februari ini.
Sebelum pak Wahyu mengatakan sesuatu tentang olahraga apa yang akan kelas ini lakukan, beliau terlebih dahulu memandang para anak laki-laki yang tidak memasukan baju olahraga mereka ke dalam celana training, terlebih seorang Cakra dengan rambut gondrong yang menutupi sedikit matanya, dia lebih mirip seperti Carli Setia Band atau yang lebih parahnya, Andika kangen band pada awal mula band itu debud di dunia industri musik.
"Cakra! Kenapa rambutmu masih belum dipotong?! Kemarin kan sudah saya peringatkan. Apa mau saya potong habis rambut gondromg kamu itu!" teriak pak Wahyu, sarat akan kemarahan.
"Tukang cukur hari minggu libur, pak. Nggak sempat buat potong rambut. Lagipula, saya itu kerenan begini pak, aura ganteng saya lebih terpancar dengan jelas." balas Cakra sambil mengacak rambut gondrong kesayangannya.
"Bapak lo tuh ganteng!" teriak Rahul, tak terima.
"Apa sih Ul, nggak suka kalo gue kelihatan ganteng?!"
"Kagak. Gue tuh bilang bapak lo itu ganteng, Cakra Buana Paramita, anaknya bapak Rosadi yang jual mie ayam."
"Jangan sebut nama Bapak gue." Cakra berucap tidak terima.
"Laki-laki, lari lima kali putaran, perempuan, lari tiga kali putaran. Bagi yang bajunya tidak dimasukan, tidak boleh ikut olahraga, dan di raport nilainya saya kasih merah." ancam pak Wahyu, membuat murid yang bajunya tidak dimasukan, langsung berbalik badan dan memasukan bajunya di tempat tersebut.
Sedangkan yang lainnya mulai berlari, sesuai apa yang telah ditentukan oleh pak Wahyu.
"Sya, lo yakin kuat buat lari? Lo kan masih sakit." ucap Maya, sambil berlari kecil di sebelah Arsya.
"Kuatlah, orang cuma tiga kali putaran. Tenang, Arsya nggak bakal pingsan. Arsya kan strong women." Arsya berucap penuh dengan keceriaan, sambil mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke udara. Ya, Arsya tetaplah Arsya, si cewek sok kuat yang tidak mau untuk ditentang.
"Strong women," katanya dengan nada meremehkan. "Nanti kalo lo pingsan, gue nggak mau nolongin yah." lanjut Maya.
"Iya, iya. Tentang, Arsya nggak akan pingsan. Maya tenang aja." ucap Arsya penuh keyakinan.
"Yaudah, sekarang lari. Kalo lo sampai ke pinggiran gawang duluan, gue gratisin nonton film terbarunya Gibran Megantara, gimana?"
"Serius? Kalo gitu, Arsya setuju!"
"Gue hitung satu sampai tiga yah? Satu... dua... tiga!" pada hitungan ketiga, keduanya langsung berlari kencang menuju ke pinggiran gawang. Saling salip-menyalip, untuk sampai di tempat tujuan lebih cepat daripada sang lawan.
"Ayo, Sya. Semangat! Demi nonton film gratis. Semangat!" Arsya menyemangati diri sendiri sambil berlari sekuat tenaga, menerjang apapun di hadapannya karna dirinya tidak bisa mengerem di situasi gawat darurat seperti ini. Baginya ini adalah hidup dan matinya.
Sampai-sampai ia tak sadar ketika Mira melintasi lapangan sambil membawa setumpuk buku tulis Fisika bersama dengan Reyhan di sebelahnya, yang juga membawa setumpuk buku yang sama banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Novela Juvenil[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...