47. Penyesalan

5.3K 282 35
                                    

Happy reading guys :)))

"Coba lihat hasil fotonya, yuk." ajak Maya sambil membawa foto hasil cetakan di studio mini yang baru saja mereka pijaki.

"Ih, yang ini Arsya lucu. Yang ini, biar Arsya yang simpan, yah." Arsya langsung merebut secarik foto yang telah dicetak dari tangan Maya. Lalu tersenyum sumringah memandangi gambar dirinya yang terlihat luar biasa lucu menurut dirinya sendiri.

"Kalo yang ini, biar gue yang simpan. Ini lo yang simpan yah, Mir." ucap Maya sambil menyerahkan foto yang lainnya kepada Mira.

"Yee, giliran gue aja, foto guenya nggak bagus. Tapi, nggak papa deh, buat kenang-kenangan. Yaudah, kalo gitu, gue duluan yah. Bye." kata Mira berpamitan sambil melambaikan tangan dan beranjak pergi dari hadapan mereka berdua, namun saat baru sepuluh langkah pergi, Mira kembali menghampiri mereka sambil menepuk-nepuk kepalanya dengan gemas.

"Kok balik lagi?" tanya keduanya serempak.

"Gue masih muda kan yah? Tapi, kenapa ingatan gue lemah banget, semacam mendekati pikun tau nggak." keluh Mira dengan gaya kesalnya yang kentara.

"Lo emang udah tua kali Mir, covernya aja yang kelihatan kayak anak muda." ledek Maya lantas tertawa, lalu disambut Arsya dengan tawa kecil sambil menutup mulut.

"Lo mah gitu..." rajuk Mira.

"Eh, tapi emangnya kenapa Sih, Mira kok balik lagi ke sini? Apa ada yang ketinggalan? Atau mungkin, Mira kehilangan sesuatu yah, tapi jangan nuduh Arsya yang ambil yah, Arsya bukan maling kok, seriusan deh. Suer, nggak pake bohong." ucap Arsya sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan.

"Ihh, Bukan gitu, Sya. Gue tuh balik lagi ke sini tuh, mau bilang kalo hari ini ada latihan drama nanti siang." ucap Mira meralat ucapan Arsya tadi.

"Oh, itu. Bukannya udah diumumin di grub yah, Mira. Tenang, Arsya nggak sepikun Mira, kok buat lupa." Arsya terkikik, disambut desisan sebal dari Mira yang tak terima dikatainya.

"Bisaan banget sih, lo ngatain guenya. Ya kan, gue itu cuma mau sekedar mengingatkan, siapa tau lo lupa atau gimana. Kan ada gue yang mengingatkan. Iya kan?"

"Iya sih. Yaudah kalo gitu makasih udah mau ngingetin Arsya."

"Sama-sama. Kalo gitu, gue pamitan lagi deh, buat pergi ke kelas. Bye Arsya, bye Maya. Duluan yah." kata Mira sambil melambaikan tangan dan pergi. Maya dan Arsya hanya menanggapinya dengan lambaian tangan. Bedanya, Arsya melambaikan tangan dengan senyuman sedangkan Maya dengan kernyitan di dahi yang tidak hilang-hilang semenjak ia berfikir kalau Mira bertingkah sangat aneh hari ini.

"Tuh bocah kok kelakuannya makin hari makin aneh aja. Apa mungkin gara-gara berteman sama lo, yah, Sya." ucap Maya sambil terus memandangi kepergian Mira.

"Sya?" ucap Maya lagi, karena tak ada sahutan dari orang di sebelahanya.

"Arsya? Lo deng---" ucapannya terpotong, kala ia menolehkan kepalanya ke samping dan tidak menemukan sosok Arsya berada di sebelahnya. Dirinya bahkan sudah jauh tertinggal oleh Arsya yang kini telah berjalan menuju koridor kelas mereka.

"Ah ilah, pantesan diajak ngobrol nggak nyaut-nyaut. Tau-tau, udah ninggalin gue aja tuh bocah." gumam Maya sambil menatap Arsya kesal. Lantas, ia pun berlari kecil mengejar Arsya yang sudah jauh meninggalkannya.

****

Reyhan sedang berada di stand minuman yang menawarnakan beberapa varian rasa. Reyhan memilih varian dengan rasa mocachino dan caramellatte. Kesukaan Gina, untuk sekedar menengkan hati cewek itu yang sedang terguncang. Reyhan memiliki alasan dan sudah mempertimbangkan ini semua jika dirinya akan menjaga Gina dan akan berusaha untuk selalu ada untuk dia. Karena semalam ia sudah berjanji sama om Indra, untuk sementara waktu menjaga Gina selama om Indra tidak ada.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang