Happy Reading !
Suara mesin cuci mengema di dekat ruang tengah, menciptakan suara berisik di ruangan yang sebenarnya senyap ini.
"Coba aja, Reyhan nggak numpahin minuman ke jaketnya Farhan, kejadiannya nggak akan kayak gini. Arsya nggak akan susah-susah nyuci walau pake mesin cuci. Biasanya juga nyucinya hari minggu." gerutu Arsya, sambil menatap kesal jaket Farhan yang sedang berputar-putar di dalam mesin cuci. Sambil menunggu acara mencucinya selesai, Arsya memilih mengutak-atik benda pipih yang kini sedang dalam genggamannya. Membalasi pesan masuk dari siapa pun yang mengirimi pesan untuknya tak terkecuali, Reyhan dan Farhan yang juga sedang berbalas pesan dengannya.
Farhan :
Jaket gue pokoknya besok harus dibawa yah, mau gue pake. Nggak ada alasan nggak bawa pokoknya harus bawa gue nggak mau tau. Oke, cebol?
Reyhan ❤:
Jgn suka pinjem jaket orang lain. Pake jaket gue aja kalo ada apa-apa.
"Dih, dua orang nyebelin mulai beraksi." gumam Arsya.
"Kenapa coba, disaat Farhan nolongin Arsya, Reyhan selalu aja bersikap posessif, giliran Arsya lagi pengen diposessifin, Reyhan cuek bebek, pengen banget tuh Arsya tendang muka songongnya. Kalo cemburu tuh bilang, nggak usah sok cool, padahal hati atit."
****
"Reyhan, kamu pulang aja sama Arsya, biar aku pulang naik taksi aja. Masa iya, kita bonceng bertiga, kan nggak etis kalo dilihat orang-orang. Udah yah, aku duluan." Gina beranjak pergi sambil melambai ke arah Reyhan dan Arsya yang berada di parkiran.
"Hati-hati Gina!" teriak Arsya menyahuti.
"Gina tuh, orangnya baik yah Reyhan. Arsya suka deh, kalo berteman sama Gina." lanjut Arsya terlihat kegirangan.
"Dari mana lo bisa tau kalo dia baik, padahal baru ketemu sekali. Nggak usah sok nilai gitu, nanti kalo penilaian lo salah, lo malah kecewa." Reyhan angkat bicara, sambil memakai jaket bombernya dan memasangkan helm ke kepala Arsya.
"Kebiasaan, masangnya suka nggak bener deh, rambut Arsya nanti berantakan, tau!" Arsya mencopot helm di kepalanya dan merapihkan rambutnya agar tertata dengan rapi, lalu memakai helmnya kembali.
"Gitu aja ngambek." cibir Reyhan, memasang helm pada kepalanya sendiri.
"Abisnya--"
"Diem. Gue nggak perlu penjelasan. Mau ke Mekdi?" tawar Reyhan.
"Mau aja, asal sama Reyhan." Arsya terkekeh kecil setelah mengucapkan kalimatnya.
"Yaudah, ayo."
Reyhan menaiki motornya, lalu, mulai menyalakan mesin motornya, sehingga terdengar suara motor ninja yang sangat khas di telinga semua orang. Setelah Arsya sudah naik di atas jok belakang motornya, Reyhan pun mulai menjalankan motornya membelah jalan raya di hadapannya.
"Mau pesen sesuatu nggak?" tanya Reyhan setibanya mereka di sini, dan menjatuhkan pilihan pada kursi dekat jendelan untuk mereka duduki.
"Mau paha ayam yang besar-besar." balas Arsya semangat.
"Sebentar, biar gue yang pesenin." Reyhan melenggang pergi untuk memesan makanan, melihat papan menu dan mengatakannya pada pelayan. Lalu, Reyhan pun kembali ke tempat duduknya setelah mendapatkan pesanannya.
"Wahh, paha ayam!" Arsya langsung melahap paha ayam pesananya dengan segera, seolah-olah, makanan tersebut akan basi dalam hitungan detik. Sedangkan Reyhan, melahap Burgernya dengan perlahan dan penuh ketenangan. Lalu, kunyahannya terhenti saat ia melihat jaket di samping Arsya, yang memang sejak ia melihat Arsya memakainya, sudah membuat Reyhan digelitiki rasa ingin tau. Sepertinya ia mengenali siapa pemiliknya. Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Novela Juvenil[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...