"Sya? Lo masih sama si Reyhan yah? Gue hitung-hitung, lo sama Reyhan udah jadian hampir tiga bulanan yah. Awet juga kalo dibandingin sama mantan lo yang lain," ucap Maya, sambil memakan sanwitch kesukaannya.
Arsya tersenyum. "Iya, doain aja yah Maya, semoga hubungan Arsya sama Reyhan bisa berlangsung lama."
"Iya, Sya. Pasti gue doain kok. Gue tau, perjuangan lo dapetin Reyhan kayak gimana, udah pasti gue doain lo supaya langgeng dong sama Reyhan. Gue kan maunya lihat lo bahagia bukan sebaliknya."
"Makasih, Maya."
"Sama-sama, Arsya. Tapi, gue bingung deh, sama Reyhan, masih aja yah dia tuh cuek sama sekitar. Padahal, dia itu udah jadi pacarnya Arsya yang super cerewet ini. Kalo lo pacar yang hebat buat dia cerewet dong, Sya."
"Nggak bisa, Maya. Kan Maya tau, Reyhan tuh orangnya cuek bebeknya kayak apa, sama Arsya aja masih cuek banget. Kalo mau ngucapin selamat tidur sama Arsya aja harus Arsya tuntun dulu biar ngomong."
"Serius, Sya?" tanya Maya tak percaya.
"Duarius malah," ucap Arsya membenarkan.
"Terus, kalo Reyhan mau cium lo, lo harus tuntun dia dulu supaya dia mau nyium lo?"
"Apa sih, Maya. Kok Maya jadi ngarahnya ke situ. Nggak boleh cium-ciuman tauk, kan Arsya masih kecil, belum cukup umur," cerocos Arsya sambil cemberut. Maya tertawa, merasa aneh dengan teman cerewetnya ini bisa-bisanya memiliki pacar bak patung dari kutub es. Beruntung temannya ini memiliki sifat manusia tembok yang kalo diapa-apain cuma bisa diem terus akhirnya nyerocos tidak jelas, lalu tertawa.
"Ih, ngapain Maya ketawa, sih. Orang nggak ada yang lucu, juga," imbuh Arsya, kali ini dengan suara lucu khas dia kalau sedang marah.
"Menurut gue nih yah, Reyhan perlu belajar sama Daniel deh, supaya bisa jadi romantis nggak kaku saat sama lo," saran Maya, setelah ia menyelesaikan tawanya.
"Ih, jangan ah. Nanti Reyhan otaknya jadi gesrek lagi, kayak Daniel. Arsya nggak mau Reyhan terkontaminasi ke playboyan Daniel," tolak Arsya mentah-mentah.
"Dih, Daniel tuh, nggak gitu kali, Sya," bela Maya.
"Nggak gitu gimana, Maya. Arsya tuh udah sering lihat gimana Daniel, dia tuh suka goda-godain adik kelas. Arsya nggak mau Reyhan jadi gitu, pokoknya Arsya nggak mau, titik."
"Kurang ajar, tuh bocah kampret. Bilangnya mah, gue satu-satunya cewek di dalam hidupnya setelah ibunya, bilangnya gue cewek paling cantik dari cewek-cewek lain di sekolah ini, nyatanya dia malah goda-godain adik kelas." Maya mengerutu sambil mengepalkan tanganya kuat-kuat.
"Eh, Maya. Itu Daniel, Maya. Maya mau samperin nggak? Daniel lagi sama adek kelas yang waktu itu Daniel godain tuh." telunjuk Arsya mengarah ke arah cowok berperawakan tinggi yang sedang tertawa-tawa bersama beberapa cewek yang diketahui adalah adik kelas mereka.
"Wah, macem-macem tuh bocah. Bentar yah, Sya. Gue mau samperin tuh bocah kampret dulu," pamit Maya, sambil berjalan ke arah Daniel sambil meninju-ninjukan tangan kanannya pada tangan kirinya.
Arsya nampak cekikikan, saat melihat Maya menjambak rambut Daniel dengan kesal. "Rasain. Suruh siapa Daniel jadi cowok playboy."
Pletak!
"Aw!" Arsya memekik nyaring setelah medapat sentilan keras di dahinya. Lalu menatap Reyhan yang tiba-tiba saja sudah berada di depannya duduk di kursi yang sempat di duduki oleh Maya.
"Reyhan yah, yang tadi nyentil dahi Arsya? Sakit tauk. Ngeselin banget," omel Arsya sambil mengusap-usap dahinya yang masih terasa cenat-cenut.
"Biarin. Makanya jangan kaya gitu lagi," balas Reyhan dengan raut datar ala kadarnya.
"Kaya gitu gimana maksudnya. Arsya nggak ngerti," ucap Arsya dengan raut bingung.
Reyhan terdiam. Lalu tanganya menujuk ke arah Maya yang sedang memarahi Daniel habis-habisan. Dengan tampang bingung nan pengen nampol, Arsya pun mengikuti pergerakan telunjuk Reyhan.
"Lo udah bikin mereka berantem."
"Terus kenapa? Arsya kan cuma, mau nunjukin ke Maya, kalo sebenernya Daniel itu cuma cowok playboy, yang suka goda-godain adek kelas," jelas Arsya.
"Tetep nggak boleh. Jangan gitu lagi, nggak baik. Bikin orang jadi musuhan." Reyhan menasehati.
"Yaudah, iya. Janji deh, Arsya nggak akan gitu-gitu lagi. Maafin Arsya yah, Reyhan."
Reyhan mengacak puncak kepala Arsya dengan gemas, lalu menganggukan kepalanya singkat.
"Bekal dari Arsya udah Reyhan makan belum? Inget lho, jangan sampai nggak dimakan. Nanti Reyhan kekurangan nutrisi gimana? Kalo nutrisi cinta mah Reyhan nggak akan kekurangan. Kan Arsya selalu ngasih tanpa Reyhan minta, hehehe ...." Arsya terkekeh geli.
"Udah dimakan, Sya. Nih, nasi gorengnya udah dimakan sama cacing-cacing di perut gue," ucap David, yang tiba-tiba hadir sambil menepuk nepuk perutnya yang terasa kenyang.
"Ih, kok David yang makan sih, bukannya Reyhan. Reyhan nggak suka yah, sama masakan Arsya, kalo nggak suka bilang aja, Arsya nggak apa-apa kok, kalo gitu kan Arsya nggak perlu repot-repot bangun pagi-pagi, hanya untuk nyiapin bekal buat Reyhan." Arsya terlihat merajuk.
"Aduh, gue nggak ikut-ikutan lho, yah. Gue pergi dulu, yah. Mau main futsal. Han, nanti lo nyusul yah." David melenggang pergi, meninggalkan sepasang kekasih yang sedang dimabuk janda ini.
"Maaf. Tadi David kelaperan, makanya gue kasih bekal bikinan lo ke dia."
"Gitu? Arsya maafin kok. Tapi lain kali kalo Arsya bikinin bekal, Reyhan yang makan yah, kalo perlu nanti David, Arsya bawain bekal juga deh, biar jatah Reyhan nggak dimakan David lagi." Arsya mulai terlihat tersenyum.
"Makasih."
"Sama-sama, Reyhan."
"Gue ... main futsal dulu yah," pamit Reyhan. Main futsal adalah salah satu hobi Reyhan yang sangat Reyhan senangi. Bahkan menurut Reyhan futsal itu adalah segalanya, dibandingkan Arsya. Tapi jangan bilang-bilang Arsya yah, nanti dia marah.
"Oke. Nanti pulang bareng apa enggak?"
"Nggak tau, lihat aja nanti. Soalnya pulang sekolah nanti, gue mau ngelatih adik kelas futsal."
"Kalo gitu mah, bilang aja nggak bisa, nggak perlu bilang lihat aja nanti, tapi ujung-ujungnya nggak bisa," gerutu Arsya sambil mencebikan bibirnya kesal.
"Jangan ngambek, begitu. Nanti tambah kelihatan jeleknya."
"Biarin."
"Hari ini mungkin nggak bisa, besok mungkin bisa."
"Iya, iya. Arsya doain semoga terkabul yah, Rey. Arsya ngertiin Reyhan kalo Reyhan itu sibuk, karna Reyhan ketua tim futsal sekolah ini. Arsya kan pacar yang pengertian."
"Gitu yah? Gue pergi dulu. Bye kingkong." Reyhan mencubit pelan pipi Arsya, lalu pergi meninggalkan Arsya yang masih memasang wajah cemberut.
"Sebel Arsya tuh, punya pacar kayak Reyhan, tapi Arsya udah terlanjur sayang. Nasib cowok ganteng mah mujur, mau ceweknya sesebel apapun, dia bakalan terus ada di sampingnya karna udah terlanjur sayang sama dia," gumam Arsya, sambil memandang punggung Reyhan yang kian menghilang dari pandangan.
Tbc!
Hallo semua!!
Baru awalan nih, gimana?
Rencana aku mau tambahin konflik gitu ceritanya, biar tambah seru aja.
Oke, jangan lupa tinggalkan jejaknya yah.
Vote dan komen selalu ditunggu wkwk 😂
See you pay pay 👐👐👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Novela Juvenil[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...