28. Tak Peduli

4.7K 179 0
                                    

Arsya mendengarkan pak Aziz yang sedang menjelaskan materi praktik yang akan mereka semua lakukan. Namun rasanya Arsya tak terlalu fokus mendengarkan, pikirannya berkelana kemana-mana.

"Kenapa juga sih, Reyhan nggak berangkat segala, setidaknya kalo Arsya nggak ngomong sama Reyhan, Arsya kan, bisa ngelihatin Reyhan dari jauh." gumamnya kesal, sambil meremas pulpen di genggaman tangan.

"Silahkan kerjakan apa yang sudah saya terangkan, kalian kerjakan, lalu langsung kirimkan ke email saya." ucap pak Aziz dengan matanya hanya berfokus pada laptop di hadapannya, dengan tangan yang sibuk mengetikan sesuatu.

"Pak!" Mira mencoba mengitrupsi, dengan tangan terangkat sebelah.

Pak Aziz menoleh, lalu memandang ke arah Mira. "Ya, ada apa, Mira?"

"Komputer saya, nggak bisa nyala, pak. Terus, saya ngerjainnya gimana?"

"Kamu pindah dulu ke komputernya Arsya, ngerjain tugas saya berdua aja. Tapi, satu anak satu tugas." terang pak Aziz, Mira mengangguk paham, lalu dengan cepat, mengeser tempat duduknya menjadi berdampingan dengan Arsya.

"Sya, kita ngerjain tugasnya bareng yah, komputer yang tadi mau gue pakai nggak nyala."

Arsya tersenyum segaris. "Iya, Mira, Mira boleh kok ngerjain tugas bareng sama Arsya. Mira tenang aja."

Mira mengambil alih mouse di tangan Arsya. "Biar gue aja yang ngerjain dulu yah, nanti lo gue ajarin juga kok, tenang aja." Mira menirukan ucapan Arsya terdahulu, disertai dengan senyumnya yang mengembang dengan nyata.

"Yaudah deh kalo gitu, lagian Arsya juga nggak terlalu ngerti sama penjelasan pak Aziz tadi." Arsya memilih memainkan mousepath, sambil menatap Mira yang sedang berkutat dengan komputer di depannya.

"Ah, ya. Arsya mau tanya, kenapa kelasnya Mira digabung dengan kelas Arsya, bukannya kalian ada pelajaran lain yah, sebelum pelajarannya pak Aziz?" imbuh Arsya dengan pertanyaan.

"Oh, itu karna guru yang ngajar di kelas kita berhalangan hadir, makanya pak Aziz nyuruh kelas kita buat gabung di kelas lo, karna pak Aziz katanya mau pergi, soalnya daripada kelas kita jam kosong terus, lebih baik digabung aja." terang Mira.

"Oh, gitu. Arsya lihat, kelasnya Mira banyak yang nggak berangkat yah, termasuk--"

"Reyhan. Iya kan, lo mau nanya Reyhan. Langsung to the point aja kali, kalo mau nanya nggak usah pake basa-basi, biar gue langsung jelasin ke intinya, Sya." sambar Mira tepat sasaran. Arsya nampak meringis, menahan malu.

"Mira tau aja deh. Reyhan, David sama Gina pada kemana? Kenapa mereka nggak berangkat?"

"Gina sakit, kalo Reyhan sama David izin. Lo tau, gue yang udah buatin mereka surat izin."

"Lho, jadi mereka kompakan nggak berangkat, karna mereka udah ngerencanain?" tanya Arsya penuh keterkejutan.

"Iya, kali, orang yang ngehubungin gue itu David. Katanya mereka ada di apartemennya David, mereka nginep di sana, gue juga yang pura-pura izin ke bundanya Reyhan, kalo Gina nginep di rumah gue. Kalo bukan karna David yang nyuruh, gue mah ogah."

"Pulang sekolah, antar Arsya ke apartemennya David, Arsya mau ke sana." cetus Arsya secara tiba-tiba, tak urung, Mira pun mengangguk menyetujui.

****

"Ayo, Sya, masuk. Lo 'kan yang minta datang ke sini. Terus, kenapa sekarang lo jadi ogah-ogahan buat masuk?" ucap Mira, saat mereka telah sampai di depan apartemen milik David, Mira terus menarik paksa Arsya agar mau masuk ke dalam apartemen David.

"Lha, kalian ngapain masih di luar, sih. Ayo cepetan masuk, tenang nanti gue suguhin renginang, kesukaan lo, lo pada." ucap David merasa jegah sendiri.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang