31. Fisika

4.4K 188 7
                                    

"Kya! Arsya mau coba daftar ah, siapa tau, Arsya yang jadi pemeran utamanya." Arsya berseru senang, saat selesai membaca brosur yang ditempel di mading sekolahnya. Cewek berambut panjang itu, berjoget dengan riang, karna akhirnya ada sebuah ajang untuk menunjukkan bakatnya, yaitu berakting. Kebetulan sekali sekolahnya akan mengadakan drama Cinderella. Sayang sekali, dirinya masih bertengkar dengan Reyhan, jika tidak, ia akan mengajak Reyhan untuk ikut audisi drama tersebut bersamanya.

"Sayang banget." gumamnya sambil memberengut.

"Sayang sama siapa? Sama gue? Gue juga sayang sama lo, kok." kata Farhan sambil terkekeh dengan geli.

Arsya mendengus. "Ih, geer banget. Farhan kalo masih ngarep sama Arsya bilang. Nggak usah ngode-ngode nggak jelas kayak gitu." ketus Arsya sambil menangkap gambar brosur lewat bidikan kamera ponselnya.

"Gue bilangnya nanti pas lo udah putus sama Reyhan."

Tubuh Arsya meremang setelah mendengar penuturan Farhan, lantas kepalanya menoleh ke arah Farhan, menatap dengan pandangan horor ke arah cowok dengan potongan rapih itu.

"Dasar nggak jelas. Males ah, ngomong sama orang tukang ngelantur." Arsya melenggang pergi, sambil memeletkan lidah ke arah Farhan bermaksud meledek. Farhan terkekeh, melihat tingkah Arsya yang tidak jauh beda dari dulu.

Matanya, beralih menatap ke arah mading, merasa penasaran dengan apa yang tadi Arsya potret. Ternyata, sebuah brosur pertunjukan drama yang akan mengadakan audisi untuk mencari pemeran yang cocok memerankan drama tersebut. Farhan langsung menyungingkan senyum kemenangan, lantas tangannya dengan cekatan membidik gambar brosur tersebut.

"Gue yakin, gue dan lo yang akan jadi pemeran utama di drama ini. Lihat aja nanti. Pangeran lo yang tampan ini akan menjemput Cinderellanya. Lo Cinderella gue, Sya." kata Farhan berseru senang.

****

Arsya terus berjalan menyusuri koridor kelasnya, sambil bersenandung dengan riang, menatap orang-orang yang sedang berlalu lalang. Dirinya tidak sabar untuk menuju ke kelasnya, menunjukkan foto brosur tersebut kepada Maya dan mereka akan ikut audisi bersama, pasti seru.

Namun, saat melihat dua orang yang baru saja keluar dari parkiran, senyumannya langsung memudar, menghilang bersama hembusan angin yang menerpa wajahnya. Kini wajahnya berubah sedih. Betapa tidak? Dirinya baru saja melihat Reyhan dan Gina berjalan berdampingan sambil tertawa-tawa. Mereka cepat sekali berbaikan, sedangkan dirinya dengan Reyhan, dalam waktu 24 jam, tidak menghubungi satu sama lain. Ah, ya. Merekakan, tinggal dalam satu rumah, sudah pasti cepat dalam hal berbaikan. Tapi, entah mengapa Arsya merasa tidak suka, jika Gina dekat-dekat dengan Reyhan. Arsya merasa tidak rela. Juga, rasa iri yang tiba-tiba menjalar, karna dirinya, sampai sekarang belum berbaikan dengan Reyhan.

"Arsya!"

"Iya!" ucap Arsya, lalu dengan gerakan refleks langsung menoleh ke belakang, mendapati Mira yang sedang tertawa renyah karna menertawakan tingkah lucunya tadi.

"Ish, Mira, ngagetin aja. Arsya hampir jantungan tau." Arsya terlihat merajuk.

"Ya, abisan, lo ngapain sih, bengang-bengong sambil jalan. Kalo sampai nabrak tembok di depan gimana? Bisa benjol jidat lo. Untung gue ingetin."

"Cara ngingetinnya, nggak lucu banget."

"Biarin, yang penting jidat lo nggak benjol kan. Ah, iya. Lo tadi abis ngelihatin Reyhan sama Gina yah? Mereka emang dekat, tapi, lo jangan mau kalah dong sama Gina. Gue tuh sekarang udah pro sama lo, dan gue, mulai sedikit ngelupain Reyhan sih."

"Dih, Mira curhat?" kata Arsya, meledek.

"Eh, tapi makasih lho, berarti kita sekarang berteman yah." imbuh Arsya.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang