48. Berhenti berharap

4.8K 204 9
                                    

Sudah berkali-kali Arsya mondar-mandir tidak jelas di aula ini, untuk menghafalkan dialog. Tapi bukan hanya itu yang ia lakukan, menghafal dialog dia rangkap berserta memikirkan kejadian tadi. Entahlah, pikiranya selalu mengarah ke kejadian tersebut membuatnya tidak berkonsentrasi sama sekali dalam menghafal dialog cerita walau sebenarnya sederhana.

"Sya? Lo ngapain mondar-mandir di situ kayak setrikaan?" tegur Firly sambil memandang Arsya curiga.

Arsya menoleh, mendapati Firly dan Syakila tengah berdiri di hadapannya. Lantas Arsya tersenyum gugup.

"Lo lagi ngehafal dialog yah?" tanya Syakila sambil menatap kertas naskah di tangan Arsya.

Arsya mengangguk. "Erm, iya nih. Daritadi nggak hafal-hafal." keluh Arsya sambil membenarkan tatanan rambutnya.

"Lo coba deh, baca dialognya dalam hati secara berulang-ulang, pasti nanti hafal sendiri deh, percaya sama gue." saran Firly sambil mengerak-gerakan naskah di tangannya.

"Gitu yah, yaudah nanti Arsya coba, siapa tau nanti Arsya bisa langsung hafal dialognya." Arsya tersenyum senang, menerima saran yang diberikan Firly tadi meski belum ia terapkan sama sekali.

"Gue mau nanya, lo ada ngelihat Gina nggak? Kok dari tadi dia nggak nongol yah? Padahalkan, sebentar lagi latihan bakalan segera dimulai. Mana latihannya mulai dari awal pementasan drama sampai akhir lagi, gawat kalo sampai Gina nggak dateng." cerocos Syakila.

"Gina? Tadi sih, Arsya lihat dia pergi sama Reyhan. Tapi, Arsya nggak tau mereka pergi kemana. Jalan-jalan, mungkin." balas Arsya dengan nada ragu.

"Lo serius?" tanya Syakila memastikan. Ditanya seperti itu, Arsya pun mengangguk mantap.

"Tuh orang bener-bener nggak profesional sama sekali yah." gerutu Syakila kesal. Pasalnya, mereka sudah berlatih susah payah, dan Gina? Dia malah enak-enakan pergi berdua dengan Reyhan seolah tidak merasa bersalah sama sekali. Syakila benar-benar kecewa dengan Gina. Syakila pikir, ambisi Gina untuk merebut peran Arsya itu karena Gina itu orangnya lebih profesional, tapi ternyata, Arsya jauh lebih unggul daripada itu.

"Yaudah kalo gitu, gue sama Firly ke kantin dulu yah, laper. Mumpung latihannya masih lama, masih setengah jam lagi, lumayan bisa buat makan dulu." cengir Syakila.

"Oh, yah. Lo mau sekalian ikut?" imbuh Syakila, menawarkan.

"Nggak, Arsya tadi udah makan, kenyang banget lagi." balas Arsya disertai tawa kecil.

"Oke, kalo gitu, kita permisi dulu yah, kalo latihannya mau dimulai lo kasih kabar ke kita yah, Sya." pamit Syakila lalu secara bersamaan keluar dari aula ini untuk menuju ke kantin.

"Oke."

****

"Ayo-ayo cepat naik ke atas panggung, kita latihan!" teriak Mira menggunakan toa di tangannya.

Semua orang yang berperan di drama cinderella ini pun, langsung naik ke atas panggung. Termasuk David yang kini sudah memakai kostum pohon, beberapa kali tubuh cowok itu terhuyung karena kostum di bagian kakinya terlalu sempit, dan terlalu susah untuk berjalan. Lalu saat akan melewati satu undakan tangga kakinya tersandung sehingga menyebabkan dirinya tersungkur di lantai. Hal itu, menyebabkan dirinya menjadi bahan tertawaan orang-orang, bahkan Daniel dan Kevin tertawa paling kencang.

"Eh, David. Lo nggak papa?" kata Mira disertai tertawaan meledek ala dirinya.

"Aduh, kaki gue sakit, nih. Bantuin gue berdiri dong." ucap David sambil mengulurkan tangan ke arah Mira. Tapi, bukannya menyambut tangan David, Mira malah berjengkit pergi meninggalkannya dan memilih untuk kembali mengatur berjalannya latihan drama sekolah ini.

Reyhan dan Arsya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang