3. Arsya Ngambek

8.9K 329 11
                                    

"Assalamualaikum." Reyhan mengucapkan salam sambil mengetuk pintu rumah Arsya beberapa kali, sebelum akhirnya seorang wanita paruh baya yang notabenenya adalah Mama Arsya, membukakan pintu untuknya.

Reyhan menatap Marletta dengan raut terkejut, pasalnya ia menyangka jika Marletta belum pulang, tetapi ternyata sudah ada di rumah, membukakan pintu untuknya pula. "Loh, Tante, sudah di rumah yah. Reyhan kira Tante masih di luar." Reyhan tersenyum kikuk sambil membenarkan plastik-plastik berisi makanan pesanan Arsya dengan benar.

"Iya, Rey. Baru lima menit tadi Tante barusan pulang," balas Maretta. Lalu dia menatap sesuatu yang dijinjing oleh kedua tangan Reyhan, begitu banyak dan membuatnya pusing dengan bau-bau aneh yang tercium di indera penciumnya.

"Itu kamu bawa apa, Rey? Banyak banget?" imbuh Maretta.

"Ini, pesanannya Arsya, Tante. Dia laper katanya," balas Reyhan sekenanya.

"Dia mau makan sebanyak itu? Nggak salah?" tanya Maretta tak percaya.

Anak gue makannya banyak bener yah.

"Setiap hari dia juga begitu."

"Ya ampun. Maafin Arsya yah, Rey. Dia pasti selalu ngerepotin kamu."

"Nggak papa, Tan." Reyhan tersenyum maklum.

"Mama ... itu siapa? Eh, itu pasti Reyhan yah, kok Mama nggak ngajak masuk Reyhan sih." Arsya berteriak dari dalam, lalu menghampiri Reyhan dan menarik Reyhan menuju ke dalam rumahnya. Mamanya cengengesan, lalu mengekori Reyhan dan Arsya dari belakang.

"Mama lupa. Yaudah, Mama buatkan minuman dulu yah." Maretta pergi.

"Iya, Ma." sahut Arsya dengan semangat, seperti biasanya.

Kali ini Arsya memamerkan senyum lebar kepada Reyhan. Hal itu membuat Reyhan menjadi ngeri sendiri. Lalu Reyhan dengan perlahan menyentuh dahi Arsya dengan punggung tangan yang masih menjinjing kantung plastik besar berisi pesanan milik Arsya, untuk memastikan cewek itu baik-baik saja atau tidak.

"Lo masih waras kan, Sya?" tanya Reyhan mewanti-wanti.

Arsya mencebikan bibirnya kesal, sambil menepis dengan kesal tangan Reyhan yang masih menempel di dahinya. "Ya masih waras, lah. Memangnya Arsya gila apa. Oh iya, Arsya hampir lupa Arsya kan gila karna cintanya Reyhan. Reyhan ganteng deh, Arsya cium mau?" tawar Arsya dengan nada manja. Tanpa sadar, hal itu membuat pipi putih Reyhan memerah.

"Tuh ada tembok ganggur. Lo ciumin aja sampai puas," tukas Reyhan, dengan santai untuk menutupi rasa malu yang bersarang di dalam tubuhnya.

"Jahat bener ih." Arsya memajukan bibirnya satu senti dari sebelumnya.

"Udah nih, lebih baik lo makan biar cepat gede." Reyhan mengalihkan pembicaraan dengan menaruh semua kantung plastik yang tadi ia bawa, di atas meja makan di rumah Arsya, mengeluarkan semua isinya untuk diperlihatkan kepada Arsya jika dirinya sudah membeli semua yang cewek itu mau.

Mata Arsya berbinar-binar, dia langsung berlari mengambil piring dan sendok di rak piring yang tersedia di dapurnya, di sana juga ada Mamanya yang sedang membuatkan minuman. setelah itu, ia duduk di kursi di sebelah Mba makannya dan mengambil soto bertawi dan menuangkannya ke dalam piring saji, menatapnya dengan mengiurkan, lalu melahapnya dengan beringas seperti orang yang tidak pernah makan selama tiga bulan berturut-turut. Belum puas dengan soto betawi, ia mengambil bungkus martabak dan melahap satu potong martabak bersamaan dengan soto betawinya.

Reyhan melotot. "Sya, makannya satu-satu kenapa, lo nggak takut keselek? Lagian nggak enak lho, makanan manis dicampur pedes," ucap Reyhan sambil duduk di kursi di sebelah Arsya.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang