Pancaran cahaya matahari kian meredup, sinarnya kini telah digantikan oleh bulan, meski bulan meminjam sinar dari matahari, tetap saja, bintang tidak membenci, dia terus setia menemani bulan untuk menerangi bumi agar tidak menjadi gelap gulita.
Arsya kini sedang bersantai sambil menonton sinetron disalah satu chanel kesayangannya. Ia tidak punya kegiatan lain selain ini, apalagi orang malas sepertinya tidak suka belajar. Katanya belajar itu cukup di sekolah, karna di rumah itu adalah tempat untuk bersantai-santai ria.
"Jangan tinggalin aku, aku cinta kamu Adrian. Please jangan tinggalin aku."
"Maafkan aku, aku tidak bisa. Aku ingin kembali dengan cinta pertamaku, setelah kupikir-pikir dia jauh lebih baik dibandingkan dengan kamu."
"Adrian!"
"Sedih banget sinetronnya. Arsya jadi baper sendiri deh." ucap Arsya sambil menangis dan mengusap-usap air matanya.
"Arsya jadi ngebayangin kalo Reyhan pergi ninggalin Arsya. Arsya bakal jadi apa yah, jadi gembel apa jadi butiran debu yah. Atau jangan-jangan Arsya bakal jadi putri yang ditukar. Oh tidak! Arsya tidak mau!"
"Apa sih, Kak. Teriak-teriak. Memangnya ini di hutan apa?" Vivi mengintrupsi sambil memegang remot tv dan menganti chanel dengan film kartun.
Lantas dengan cepat Arsya merebut remot tv itu kembali. "Ish, apaan sih pake ganti-ganti. Ngajak berantem banget, orang lagi nonton sinetron juga."
"Bagusan juga film kartun."
"Apaan, Arsya bukan anak SD kali."
"Pipi anak SD, jadi nontonnya tuh kartun. Nggak mau tau, pokoknya ganti film kartun!"
"Ogah! Di kamar Vivi kan ada tv kenapa nggak nonton di sana aja sih! Ngeselin ah." kesal Arsya sambil berusaha menyembunyikan remot tv di sebalik punggungnya.
"Tv di kamar Pipi rusak, lagian Pipi kan maunya nonton tv di sini, malah nggak dibolehin."
"Vivi tuh ganggu tau nggak."
"Dasar kak Arsya jelek! Kayak nenek lampir! Nyebelin!"
"Bomat. Udah sana pergi ah, ganggu tau nggak." usir Arsya, mengerak-gerakan tangannya, bergaya mengusir cantik ala Syahrini. Melihat itu, Vivi langsung pergi, lalu tangisnya pecah saat mengucapkan satu kalimat klasik khas anak kecil.
"Huaa.... Mama! Kak Arsya jahat, Pipi mau nonton kartun nggak dibolehin." Vivi menangis sesegukkan sambil melangkah menuju dapur.
"Dasar tukang ngadu!" umpat Arsya kesal. Kalian pasti tau apa kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Yaps, Marletta datang sambil mengendong Vivi yang sedang menangis sesegukan.
"Arsya Iriana!" panggil Marletta dengan nada tegasnya.
"Hadir." Arsya mengangkat tangan sebelah kanannya.
"Arsya Iriana!"
"Iya, hadir."
"Hitungan satu detik nggak ke kamar, uang jajan kamu Mama potong selama satu bulan." ancam Maretta tidak tanggung-tanggung. Hingga membuat mata Arsya yang sedari tadi memandang ke arah tv flasma di hadapannya, kini beralih ke Mamanya dengan mata yang hampir terlepas dari tempatnya.
"Ah, Mama mah, maennya ngancem. Nggak lucu tauk. Arsya nggak suka kalo Mama ngancem-ngancem gitu." sungutnya sambil mengerucutkan bibirnya, kesal.
"Oh, masih mau ngelawan yah, yaudah, Mama potong uang jajan kamu selama satu tahun."
"Eh, jangan gitu dong, Ma. Nanti Arsya cuma jajan permen kojek dong di kantin, kan laper..."
"Ke kamar, atau..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyhan dan Arsya [Completed]
Fiksi Remaja[Sequel Chatting With Reyhan] 🌞 Disarankan untuk membaca cerita Chatting With Reyhan terlebih dahulu🌞 Reyhan tidak suka dengan orang yang berbicara seperti burung beo, alias berisik. Reyhan lebih suka ketenangan, rumput hijau dengan langit biru se...