41. Khawatir

5.3K 218 38
                                    

Happy reading guys :)))

"Gue harap, lo paham sama apa yang gue omongin ke Reyhan tadi, Sya," kata Farhan setelah berhasil membawa Arsya ke taman belakang sekolah.

"Maksud Farhan?" Arsya mengernyit bingung.

"Maksud gue, gue mau elo jadi pacar gue lagi, Sya. Lo mau kan?" tutur Farhan, yang secara tidak langsung tengah menyatakan perasaannya terhadap Arsya.

Arsya melotot kaget, setelah mendengar penuturan Farhan. Tidak tau mau menjawab apa. Ia mengigit bibir bawahnya dengan gemas, merasa cemas dengan jawaban yang akan ia lontarkan. Takut jika Farhan akan merasa sangat kecewa dan mungkin sedikit merasa tersakiti di sini.

"Farhan, maafin Arsya. Arsya, nggak bisa balikan sama Farhan. Mungkin, dengan kita sering bercanda selama ini, Farhan merasa kalau Arsya itu masih menyimpan rasa suka sama Farhan. Tapi, pada kenyataannya, enggak. Arsya cuma menganggap Farhan teman sekarang, nggak ada perasaan lebih dari sekedar teman." tutur Arsya.

Farhan mengacak rambutnya sendiri dengan perasaan gusar dan juga sangat kecewa dengan keputusan Arsya yang menolaknya mentah-mentah. Sebenarnya, apa yang kurang darinya?

"Jadi lo nolak gue, Sya?"

Arsya mengangguk pelan. "Maafin Arsya yah, Farhan. Kita kan, masih bisa jadi temen baik," kata Arsya seraya tersenyum.

Farhan diam. Mungkin Farhan marah. Membuat Arsya kembali mengigit bibirnya kuat. Arsya merasa bersalah, tapi ini adalah keputusannya.

"Farhan, kalo gitu, Arsya ke kelas duluan yah," pamit Arsya, cewek itu beranjak dari kursi kayu berwarna cokelat yang didudukinya. Namun pergerakannya terhenti, saat sebuah tangan kokoh mencekal tangan mungilnya.

"Lo yakin mau nolak gue, Sya? Kasih gue kesempatan lagi, Sya." Farhan memohon sambil mengenggam tangan Arsya.

"Arsya nggak bisa."

"Please, Sya. Gue mohon." kali ini, Farhan berlutut di hadapan Arsya dengan raut memelas.

"Lo kasih kesempatan gue lagi buat ngebahagiain lo."

"Ngebahagiain? Ah, angan-angan Farhan terlalu tinggi, Arsya nggak suka. Farhan lupa, Farhan kan, dulu pernah bilang sama Arsya kalo Farhan mau ngebahagiain Arsya lah, nggak bakalan bikin Arsya sedih lah. Tapi, faktanya omongan Farhan nggak terjadi di hubungan kita. Farhan tau, Arsya nggak mau menanggulangi kesalahan yang sama, Farhan."

"Itu kan, dulu Sya. Gue janji mau berubah buat lo. Dan nggak akan mengulangi kesalahan yang sama," sanggah Farhan, sembari mengumbar rayuan maut andalannya.

Arsya tersenyum, senyum yang terlihat sangat mengejek. "Kesalahan kalo dilakukan sama orang yang sama, dan orang yang bersangkutan bilangnya akan berubah, dia bakalan melakukan kesalahan yang sama kapan pun dia mau," tegas Arsya.

"Yaudahlah, terserah lo aja. Kalo lo nggak mau nerima gue lagi nggak papa. Its fine, no problem." Farhan mulai menyerah, dengan tubuh yang lunglai, dia bangkit berdiri.

Arsya hampir terbahak karena itu. "Gini deh. Farhan, Arsya kasih kesempatan, tapi Arsya jawabnya nanti yah, Arsya nggak bisa jawab sekarang. Gimana?"

Farhan langsung mengulum tersenyum. "Serius, Sya. Jadi lo ngasih gue kesempatan kan?"

"Tapi, Arsya nggak langsung nerima Farhan jadi pacarnya Arsya dulu, Arsya perlu waktu."

"Wah, parah lo mau ngegantung gue, Sya. Parah lo."

"Oh, jadi nggak mau? Yaudah, orang tadinya juga, Arsya udah nolak Farhan kok. Giliran Arsya kasih kesempatan malah ngelunjak." kesal Arsya, sembari melipat tangannya dan bergaya super angkuh.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang