Hari sudah menjelang sore, Reyhan masih terus bermain futsal sendirian di lapangan olahraga di sekolahnya. Sampai membuat David merasa bosan sendiri. Seluruh adik kelas yang tadi berlatih bersama Reyhan sudah pulang terlebih dahulu karna jatah latihan mereka hanya sampai jam setengah empat sore saja.
"Woi! Han. Nggak capek? Main futsal mulu? Sini istirahat dulu, gue nggak mau ngelihat lo tepar karna kelelahan," teriak David dengan lantang, sambil menguyurkan air mineral di kepalanya agar dirinya merasa segar kembali.
"Gue belum merasa capek," sahut Reyhan, ia kembali memainkan si kulit bundar itu. Jika bolanya bisa berbicara, mungkin dia akan bilang jika dia merasa sangat lelah karna sedari tadi terus-terusan ditendang oleh Reyhan tanpa memberinya istirahat barang sedetik pun.
"Mata gue sepet ngelihat lo, nendang-nendang bola mulu, gue jadi merasa kasihan sama bolanya," ucap David.
"Kalo gitu, nggak usah dilihat."
"Terserah deh, Han. Terserah." David merasa pasrah.
"Panggil gue, Reyhan jangan Han doang, kesannya nama gue itu bukannya Reyhan, tapi Hani."
"Gue lebih sreg panggil lo, Han. Daripada Reyhan atau Rey. Lebih enak aja gitu, di lidah gue."
"Lidahnya orang desa mah, beda," ledek Reyhan.
"Iyain aja, deh Han. Iyain. Gue mah bodo amat. Udah sore nih, lo nggak mau pulang. Mandi cuy, badan lo udah bau banget tuh, nggak takut nanti si Arsya jadi ngejauhin lo, karna lo bau."
"Gue yakin dia nggak bakal gitu."
"Ngajak ribut banget sih lo, gue cemplungin sumur baru tau rasa lo." David greget sendiri dengan temanya yang satu ini.
"Sebelum itu, gue udah cemplungin lo duluan."
"Yaudah deh, nggak jadi kalo gitu."
Detik berikutnya, keduanya diam, Reyhan sibuk dengan aktifitasnya terdahulu, sedangkan David, memilih untuk bermain games di ponselnya, tanpa memperdulikan Reyhan lagi. Susah kalau sudah ngomong tapi nggak dihargai. Sampai getaran dari ponsel milik Reyhan membuat David menolehkan kepala pada ponsel Reyhan yang tergeletak indah di sampingnya.
"Siapa yang nelpon yah?" David bergumam sambil mengangkat ponsel milik Reyhan, untuk melihat nomor siapa yang sedang menelpon Reyhan saat ini. Ternyata nomor yang Reyhan namai 'Arsya canteekk' yang menelpon Reyhan.
David tergelak menatap kontak Arsya yang Reyhan namai begitu, lucu saja, orang sedatar Reyhan ternyata bisa ngalay juga.
"Han, si cerewet nelpon nih, gue angkat dulu apa gimana?" teriak David dengan lantang sambil mengangkat tinggi-tinggi ponsel milik Reyhan.
Reyhan menoleh, sambil mengusap peluh yang kian menderas di dahinya. "Jangan, biar gue aja," cegahnya, lalu berlari kecil menuju ke arah David dan mengambil ponselnya guna untuk menjawab sambungan telepon dari pacar tersayangnya.
David berdecih, sambil menampilkan senyum meremehkan. "Cih, lo nggak mau gue yang ngangkat karena takut gue selingkuh sama si Arsya, yah? Sebegitu takutnya yah lo, Han."
"Nggak. Gue cuma takut kuping lo seketika budek, karna denger suara dia," balas Reyhan.
"Sebegitu dahsyatnya kah suara dia?"
Reyhan mengangguk, lalu dia menempelkan jari telunjuknya tepat di depan bibirnya, memberi isyarat agar David terdiam. Lalu setelah itu, yang terdengar di telinga Reyhan hanyalah suara cerewet nan manja dari Arsya.
"Hallo, Reyhan. Ihh... kok Reyhan ngangkatnya lama sih. Arsya nunggu Reyhan ngangkat teleponnya sampai lumutan nih. Reyhan lagi dimana? Sama siapa? Reyhan udah makan belum? Udah ngerjain pr dari pak Billy belum? Reyhan ud--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Ficção Adolescente[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...