Suasana sekolah kali ini berbeda semuanya sedang dalam masa tegang, pasalnya di tangan mereka masing-masing sudah terdapat surat pengumuman kelulusan, yang menyatakan mereka lulus atau tidaknya. Seluruh murid kelas dua belas sudah berkumpul di area lapangan basket dengan berbalut seragam putih abu-abu yang mereka kenakan.
Arsya menatap kertas putih itu dengan raut takut, tangannya pun gemetaran bersamaan dengan jatungnya yang bergemuruh hebat, ini lebih parah dari sekedar mendengar penuturan Reyhan yang ingin balikan dengannya, ini lebih dari sekedar hidup dan mati baginya.
Duk... Duk... Duk...
"Sudah menerima surat pengumuman kelulusan semua kan?" tanya kepala sekolah sesaat setelah mengetuk-ngetuk microfon di hadapannya. Lantas menatap seluruh anak didiknya yang kini sedang memasang raut penuh kekhawatiran. Beliau tidak menyangka secepat itu waktu berlalu, secepat itukah dirinya akan melepaskan anak didiknya menuju jalan kesuksesan. Rasannya antara senang sekaligus sedih.
"Sudah, Pak!" balas mereka dengan kompak.
"Baiklah kalau begitu, dalam hitungan ketiga, kalian buka surat itu sama-sama. Hitungan dimulai!" seru kepala sekolah dengan konotasi tegas. Semuanya pun secara serempak mulai menghitung dari angka satu sampai tiga dengan nada menggema, menguarkan sebuah aroma kesemangatan dari seluruh penjuru sekolah. Tak dipungkiri, sebentar lagi mereka akan meninggalkan tempat menimba ilmu mereka yang sudah mereka pijaki selama tiga tahun lamanya.
"Tiga!" tepat hitungan ketiga, serempak semuanya membuka surat pengumuman kelulusan itu, lantas bersorak riang kala memdapati tulisan Lulus di dalamnya.
"Sya, gue lulus, Sya!" teriak Maya kegirangan sambil melompat-lompat senang, Mira yang berada di sampingnya pun turut melompat-lompat kesengan tidak ada yang dapat melukiskan kebahagiaan mereka sekarang terkecuali hanya sebuah lompatan penuh kegembiraan seperti sekarang.
Arsya sendiri diam tak bergeming, dirinya takut untuk mebuka kertas putih di tangannya, bahkan untuk mengintip pun Arsya tak berani. Ia takut tidak lulus seperti teman-temannya yang lain, ia takut kecewa, sungguh.
"Sya, lo kenapa? Kok nggak dibuka surat pengumumannya, ayo buka dong, lo pasti lulus deh gue yakin seratus persen, eh seribu persen deh," kata Maya mencoba menyemangati. Namun Arsya tetap bergeming dengan bibir yang terkatup.
"Apa gue panggilin Reyhan aja, Sya. Biar dia yang ngelihat surat pengumumannya, bentar yah." kini Mira yang angkat bicara, matanya menyorot ke arah empat orang yang sedang nari hula-hula, Mira tertawa ngakak saat manik matanya hanya berfokus pada satu orang, yaitu Reyhan, bagaimana tidak tertawa saat menlihat orang menari dengan badan meliuk-liuk dengan gerakan sangat kaku. Sepertinya bukan hanya dirinya yang menertawai pacar sahabatnya itu, teman-teman. yang lainnya pun juga.
Dengan masih menyisakan tawanya, Mira berteriak. "Reyhan!"
Orang yang dipanggil langsung menoleh bersamaan dengan gerakan badannya yang terhenti secara otomatis. Mira memberi isyarat agar Reyhan bertandang ke arahnya, nampaknya Reyhan mengerti terbukti kini cowok itu sedang berjalan pelan menuju ke arahnya.
"Kenapa, Mir?" tanya Reyhan sesaat setelah dirinya telah berdiri tepat di samping Mira. Secara refleks, Arsya dan Maya ikut menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara.
Reyhan sesekali melirik ke arah Arsya, gadis itu tak menampilkan wajah ceria seperti biasanya, padahal hari ini adalah hari kelulusan bagi seluruh murid tapi kenapa gadis itu menampilkan raut sendu.
"Gini, Rey, Si Arsya tuh nggak mau buka surat pengumuman kelulusannya, katanya dia takut," tutur Maya, membuat Reyhan langsung menatap gadis itu secara saksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Fiksi Remaja[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...