51. Penelepon dan pesan singkat misterius

4.8K 189 15
                                    

Happy reading guys :))))

Arsya sudah bersiap dengan peralatan make up yang ia bawa sendiri dari rumah, juga sepatu flatshoes yang akan ia kenakan saat pementasan drama nanti, sedangkan kostum yang akan dikenakannya sudah tersedia di sekolah ia tinggal mengenakannya saja nanti. Ia meraih ponselnya yang batrainya sudah terisi penuh, lalu mencabut cargeran yang masih menancap di colokan ponselnya. Ia mengetikan nama Reyhan di kolom search di dalam kontaknya, setelah ketemu, lalu Arsya pun menekan gagang telepon sehingga ponselnya langsung dalam mode memanggil. Ia sangat berharap Reyhan dapat dihubungi olehnya kali ini, setidaknya, ada secerca harapan agar pementasan drama nanti akan berjalan lancar jika Reyhan datang. Namun nihil panggilannya lagi-lagi disahut oleh mbak-mbak operator seperti biasanya.

Arsya mendesah lelah sambil mematikan panggilan yang masih berisi mbak-mbak operator yang tengah berbicara. Matanya menatap nanar ke arah luar jendela kamarnya. Kenapa Reyhan seolah-olah sedang menghindar darinya, tapi mengapa? Apa salahnya? Bukankah selama ini Reyhan yang selalu membuat kesalahan terhadapnya? Lalu kenapa, sekarang Reyhan yang menjadi marah terhadap dirinya?

"Arsya! Jangan lama-lama, Papa udah nungguin nih, kata kamu mau diantar sama Papa karena bawa barang banyak, buat pementasan drama. Ayo cepetan turun, nggak baik buat orangtua nunggu lama!" teriak Marletta, dari bawah.

"Iya, Mama, ini Arsya mau turun ke bawah!" balasnya berteriak, Arsya beranjak dari kasur, lalu membawa peralatan make up-nya dan berjalan menuju ke arah depan rumahnya. Langkah-langkah gontainya, membawanya tepat ke depan rumah dengan selamat, biasanya jika ia sudah berjalan dengan malas-malasan seperti itu, sesuatu pasti terjadi pada dirinya, entah tersandung tempat pot atau bahkan terjatuj tejerembab karena ia lupa menalikan tali sepatunya yang menjuntai itu.

"Udah sana, berangkat, ini Mama siapin bekal, kelihatannya kamu tambah pucet gitu, kenapa sih? Mikirin pementasan drama? Atau masih mikirin Reyhan? Reyhan jangan terlalu dipikirkan, buat apa juga tidak terlalu penting buat kamu, Sya. Oh, ya nanti malam, Mama sama Papa bakalan ke sekolah kamu, buat ngelihat kamu pementasan drama," ucap Marletta sambil memasukan beberapa makanan ke dalam tas milik Arsya; roti, snack kentang, jus jeruk, serta buah-buahan pun ada di sana. Marletta tidak mau anaknya sakit, jadi ia membawakan bekal sebanyak itu untuk Arsya. Lagipula, itu semua adalah makanan kesukaan Arsya, sudah pasti putrinya itu akan memakan bekal yang dibawakan sampai habis tak bersisa.

"Ma, Mama... nanti Pipi ikut yah, buat ngelihat dramanya Kak Arsya," celoteh Vivi sambil menarik-narik bagian bawah baju yang dipakai Marletta. Marletta menatap putrinya lekat dan mengusap-usap ujung kepala Vivi dengan sayang, lantas menganggukan kepala pelan, hingga membuat gadis kecil itu meloncat kegirangan. "Yaudah sana berangkat, nanti telat," perinta Marletta sambil mendorong Vivi pelan, agar putrinya itu cepat masuk ke dalam mobil yang telah ditumpangi suaminya. Arsya pun turut masuk dan duduk di jok belakang mobil, sementara Vivi duduk berdampingan dengan sang Papa.

"Ma, berangkat dulu, Assalamualaikum," pamit Harjunot, sambil melambaikan tangannya, diikuti Vivi dan Arsya yang juga turut melambaikan tangan ke arah Mama mereka.

"Waalaikumsalam, hati-hati!" teriak Marletta saat mobil sudah melaju cepat meninggalkannya.

***

Ruang kelas sepuluh yang kebetulan berdekatan dengan aula sekolah dijadikan sebagai tempat make up para pemain di drama Cinderella yang akan segera dimainkan. Arsya yang telah sampai di depan kelas itupun segera masuk ke dalam, lagi-lagi dengan langkah gontai seperti orang yang tak memiliki selera untuk hidup lagi. Benar-benar pagi yang suram, sebentar lagi, Arsya akan menyatakan jika hari ini adalah hari paling suram di dalam hidupnya, di saat yang seharusnya berbahagia, dirinya malah merasa terkurung dalam sebuah jeruji kesedihan seperti ini? Ini seharusnya adalah momen bahagia baginya, karena di hari ini, dia akan menunjukan pada semua orang jika dirinya juga memiliki bakat dan pintar dalam hal berakting. Tapi, dalam situasi kacau seperti ini, pasti aktingnya tidak akan berjalan dengan baik nantinya.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang