14. Motivator

4.8K 186 1
                                    

"Woy! Minta minyak wangi dong, badan gue bauk nih!"

"Yang bawa minyak wangi, gue minta."

"Minta di Lintang tuh, dia bawa."

"Gue duluan!"

"Gue duluan, pokoknya!"

"Eh, nggak bisa dong, tadi kan yang minta gue duluan."

"Enak aja, gue duluan!"

Begitulah keributan di kelas Arsya sehabis olahraga. Hanya satu yang mereka ributkan, yaitu, berebut minyak wangi!

Arsya tidak seperti itu, karna Arsya membawa minyak wangi sendiri yang Arsya beli seharga sembilan ribu rupiah di warung di dekat rumahnya. Arsya memang gadis sederhana, walau orang tuanya berkecukupan. Selain itu, Arsya juga rajin menabung di celengan bebek kesayangannya. Tapi ada syaratnya, uang yang ditabung harus uang seribuan bergambar angklung, selain itu, tidak diterima masuk ke dalam celengannya.

"Eh, pada lihat nggak kemaren, si Franda dilabrak gitu sama si Elvira." kata Caca dengan nada mengebu. Caca merupakan cewek ngehist di kalangan murid SMA Nusa Bhakti. Tidak ada yang tidak mengenal dia, terkecuali orang itu memang benar-benar tak pernah keluar dari kelasnya.

Dia tukang gosip, apapun yang ia tau, pasti langsung ia ceritakan kepada seluruh teman sekelasnya seperti sekarang.

"Wah, kenapa tuh? Kok bisa dilabrak?"

"Iya, kenapa? Tumben-tumbenan tuh bocah ngelabrak? Bukannya dia anaknya pendiem yah? Nggak nyangka aja bisa ngelabrak."

"Lo dapat berita dari mana emang?"

Begitulah tanggapan dari seluruh anak perempuan di kelas Arsya, termasuk Arsya yang kini terlihat berjalan menghampiri meja Caca dengan raut penasaran.

"Ayo Caca, cepet cerita. Arsya juga penasaran nih." ucap Arsya antusias, membuat semua orang yang mengerumbungi meja Caca memberi aspirasi penuh persetujuan.

Maya yang merasa aneh dengan tingkah Arsya yang tiba-tiba menjelma menjadi pembigos, tak pelak langsung menghampiri Arsya setelah ia selesai melipat baju olahraganya dan dimasukan ke dalam tas ransel miliknya.

"Sejak kapan lo jadi pembigos?" sindir Maya sambil menyenggol lengan Arsya pelan.

"Sejak Black pink ngadain konser di Jakarta." jawab Arsya, lalu tergelak. Maya langsung mencibir dengan mengerakan bibirnya.

"Jadi gini, lo pada tau kan? Siapa pacarnya Elvira, si Dimas, Dimas itu lho, anak jurusan IPS yang sering ikut latihan paskibra." Caca mulai bercerita, yang lain menanggapi dengan wajah serius sambil mengangguk-angguk.

"Dia selingkuh sama Franda udah hampir satu tahun, dan baru ketahuan sekarang, gila nggak tuh!" terang Caca sambil mengebrak meja untuk memancing ketegangan. Para siswi yang lain malah saling berbisik-bisik, tidak pecaya dengan kelakuan Franda itu, padahal jika dilihat Franda adalah seorang gadis baik dan dia juga ikut dalam ekstra yang cukup populer di sekolah ini, yaitu paskibra dan pramuka.

"Kenapa bisa gitu yah, padahal Franda sama Elvira teman dekat, bahkan mereka juga satu kelas kan?" Arsya kini angkat bicara dengan wajah polosnya.

"Gini Sya. Kadang yang terlihat manis di depan, di belakang malah pahit dan bersifat busuk. Ya kayak di depan dukung, di belakang nikung."

Arsya garuk kepala, tak paham dengan penjelasan Caca tadi. "Arsya masih nggak ngerti deh."

"Jadi--"

"Nggak usah dijelasin lagi, Ca. Mau lo jelasin sampai mulut lo berbusa pun, dia nggak bakal paham, jadi percuma." potong Maya cepat, lalu menarik Arsya menuju bangku mereka sambil tersenyum kaku ke arah Caca.

Arsya mendesis kesal. "Ish, Arsya lagi nanya juga ke Caca, malah ditarik-tarik ke sini. Maya mah, nyebelin."

"Nanti biar gue deh yang jelasin. Lo nanya ke Caca cuma bikin diri lo malu doang. Dengan nanya gitu ke Caca, lo tambah kelihatan bodoh tau nggak, kalo mau nanya apa-apa ke gue aja." ucap Maya.

"Nggak mau ah. Maya kan juga kaya Arsya, nggak tau apa-apa."

"Kampret! Ngeremehin doang lo bisanya. Sekarang lo mau tanya apa? Biar gue yang jawab. Ah, iya pertanyaan yang lo tanyain ke Caca kan lo belum tau, biar gue jawab."

"Nggak perlu. Arsya udah tau."

"Kok bisa? Bukannya tadi--"

"Otak Arsya tuh proses bekerja mencerna kalimat yang diucapkan orang itu, selama lima menit, baru Arsya bisa paham." jelas Arsya sambil tersenyum dengan bahagia.

"Maya mau tau nggak Arsya gedenya mau jadi apa?" ucap Arsya yang kini merambat ke hal lain.

"Dokter."

"Ih, bukan. Emangnya Arsya Susan apa."

"Terus?"

"Promotor!" ucap Arsya semangat.

"Hah? Promotor? Yakin lo punya cita-cita jadi gituan?" kaget Maya, mendengar ucapan super dari teman alay bin lebay---yang sayang hidup di darat ini.

"Iya, emang kenapa? Kan jadi promotor itu keren."

"Keren sih keren! Tapi gue nggak yakin lo bakal bisa jadi gituan."

"Kok gitu, Arsya aduin Reyhan nih, kalo Maya udah ngeremehin Arsya kayak gini. Arsya nggak suka tau diremehin, Arsya yakin kok bisa jadi promotor."

Maya mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya deh, terserah."

"Sebagai teman yang baik, Maya dukung Arsya terus dong, jangan bikin down teman sendiri kenapa. Jadi promotor itu impian Arsya dari dulu tauk."

"Iya, Sya. Iya," Maya mulai pasrah sendiri. Tidak mau berpendapat ataupun berkomentar. Karna apapun yang dilakukannya terhadap Arsya pasti ia yang akan selalu disalahkan. Mengenaskan sekali bukan?

"Maya tau nggak? Promotor di Indonesia yang Arsya gemari?"

"Au. Siapa emangnya?"

"Mario Teguh."

Jederrr!!!!

Petir di dalam rongga hati Maya langsung bergemuruh, mendengar lontaran nama yang disebutkan Arsya tadi. Sejak kapan Mario Teguh jadi promotor? Kapan? Apakah dia yang mempromotori konser Black Pink waktu itu? Entahlah.

"Untung lo temen gue Sya, kalo bukan... Udah gue sleding lo Sya sampai rata." gumam Maya geram sendiri.

"Sya, lo tau nggak Sya?"

"Enggak."

"Mario Teguh itu bukan promotor! Tapi motivator! Arsya Iriana yang dodol!" ucap Maya sambil menoyor kepala Arsya pelan.

Arsya cengengesan dengan raut tablonya. "Hehe, iya. Arsya lupa, yaudah sih, maapin kan cuma salah beberapa huruf doang."

"Serah Sya, serah!"

Tbc!

Sorry update lama :( :(

Maaf yh pendek. Duh aku bener2 lagi nggak ada ide. Jadi terima apa adanya eaakk 😂

Love yuu para readers tercintanya Arsya hehehe 😘😚😘😚

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang